Sukses

Amerika Serikat Keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran, Begini Respons Dunia

Kesepakatan nuklir Iran ditandatangani pada era pemerintahan Barack Obama, tepatnya tahun 2015.

Liputan6.com, Washington, DC - Donald Trump telah memutuskan menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran. Presiden ke-45 Amerika Serikat itu pun menegaskan akan kembali memberlakukan sanksi terhadap Teheran.

Berdasarkan kesepakatan nuklir yang ditandatangani Iran dan sejumlah kekuatan dunia, yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, China dan Uni Eropa, Teheran akan mengurangi pengayaan uraniumnya dan berjanji tidak akan mengejar senjata nuklir.

Sebagai ganti kesepakatan nuklir Iran, sanksi internasional terhadap Negeri Para Mullah akan dicabut. Hal itu memungkinkan Iran menjual minyak dan gasnya ke seluruh dunia.

Tim pengawas PBB telah berulang kali menegaskan bahwa Iran mematuhi kesepakatan nuklir tersebut.

Namun, sikap berlawanan ditunjukkan Donald Trump. Menurutnya, kesepakatan nuklir Iran atau yang dikenal pula sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) adalah "perjanjian sepihak yang mengerikan dan seharusnya tidak pernah diwujudkan."

Merespons pengumuman Donald Trump yang menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran, Presiden Hassan Rouhani mengatakan, langkah Washington tidak dapat diterima dan pihaknya akan bernegosiasi dengan negara lain yang menandatangani kesepakatan tersebut. Demikian dikutip dari Al Jazeera, Rabu (9/5/2018).

Pasca-penandatanganan memorandum presiden oleh Donald Trump pada Selasa, 8 Mei 2018, yang menegaskan kebijakan penarikan Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran, sejumlah pihak pun bereaksi. Seperti dilansir Al Jazeera, berikut respons mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Prancis, Jerman, dan Inggris

Sekutu utama Amerika Serikat di Eropa, yaitu Prancis, Jerman, dan Inggris merilis pernyataan bersama yang isinya mengecam keputusan Amerika Serikat untuk hengkang dari kesepakatan nuklir Iran.

Sikap tiga negara tersebut ditegaskan kembali oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.

"Prancis, Jerman, dan Inggris menyesalkan keputusan Amerika Serikat untuk meninggalkan JCPOA. Rezim non-proliferasi nuklir dipertaruhkan. Kami akan bekerja secara kolektif pada kerangka yang lebih luas, meliputi aktivitas nuklir, periode pasca-2025, aktivitas balistik, dan stabilitas di Timur Tengah, terutama di Suriah, Yaman, dan Irak," tulis Presiden Macron di Twitter.

3 dari 7 halaman

2. Uni Eropa

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini menyerukan kepada komunitas internasional untuk mempertahankan kesepakatan nuklir Iran.

"Uni Eropa akan tetap berkomitmen pada implementasi kesepakatan nuklir secara penuh dan efektif," kata Mogherini di Brussels.

"Kami sepenuhnya memercayai kinerja, kompetensi, dan otonomi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang telah menerbitkan 10 laporan yang menyatakan bahwa Iran sepenuhnya memenuhi komitmennya."

"Pencabutan sanksi terkait nuklir adalah bagian penting dari kesepakatan. Uni Eropa telah berulang kali menekankan bahwa pencabutan sanksi terkait nuklir memiliki dampak positif, tidak hanya dalam hubungan perdagangan dan ekonomi dengan Iran, namun juga terutama, membawa manfaat penting bagi rakyat Iran," imbuhnya.

4 dari 7 halaman

3. Israel

Berbicara dalam sebuah konferensi pers di Yerusalem Barat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji keputusan Donald Trump yang menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran.

"Israel mendukung keputusan berani Donald Trump pada hari ini untuk menolak kesepakatan nuklir bencana dengan rezim teroris di Iran."

"Sejak awal, Israel telah menentang kesepakatan nuklir. Dibanding menghalangi jalan Iran membuat bom, kesepakatan nuklir tersebut justru benar-benar membuka jalan bagi Iran ke sebuah gudang bom nuklir, dalam beberapa tahun terakhir."

"Penghapusan sanksi di bawah kesepakatan itu telah menimbulkan hasil yang buruk. Kesepakatan itu bukannya mendorong perang lebih jauh, justru membuatnya lebih dekat," tutur Netanyahu.

5 dari 7 halaman

4. Barack Obama

Dalam sebuah pernyataan tertulis, mantan Presiden Barack Obama, memberikan sejumlah poin tentang mengapa keputusan Donald Trump "sangat menyesatkan".

"Kenyataannya jelas. JCPOA yang tengah bekerja -- adalah pandangan yang kami bagi dengan sekutu kami di Eropa, ahli yang independen, dan menteri pertahanan Amerika Serikat saat ini," tulis Barack Obama.

"JCPOA adalah kepentingan Amerika Serikat -- itu telah memainkan peran signifikan menggulingkan program nuklir Iran. Dan JCPOA adalah model dari diplomasi yang dapat dicapai -- inspeksi dan rezim verifikasi adalah hal persis yang harus dilakukan Amerika Serikat di Korea Utara."

"Pada saat kita semua mendukung keberhasilan diplomasi dengan Korea Utara, meninggalkan JCPOA berisiko kehilangan kesepakatan yang dapat dicapai --dengan Iran, hasil yang juga kita kejar dengan Korea Utara."

6 dari 7 halaman

5. Arab Saudi

Arab Saudi, salah satu sekutu utama Amerika Serikat di Timur Tengah yang juga musuh bebuyutan Iran, menegaskan dukungannya terhadap kebijakan Donald Trump yang menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.

"Kerajaan mendukung dan menyambut baik langkah-langkah yang diumumkan Presiden Amerika Serikat untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir ... dan mengembalikan sanksi ekonomi terhadap Iran," demikian keterangan yang dirilis Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Dua negara Arab lainnya yang dekat dengan Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab pun menyambut baik keputusan Donald Trump.

7 dari 7 halaman

6. PBB

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa ia "sangat prihatin" dengan keputusan Donald Trump. Ia mendesak pihak-pihak yang tersisa dari kesepakatan nuklir Iran untuk mematuhi komitmen mereka.

"Sangat penting bahwa semua hal penting mengenai pelaksanaan rencana ditangani melalui mekanisme yang ditetapkan dalam JCPOA. Masalah yang tidak terkait langsung dengan JCPOA harus ditangani tanpa prasangka demi mempertahankan kesepakatan dan pencapaiannya," kata Guterres.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.