Sukses

Bukan karena Eksklusif, Ini Alasan Mengapa Milenial Suka Barang Mewah

Ada empat faktor utama yang memengaruhi kelompok muda kaya untuk membeli barang mewah.

Liputan6.com, Singapura - Seringkali diasumsikan bahwa generasi milenial, yang rela mengeluarkan ratusan ribu dolar untuk membeli barang-barang merek mewah, adalah mereka yang menginginkan ekslusivitas.

Namun, hasil survei terbaru mematahkan anggapan tersebut, dengan menyebut bahwa kelompok kaya di usia 18-35 tahun berbelanja barang mewah atas alasan kepraktisan, dan tentu saja gaya terkini.

Pritish Bhattacharya, seorang peneliti di ISEAS Yusof Ishak Institute, menyebut bahwa generasi milenial berbelanja produk mewah karena empat faktor, yakni fungsi, daya tahan, desain dan identitas unik.

"Orang-orang menghargai produk mewah sebagaimana produk itu dibuat, dan bukan faktor-faktor yang mengelilinginya," jelas Bhattacharya, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Senin (21/5/2018).

Bhattacharya mengutip komentar dari peserta penelitian yang menunjukkan bagaimana mereka melihat fitur produk, seperti perlindungan ultraviolet dalam kacamata hitam, atau durabilitas barang mewah yang kerap digunakan.

Sementara komponen penelitian lainnya, memeriksa apakah barang mewah tersebut mewakili konsumen sebagaimana perpanjangan dari kepribadian mereka sendiri.

Tak satu pun dari peserta mengutip eksklusivitas sebagai salah satu pertimbangan mereka dalam membeli barang mewah.

Penelitian tersebut melibatkan 89 individu dari 17 kebangsaan berbeda dengan usia rata-rata 27 tahun. Mereka diminta menunjukkan setidaknya dua barang mewah yang telah dibeli dalam satu tahun terakhir.

Bhattacharya mengatakan, temuan itu menunjukkan produsen barang mewah memperluas jangkauan produk mereka, dan menawarkan fitur tambahan pada titik harga yang berbeda.

"Tapi ini tidak berarti sebuah merek akan melunturkan prestise mewahnya," ujar Bhattacharya.

Dia menunjukkan bagaimana pendapatan meningkat di seluruh dunia, bersamaan dengan kesenjangan pendapatan yang kian mengecil di banyak negara berkembang.

"Jadi kelas sosial yang dibagi dengan pendapatan, telah digantikan oleh kelompok sosial, dan konsumen bisa dibilang lebih dipengaruhi oleh latar belakang lain, seperti budaya misalnya, ketika memutuskan membeli barang mewah," sambung Bhattacharya.

 

Simak video pilihan berikut:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Membahas Pasar Barang Merek Mewah

Studi ini merupakan salah satu dari sekian pembahasan pada agenda LVMH-SMU Luxury Research Conference, yang diselenggarakan bersama oleh perusahaan barang mewah Prancis, LVMH Moet Hennessy Louis Vuitton dan Singapore Management University.

Acara yang rutin digelar sejak 2016 itu bertujuan membahas isu-isu yang memengaruhi pasar merek mewah, sekaligus juga merupakan bagian dari kemitraan lima tahun antara universitas terkait dan LVMH.

Christopher Kilaniotis, presiden Louis Vuitton South Asia, mengatakan: "Konferensi ini membawa dunia mewah bersama dengan akademisi dan penelitian, dan semoga dari sini, kita dapat membuat strategi, visi dan tindakan yang didasarkan pada fakta, bukan hanya firasat perasaan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.