Sukses

8-5-1885: Ironis, Gaun yang Bunuh 3.000 Wanita Gagalkan Sebuah Upaya Bunuh Diri

Patah hati, Sarah Ann Henley terjun dari Clifton Suspension Bridge, Inggris. Namun pakaian yang ia kenakan menyelamatkan nyawanya.

Liputan6.com, Bristol - Clifton Suspension Bridge adalah jembatan gantung megah peninggalan Era Victoria Inggris. Bangunan yang dirancang oleh Isambard Kingdom Brunel berdiri setinggi 101 meter di atas Sungai Avon, mengangkangi jurang yang lebarnya 400 meter.

Jembatan tersebut dianggap sebagai keajaiban dalam dunia teknik sejak kali pertama diresmikan penggunaannya pada 1864. Di sisi lain, ia menjadi magnet bagi mereka yang berniat bunuh diri.

Tak terhitung jumlah nyawa yang tamat di Jembatan Clifton. Data resmi menyebut, ada 206 kasus bunuh diri antara tahun 1974 hingga 2007. Itu belum termasuk data kematian yang tak tercatat.

Peluang untuk selamat bagi mereka yang melompat dari sana nyaris tak ada. Namun, insiden yang terjadi pada 8 Mei 1885 menjadi perkecualian.

Kala itu, seorang gadis 22 tahun, Sarah Ann Henley berniat bunuh diri. Patah hati berat, gadis pelayan bar tersebut kemudian terjun dari jembatan.

"Sebuah tindakan yang terburu-buru," demikian menurut koran Bristol Magpie yang mengabarkan insiden itu, seperti Liputan6.com kutip dari situs onthisday.com, Senin (7/5/2018).

"Yang dipicu pertengkaran dua kekasih. Seorang pria muda, porter di Great Western Railway, memilih untuk memutuskan pertunangan dan menyampaikan niatnya itu dalam sebuah surat."

Artikel yang dimuat Bristol Magpie menyebutkan, surat itu bak petir di siang bolong untuk Sarah Ann Henley. Ia merasa sakit hati.

"Dalam keadaan putus asa, ia terburu-buru ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat dari Clifton Suspension Bridge."

Clifton Suspension Bridge, lokasi bunuh diri Sarah Ann Henley pada 8 Mei 1885 (Wikipedia/Public Domain)

Sementara itu, pada tahun 2000, artikel Bristol Evening Post menyebut, surat putus ditulis setelah Sarah menyeruak masuk ke tempat kerja sang kekasih, mengadu pada bos di sana, betapa kasar lelaki itu. Gadis tersebut juga berkoar bahwa ada banyak pria yang menaksirnya, yang lebih tinggi derajatnya daripada seorang porter.

Kebetulan, saat berupaya bunuh diri, Sarah sedang mengenakan crinoline, dalaman berangka yang membuat roknya terlihat megar.

Crinoline sedang tren kala itu. Dalaman mirip kurungan ayam itu punya reputasi mengerikan sebagai 'pembunuh' 3.000 wanita. Tak disangka, crinoline justru menyelamatkan nyawanya. 

Pada hari di mana upaya bunuh diri terjadi, Thomas Stevens, inspektur jembatan, sedang mengawasi para pengunjung. Cuaca saat itu cerah, dengan angin bertiup sepoi-sepoi.

Tiba-tiba, ia menangkap penampakan seorang perempuan muda yang sedang memanjat pagar dan menuju tembok pembatas. Semua orang yang ada di sana hanya bisa terpaku saat melihat gadis itu terjun bebas. Mereka sudah berupaya menolong, tapi terlambat.

Namun, korban tak langsung jatuh. "Angin bertiup di bawah roknya yang lebar. Pakaiannya itu bertindak seperti parasut, dengan perlahan memperlambat laju kejatuhannya," kata Stevens.

Kala itu sungai sedang surut. Sarah mendarat di lumpur yang tebal dan lunak. Dua pria yang telah melihatnya jatuh bergegas membantunya dan menyeretnya keluar.

Sarah Ann Henley secara ajaib lolos dari maut. Padahal, sebelumnya, hanya satu dari 17 orang yang terjun dari Clifton Suspension Bridge masih sempat menunjukkan tanda-tanda kehidupan saat ditemukan. Lainnya tewas seketika.

Sarah menjadi orang ke-18 yang memilih untuk mengakhiri hidupnya di tempat tersebut.

Kejadian itu disaksikan oleh sejumlah orang, termasuk James Ball dari Egerton Road 43, Bishopston; James Lang Vesey dari Greenway Road 14, Redland; dan Sersan Detektif Robertson dari Kepolisian Bristol, Inggris yang berada di Cumberland Basin, dekat Clifton Suspension Bridge.

Tiga pria, termasuk Sersan Detektif Robertson, melihat adegan itu dan segera menyelamatkan Sarah.

Ia berlari ke arah gadis muda itu, memastikan bahwa dia masih hidup. Untungnya, Sarah masih bernapas dan hanya pingsan karena syok. Robertson langsung membawanya ke rumah sakit terdekat.

