Sukses

Lebih dari 110 Orang Tewas dalam Serangan Badai Debu di India

Hantaman badai debu diperkirakan masih akan terus berlangsung hingga Jumat ini di wilayah barat laut dan utara India.

Liputan6.com, New Delhi - Serangan badai debu yang memicu angin dan petir kencang menyebabkan lebih dari 110 orang tewas dan ratusan lainnya terluka sejak Rabu, 2 Mei 2018, di wilayah barat laut India.

Di negara bagian Rajasthan, setidaknya 35 orang tewas dan lebih dari 200 orang terluka, setelah angin kencang merobohkan ribuan tiang listrik dan membuat ratusan pohon tumbang.

"(Badai) ini menyebabkan terputusnya aliran listrik dan air bersih. Mayoritas korban meninggal karena tertimpa dinding dan atap rumah yang roboh di tengah malam," ujar Ravi Kant, Komisioner Distrik Jaipur, sebagaimana dikutip dari CNN pada Jumat (4/5/2018).

Di wilayah tetangganya, di negara bagian Uttar Pradesh, korban tewas akibat badai debu mencapai setidaknya 73 orang, yang mayoritas (sebanyak 43 orang) terjadi di kota Agra.

Menurut kepala otoritas penanggulangan bencana di negara bagian Uttar Pradesh, Sanjay Kumar, tingginya jumlah korban tewas berasal dari mereka yang terjebak reruntuhan bangunan.

"Banyak bangunan rumah yang tidak kuat menahan terjangan angin kencang, tidak sedikit pula yang rusak akibat tertimpa pohon tumbang," jelas Sanjay.

Pemerintah negara bagian Uttar Pradesh telah menyatakan status waspada selama 48 jam sejak Kamis, 3 Mei 2018.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan dalam sebuah kicauan di Twitter bahwa ia merasa sedih atas kehilangan banyak nyawa pasca-terjangan badai debu.

"(Saya) telah meminta para pejabat untuk berkoordinasi dengan pemerintah negara bagian masing-masing, dan bekerja untuk membantu mereka yang telah terkena dampak badai," kata PM Modi dalam kicauannya.

Ahli meteorologi CNN, Pedram Javaheri, menerangkan bahwa saat ini India tengah memasuki periode angin musim panas, yang kerap membawa serta hujan.

Namun, anomali cuaca pada wilayah Teluk, serta tekanan udara tinggi di kawasan barat perairan Samudra Hindia, memicu terjadinya kondisi ekstrem penyebab badai debu.

"Badai sore dan periode hujan deras telah lebih banyak terjadi di wilayah ini selama beberapa minggu terakhir," ujar Javaheri.

"Badai sore ini kemungkinan adalah pelakunya, mendorong angin kuat ke wilayah barat daya India, yang disertai debu dan pasir di dalamnya," ia menambahkan.

Selama beberapa tahun sebelumnya, menurut catatan Javaheri, wilayah barat laut India cenderung memiliki curah hujan di bawah rata-rata ketika memasuki periode angin muson musim panas.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Badai Kemungkinan Masih Berlanjut

Sementara itu, para gubernur dari keempat negara bagian yang terkena dampak terparah, mengatakan akan fokus mengevakuasi korban secepat mungkin, dan menyediakan fasilitas pengungsian yang memadai di berbagai titik wilayah aman.

Sementara di Distrik Bharatpur, divisi komisioner setempat menjanjikan santunan sebesar 50.000 rupee atau sekitar Rp 10.4 juta untuk masing-masing keluarga korban meninggal.

Selain korban meninggal yang jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat seiring proses evakuasi, badai debu juga memicu kerusakan yang sangat luas di banyak wilayah.

Di New Delhi, badan meteorologi setempat mencatat kecepatan angin bertiup hngga 59 kilometer per jam, dan curah hujan mencapai 13,4 milimeter selama berjam-jam.

Selain kemacetan parah, badai tersebut juga memicu penutupan sementara Bandara Internasional Indira Gandhi, yang membatalkan 15 penerbangan, termasuk dua rute internasional.

Departemen Cuaca India mengatakan badai kemungkinan berlanjut hingga Jumat, 4 Mei 2018, terutama di wilayah dataran tinggi di Uttarakhand dan Rajasthan.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.