Sukses

Raib Saat Akan Dipenjara, 'Nenek Nazi' Diburu Polisi

Wanita sepuh asal Jerman yang dijuluki "Nenek Nazi" ini tengah dalam pencarian pihak kepolisian setempat. Rumahnya kosong, ke mana dia?

Berlin - Ursula Haverbeck yang dikenal dengan julukan "Nenek Nazi" tengah menjadi pemberitaan hangat di Jerman. Pasalnya wanita berusia 89 tahun ini sedang dicari-cari oleh pihak kepolisian setempat. 

Seperti dikutip dari DW, Selasa (8/5/2018), wanita sepuh penyangkal peristiwa Holocaust itu dicari-cari karena tak muncul di penjara pekan lalu untuk memulai masa hukumannya. Komite Auschwitz Internasional menyatakan pada Minggu, 6 April 2018, bahwa pihaknya berharap terpidana bisa segera dijebloskan ke dalam bui. 

Tahun lalu, Haverbeck dijatuhi hukuman dua tahun penjara dalam kasus penghasutan. "Nenek Nazi" ini menyangkal peristiwa pembunuhan massal jutaan orang Yahudi di era pendudukan Nazi Jerman.

Dia mengajukan banding atas vonis itu. Tetapi pengadilan regional di negara bagian Niedersachsen memutuskan pada bulan Agustus tahun lalu, bahwa keputusan itu legal dan memiliki kekuatan hukum serta harus dilaksanakan.

Haverbeck, yang sering disebut oleh media Jerman sebagai "Nenek Nazi", tidak pernah mendapat vonis hukuman penjara meskipun ia telah didakwa beberapa kali sebelumnya atas kasus serupa,  pengingkaran peristiwa Holocaust. Dalam genosida itu  enam juta orang Yahudi dibunuh oleh rezim Nazi antara tahun 1941 dan 1945. Rekam kriminal Nenek Nazi termasuk diantaranya hukuman denda.

Hukuman penjara 2 tahun ini seharusnya ia mulai pada Rabu lalu 2 April di Kota Bielefeld.

"Kami hanya bisa berharap bahwa pengadilan dan polisi segera mencari dia," kata Christoph Heubner, wakil ketua Komite Auschwitz Internasional.

Surat kabar Jerman Westfalen-Blatt melaporkan bahwa rumah Haverbeck di Vlotho di Jerman tengah tampak kosong selama berhari-hari, dan banyak surat menumpuk di depan pintu.

 

Penyangkal Holocaust yang Konsisten

Selama persidangannya, Haverbeck berbicara tentang "kebohongan Auschwitz", dan mengklaim bahwa itu bukan kamp pembantaian, melainkan hanya sebuah kamp kerja paksa.

Dia dan mendiang suaminya, Werner Georg Haverbeck, yang dulu adalah anggota aktif partai Nazi, mendirikan pusat pendidikan sayap kanan bernama Collegium Humanum. Pusat pendidikan itu dilarang pada tahun 2008.

Haverbeck juga menulis untuk majalah ekstrem kanan Stimme des Reiches (Suara Kekaisaran). Dia menggunakan majalah itu untuk mengungkapkan pandangannya bahwa Holocaust alias pembantauan warga Yahudi di zaman Nazi tidak pernah terjadi.

Data memperkirakan jumlah orang yang dibunuh di kamp konsentrasi Auschwitz sebanyak 1,1 juta, yang mana 90 persen-nya adalah orang Yahudi. Korban-korban lain diantaranya orang Polandia, Roma, Sinti, tawanan perang Soviet dan kaum homoseksual.

Di Jerman, siapa saja yang secara terbuka mendukung, menyangkal atau meremehkan peristiwa Holocaust bisa dihukum maksimal lima tahun penjara dan minimal hukuman denda.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.