Si detektif bergegas meminta pertolongan dengan menumpang kendaraan yang melintas di sekitar lokasi kejadian. Tak ada satupun yang berhenti. Tiba-tiba, Robertson nekat menghentikan sebuah kereta kuda.

Bagaimana pun juga, kusir kereta enggan membawa wanita malang itu dan mengantarnya ke Rumah Sakit Bristol. Katanya, ia tidak ingin pakaian berlumpur Sarah mengotori jok mobilnya.

Tidak ada yang bisa membujuk sang pengemudi. Tega memang, bahkan uang yang diberikan Robertson dalam jumlah lebih tidak mampu meluluhkan hatinya, sekalipun sang detektif mengemis padanya. Supir kusir tersebut menanggapi kasar, "Saya tidak peduli! Biarkan dia mati," lalu pergi begitu saja.

Sarah muda tidak meninggal hari itu. Dia ditandu ke rumah sakit. Di sana, dia diperiksa. Lagi-lagi, Tuhan masih sayang padanya. Sarah tidak cedera dan tidak mengalami patah tulang sama sekali.

Sedangkan untuk sang kusir, saat kisah Sarah menyebar luas, ia menulis sebuah surat kepada publik di mana ia mengklaim bahwa pengemudi seperti dirinya dilarang mengangkut penumpang berpakaian kotor, mabuk, atau berlumuran darah. Jika tidak, kendaraan yang dibawanya dinyatakan tidak layak digunakan selama berbulan-bulan.

Ia menambahkan, jika saat itu ia tidak menghindarinya, keluarganya akan kelaparan.

Setelah kejadian itu, Sarah berumur panjang. Ia meninggal dunia pada usia 85 tahun pada 1948.

Baru belakangan, plakat dipasang di jembatan, memuat nomor telepon sejumlah relawan yang bisa dihubungi oleh mereka yang berniat bunuh diri. Pada 1998, rintangan pun dipasang.

Namun, semua upaya tersebut terlambat menyelamatkan Nicolette Powell, istri penyanyi blues 'Bonnie and Clyde', Georgie Fame. Dia melompat, dari jembatan di Inggris itu, menuju kematiannya yang tragis pada tahun 1993.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pakaian Pembunuh 3.000 Wanita

Meski bisa bikin tampilan rok mengembang sempurna, crinoline adalah benda berbahaya. Pemakainya pun bakal kesulitan bergerak.

Namun, bukan itu yang paling mengerikan. Crinoline yang mirip kurungan ayam ternyata bisa mengundang maut. Setidaknya 3.000 perempuan tewas karenanya.

Pada 1858, seorang wanita di Boston berdiri terlalu dekat dengan perapian saat roknya terbakar, dan hanya perlu beberapa menit bagi tubuhnya untuk terbakar secara keseluruhan.

Sementara, pada Februari 1863, crinoline yang dipakai Margaret Davey, seorang pelayan dapur berusia 14 tahun, membunuhnya. Ia meninggal akibat luka bakar yang dideritanya.

Di Inggris, selama periode dua bulan, 19 kematian dikaitkan dengan crinoline yang terbakar. Di sisi lain, para perempuan yang jadi saksi peristiwa tragis itu tak bisa berbuat apa-apa, mereka takut rok mereka sendiri terbakar saat menolong korban.

Sementara itu, di Philadelphia, sembilan balerina terbunuh gara-gara busana yang dikenakan salah satu dari mereka tersambar api lilin di Continental Theater.

Ilustrasi gaun jenis crinoline. (Sumber Wikimedia/Charles Keene untuk ranah publik)

Setelah pertengahan Abad ke-19 berlalu, tiga peristiwa yang terjadi bersamaan menjadi momentum perubahan busana wanita ke arah yang baru.

Pertama adalah penemuan mesin jahit yang meningkatkan kecepatan dan kualitas jahitan. Lalu, penemuan pewarna sintetis yang membuat warna kain kian beragam dan cantik.

Kala itu, rok megar dengan mengenakan crinoline tak lagi populer. Bagian depan gaun pada masa itu bahkan cenderung rata. Sementara, bagian belakang masing menggembung dengan memasangkan rangka atau bustle.

Pada tahun 1883, bustle adalah perlengkapan fashion yang harus dimiliki kaum wanita. Kerangka itu membuat tampilan para pemakainya menonjol di belakang, tepat di atas bokong mereka.

Gaya busana tersebut juga tak nyaman. Para perempuan yang memakainya tak mungkin bisa duduk di kursi.

Pada 1893, gembung di bagian belakang menyusut, dan pada tahun 1890-an bustle digantikan lipatan yang jatuh di bagian belakang rok.

Crinoline (Wikipedia)

Tak hanya bunuh diri yang gagal, sejumlah peristiwa bersejarah terjadi pada tanggal 8 Mei.

Pada 1886, Dr. John Styth Pemberton menciptakan sejenis minuman berkarbonat yang kelak dinamakan "Coca-Cola".

Sementara, pada 1933, Gandhi memulai puasa selama 21 hari untuk memprotes penindasan Britania di India.

Di Tanah Air, pada 1993, Marsinah, seorang aktivis buruh Indonesia di Sidoarjo, ditemukan tewas di hutan di Dusun Jegong, Kecamatan Wilangan, Nganjuk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.