Sukses

Korea Utara: Kami Mau Berunding Bukan karena Lemah

Korea Utara memperingatkan AS untuk tak menafsirkan upaya mencapai perdamaian sebagai tanda kelemahan. Mengapa?

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat agar tak menafsirkan upaya negara itu mencapai perdamaian sebagai tanda kelemahan.

Pernyataan itu dikeluarkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Minggu, 6 Mei 2018.

"Amerika Serikat dengan sengaja terus mengusik pemerintahan Korea Utara pada saat situasi di Semenanjung Korea sedang menuju ke arah perdamaian dan rekonsiliasi," kata pernyataan itu seperti dikutip dari VOA Indonesia (8/5/2018).

Pejabat Korea Utara itu mengacu pada klaim AS bahwa kebijaksanaan Presiden Donald Trump melakukan "tekanan politik maksimum" dan sanksi-sanksi ekonomi telah mendorong Korea Utara ke meja perundingan.

Ia juga menambahkan bahwa gerakan pasukan AS di kawasan itu, serta tuduhan-tuduhan adanya pelanggaran HAM di Korea Utara bisa mengganggu proses perdamaian.

"Tindakan AS itu bisa dianggap sebagai usaha berbahaya untuk merusak suasana dialog yang telah dibangun dengan susah payah dan bisa memaksa kita supaya mulai lagi dari baru," ucapnya.

Kecaman Korea Utara itu dikeluarkan beberapa pekan sebelum pertemuan puncak antara Presiden Trump dan Kim Jong-un.

Sebelumnya, Kim Jong-un mengadakan pertemuan bersejarah dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bulan lalu.

Dalam pertemuan itu, pemimpin Korea Utara itu berjanji akan mengusahakan denuklirisasi Semenanjung Korea.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Singapura, Kandidat Terkuat Lokasi Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump

Pertemuan bersejarah antara Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un "kemungkinan besar" akan berlangsung di Singapura pada pertengahan Juni. Demikian menurut surat kabar terbesar di Korea Selatan.

Mengutip sumber diplomatik di Washington, Amerika Serikat, Chosun Ilbo pada Sabtu, 5 Mei merilis bahwa Singapura merupakan "kandidat" terkuat tuan rumah pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un. Meski demikian, masih ada kemungkinan bahwa Donald Trump "yang suka dengan efek dramatis" akan memilih Panmunjom di Zona Demiliterisasi pada menit-menit terakhir. Demikian seperti dilansir The Straits Times, Senin 7 Mei 2018.

Dalam laporan di laman depannya, surat kabar berbahasa Korea itu juga mengatakan bahwa pertemuan tersebut kemungkinan akan diadakan pada pekan ketiga di bulan Juni, sekitar tanggal 9-15, setelah Donald Trump menghadiri KTT G-7 di Kanada pada 8-9 Juni.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.