Sukses

Terkuak, Misteri Kematian Salahuddin Ayyubi 'Sang Penakluk Yerusalem'

Salahuddin Ayyubi wafat pada 4 Maret 1193 di Damaskus. Ia mengembuskan napas terakhir setelah mengalami demam selama dua pekan.

Liputan6.com, Pennsylvania - Sejarah mencatat nama Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi atau Sultan Salahuddin Ayyubi (Saladin) sebagai sosok yang menyatukan dunia Muslim selama Abad ke-12 dan berhasil merebut kembali Yerusalem pada 1187 lewat Pertempuran Hattin.

Sang besar garang di medang perang. Namun, meski punya banyak kelemahan sebagai manusia biasa, ia dikenal sebagai sosok yang dihormati, tak hanya oleh Muslim, tapi juga kaum Nasrani dan Yahudi.

Salahuddin Ayyubi tercatat sebagai sosok yang punya welas asih. "Kemurahan hati, kesalehannnya yang tanpa fanatisme...membuatnya tak kalah populer di kalangan orang-orang Frank di Suriah, bukan hanya di tanah Islam," kata sejarawan Prancis Rene Grousset.

Ia tak hanya seorang Sultan Muslim, tapi juga figur universal. Seperti dikutip dari huffingtonpost.com, Salahuddin tak pernah memerintahkan pertumpahan darah di Yerusalem, namun membebaskan para orang tua, janda, dan anak-anak -- memastikan mereka tak jadi korban perbudakan.

Salahuddin wafat pada 4 Maret 1193 di Damaskus, dengan mewariskan seluruh hartanya -- berupa sepotong emas dan empat puluh keping perak -- untuk pada orang-orang miskin.

Penyebab kematian Salahuddin kala itu jadi misteri. Ia hanya dilaporkan mengalami demam.

Belakangan, misteri itu terkuak. Dengan mengandalkan petunjuk catatan gejala-gejala medis yang dialami Salahuddin, yang ditulis lebih dari 800 tahun yang lalu, seorang dokter akhirnya menentukan penyakit apa yang menimpa sultan yang perkasa itu.

"Penyebabnya adalah tifus," kata Dr. Stephen Gluckman, pengajar di Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania, Amerika Serikat, seperti dikutip dari situs sains Livescience, Selasa (8/5/2018),

Ia mengumumkan hasil temuannya di Historical Clinicopathological Conference di University of Maryland School of Medicine.

Dalam konferensi yang digelar tahunan tersebut, para ahli mendiagnosis seorang tokoh sejarah, termasuk, Vadimir Lenin, Charles Darwin, Eleanor Roosevelt, dan Abraham Lincoln.

Gluckman memperingatkan, diagnosis pasti mengenai kematian Salahuddin mungkin tak pernah akan didapatkan. Apalagi, sang tokoh Muslim itu hidup pada zaman ketika alat diagnostik modern belum ditemukan.

Namun, tifus, penyakit yang muncul akibat seseorang mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan bakteri Salmonella typhi, diduga adalah jawabannya.

Sebelumnya, Gluckman punya daftar 'kandidat' penyakit yang mungkin menyudahi hidup Salahuddin Ayyubi.

Wabah atau cacar, misalnya, tak mungkin jadi penyebab wafatnya Salahuddin. Sebab, penyakit itu membunuh manusia dengan cepat.

Demikian juga dengan tuberkulosis (TB). Sebab, catatan tabib kala itu tak menyebut soal gangguan pada pernapasan.

Gluckman juga tidak menemukan bukti bahwa Salahuddin bergetar karena kedinginan, gejala umum penyakit malaria.

Gejala-gejala yang dialami Salahuddin Ayyubi sejauh ini cocok dengan gejala tifoid. "Penyakit yang umum di wilayah itu pada waktu itu," kata Gluckman.

Gejala-gejala tifus termasuk demam tinggi, badan lemah, sakit perut, sakit kepala dan kehilangan nafsu makan.

Penyakit yang diduga menyerang Salahuddin Ayyubi masih ada hingga saat ini. Setiap tahun, sekitar 5.700 orang di Amerika Serikat (75 persen di antaranya mendapatkan penyakit di luar negeri) dan 21,5 juta orang di seluruh dunia menderita tifus.

Saat ini, para pasien tifus diberi antibiotik agar pulih -- obat yang sama sekali tidak tersedia selama Abad ke-12.

Namun, masih ada kekhawatiran karena resistensi antibiotik di antara bakteri tifoid semakin meningkat, Gluckman.

 

Saksikan video menarik tentang Yerusalem berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemimpin Penting dalam Sejarah

Salahuddin Ayyubi adalah ikon sejarah yang memainkan peran penting dalam sejarah Eropa dan Timur Tengah.

"Ia adalah salah satu pemimpin Muslim paling penting pada era Perang Salib di Timur Tengah," kata Tom Asbridge, seorang profesor sejarah abad pertengahan di Queen Mary University of London pada LiveScience.

Mantan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser (1918-1970) terobsesi dengan Salahuddin Ayyubi. Pun dengan Presiden Irak Saddam Hussein (1937-2006).

Saddam Hussein bahkan mengeluarkan seri perangko yang menampilkan wajahnya di samping lukisan Salahuddin.

Salahuddin Ayyubi Saladin, lahir pada tahun 1137 atau 1138 di Tikrit, di tempat yang sekarang menjadi Irak modern.

Ia adalah adalah bagian dari keluarga Kurdi. Awalnya, Saladin bertempur bersama pamannya, seorang pemimpin militer penting kala itu, melawan penguasa dari Kekhalifahan Fatimiyah -- sebuah dinasti di Mesir yang memerintah dari tahun 909 hingga 1171.

Setelah pamannya meninggal pada tahun 1169, Salahuddin menggantikan posisinya. Kala itu usianya 31 atau 32 tahun.

Setelah menang dalam pertempuran,Salahuddin ditunjuk sebagai komandan pasukan Suriah di Mesir dan wazir (perdana menteri), demikian menurut Encyclopedia Britannica.

Pada 1187, tentara Salahuddin menaklukkan Yerusalem, mengusir kaum Frank -- yang menguasai kota suci itu selama 88 tahun selama Perang Salib Pertama. Tindakannya memicu Perang Salib Ketiga (1189-1192), yang berakhir dengan kebuntuan antara Saladin dan musuh-musuhnya, termasuk raja Inggris, Richard I, yang lebih dikenal sebagai Richard the Lionheart.

Namun, setelah mengalami demam misterius selama dua pekan, Salahuddin wafat pada tahun 1193. Ia tutup usia pada usia 55 atau 56 tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.