Sukses

Kambing Ini Ramalkan Juara Piala Dunia 2018, Negara Mana?

Sebelas kota di Rusia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 yang akan berlangsung pada 15 Juni hingga 15 Juli.

Liputan6.com, Moskow - Seekor kambing betina bernama Zabiyaka yang tinggal di Kebun Binatang Samara meramal negara mana yang akan memenangkan Piala Dunia tahun ini di Rusia.

Beberapa piring disajikan untuk sang hewan, beserta makanan dan bendera negara yang ikut serta.

Tanpa pikir panjang, Zabiyaka memilih piring dengan bendera Belgia. Lalu dia memakan sedikit dari piring Prancis. Setelah undian resmi, sangat mungkin kedua negara bisa bertemu di final.

Dikutip dari laman RBTH Indonesia, Jumat (4/5/2018) Zabiyaka adalah peramal yang dapat dipercaya. Ia meramal dengan benar pertandingan Rusia sebelumnya melawan Prancis dan Brasil.

Sebelas kota Rusia akan menjadi tuan rumah dari 15 Juni hingga 15 Juli 2018.

Sebanyak 400 kasir siap membantu para penggemar sepak bola dari luar negeri untuk bermobilisasi melalui sistem kereta bawah tanah ibu kota Rusia, Moskow.

Penggemar sepak bola dari luar negeri kini bisa bernapas lega untuk menggunakan sistem metro Moskow, Rusia selama Piala Dunia pada musim panas ini, secara teori, semudah menjentikkan jari.

Para kasir yang bisa berbahasa Inggris siap melayani ratusan kasa di stasiun-stasiun metro.

Anda tak akan kesulitan menemukan mereka karena pegawai-pegawai ini akan ditandai dengan stiker besar yang bertuliskan: "We speak English!" (Kami berbicara bahasa Inggris).

Pegawai-pegawai metro di Rusia akan siap menjelaskan jenis tiket mana yang harus dibeli para suporter asing, cara mengisi ulang kartu Troika, dan menjawab segala pertanyaan.

Saat ini, ada 340 kasir berbahasa Inggris yang bekerja di 76 stasiun metro.

Ketika Piala Dunia dimulai, jumlahnya akan meningkat menjadi 400 orang.

Sebelas kota di Rusia siap menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola terbesar di dunia dari 15 Juni hingga 15 Juli 2018.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rusia Dikecam Aktivis Lingkungan

Rusia kini sedang mempercantik diri. Negeri Beruang Merah itu punya alasan kuat untuk menggelontorkan anggaran negara triliunan rupiah. Pasalnya, pada musim panas tahun ini, Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018.

Sejumlah infrastruktur dibenahi, pembangunan dilakukan, dan 12 stadion di 11 kota serentak dirombak lapangan hijaunya.

Pejabat berharap, jalannya pertandingan sepak bola paling bergengsi -- 14 Juni hingga 15 Juli -- lancar. Akan tetapi, ada satu hal yang mengganggu pikiran para aktivis lingkungan.

Mereka mengecam panitia penyelenggara Piala Dunia 2018 karena memerintahkan untuk membunuh sekitar 2.000 anjing liar di seluruh kota. Pembasmian anjing-anjing itu harus selesai dilakukan sebelum perhelatan olahraga terbesar dunia itu dimulai.

Para aktivis mengatakan, panitia membunuh anjing-anjing liar dengan cara yang kejam, yaitu menembak atau menyuntikkan racun ke tubuh anjing (dikenal sebagai eutanasia).

Panitia berkilah, anjing-anjing liar itu bisa membawa penyakit rabies yang mengganggu jalannya pertandingan. Namun, tindakan seperti itu dianggap sebagai pembunuhan massal.

"Ini harus dihentikan, reputasi negara kita dipertaruhkan, karena membunuh hewan di jalan-jalan adalah tindakan tak beradab. Dengan dana yang sama besarnya (dengan pembangunan infrastruktur), panitia hanya perlu menangkap, memberi vaksin, sterilisasi dan mengakomodasi hewan-hewan itu," ujar seorang aktivis lingkungan dan hewan kepada Kepala Komite Perlindungan Lingkungan Rusia Vladimir Burmatov, dilansir Newsweek.

Atas permohonan para aktivis itu, Komite Perlindungan Lingkungan Rusia kemudian mengirimkan surat kepada Menteri Olahraga Pavel Kolobkov.

Pihaknya meminta agar sejumlah kota menggunakan metode manusiawi saat membunuh anjing-anjing liar. Tujuannya untuk menghindarkan reaksi negatif masyarakat.

"Kami telah menerima banyak masukan dari aktivis lingkungan dan warga yang peduli terhadap kehidupan anjing-anjing liar itu. Mereka menyebut cara yang kami lakukan adalah pembunuhan massal," tutur Burmatov, menanggapi protes para aktivis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.