Sukses

Laba-Laba Tertua di Dunia Mati, Bukan karena Usia tapi Digigit Tawon

Laba-laba jenis penjebak atau trapdoor, yang diberi nama Nomor 16 itu tidak mati karena faktor usia. Melainkan karena mati akibat serangan tawon.

Liputan6.com, Canberra - Laba-laba tertua di dunia dilaporkan mati pada usia 43 tahun. Selama beberapa tahun, laba-laba ini menjadi bahan penelitian di Australia oleh sejumlah peneliti.

Dikutip dari laman Straits Times, Senin (30/4/2018), laba-laba yang ada di Australia ini mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh seekor tarantuala yang mampu hidup hingga usia 28 tahun.

Laba-laba jenis penjebak atau trapdoor, yang diberi nama Nomor 16 itu tidak mati karena faktor usia. Melainkan karena mati akibat serangan tawon.

"Sepengetahuan kami, ini adalah laba-laba tertua yang pernah tercatat. Kehidupannya yang signifikan telah memungkinkan kami untuk menyelidiki lebih lanjut perilaku laba-laba jenis ini," ujar Leanda Mason dari Curtin University.

Proyek penelitian yang bertujuan untuk mempelajari laba-laba jenis penjebak atau trapdoor ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1974 oleh Barbara York Main.

"Melalui penelitian rinci, Barbara dapat mengetahui rentan usia yang dapat dicapai oleh laba-laba jenis ini," ujar Mason.

"Termasuk bagaimana mereka hidup. Apakah itu di semak atau di dalam tanah," tambahnya.

Laba-laba trapdoor jantan akan meninggalkan tempat tinggalnya saat dewasa -- pada usia tujuh hingga sembilan tahun. Hal ini dilakukan untuk mengembara mencari jodoh, setelah itu dia mati.

Sementara laba-laba trapdoor wanita tetap tinggal, membesarkan anak-anak di dalam perlindungan di liangnya, yang dia tutup sementara dengan sumbat penutup dari lumpur.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Laba-Laba Bisa Melahap Seluruh Umat Manusia

Laba-laba punya reputasi mengerikan. Makhluk itu dikenal sebagai salah satu hewan dengan bisa atau racun paling mematikan, pemakan pasangannya sendiri, memproduksi jaring yang lebih kuat dibanding baja, dan bahkan ada jenis yang tumbuh sebesar anak anjing kecil.

Meski beberapa spesies memilih untuk memangsa serangga, namun yang lain ada yang mengonsumsi kadal, burung, bahkan mamalia kecil.

Kengerian laba-laba tak hanya sampai di situ. Berdasarkan penelitian terbaru, populasi laba-laba di seluruh dunia secara teoritis dapat menelan setiap orang di Bumi dalam satu tahun.

Studi yang dilakukan oleh Martin Nyffeler dan Klaus Birkhofer, menyoroti penelitian sebelumnya yang menyebut bahwa rata-rata terdapat 131 laba-laba setiap satu meter persegi. Jumlah hewan itu dapat meningkat hingga 1.000 ekor dalam kondisi yang tepat.

Dengan angka tersebut, Nyffeler dan Birkhofer memperkirakan bahwa berat total laba-laba berdasarkan jumlah populasinya di seluruh dunia adalah26 juta metrik ton.

Menurut studi mereka yang dipublikasi di jurnal The Science of Nature, lebih dari 45.000 spesies laba-laba memiliki satu kesamaan, yakni kegemaran menyantap daging.

Dikutip dari CTV News, Nyffeler dan Birkhofer menemukan bahwa jumlah daging yang dikonsumsi oleh seluruh populasi laba-laba pada setiap tahun, berjumlah 360 hingga 725 juta metrik ton. Sebagai perbandingan, jumlah daging yang dikonsumsi tujuh miliar manusia adalah 360 juta metrik ton per tahun.

Dengan perkiraan bahwa jumlah berat badan manusia di seluruh dunia adalah 260 juta ton, secara teoritis laba-laba dapat memangsa setiap manusia di Bumi.

Laba-laba dikenal dapat mengonsumsi makanan hingga 10 persen dari bobot asli mereka setiap harinya. Sebagai perumpamaan, seseorang yang memiliki bobot 90 kg dapat mengonsumsi 9 kg daging setiap harinya.

Nyffeler dan Birkhofer harus melihat lebih jauh rantai makanan untuk menemukan hewan yang memiliki selara makan "rakus" setara dengan laba-laba.

"Perkiraan kami untuk laba-laba tampaknya setara dari urutan yang sama besarnya dengan paus yang diperkirakan mengonsumsi 25 hingga 450 juta metrik ton mangsa setiap tahun," ujar mereka dalam laporan studi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.