Sukses

130 Tahun Berlalu, Kota Vancouver Minta Maaf atas Rasisme kepada Imigran China

Perlakuan rasis membuat kehidupan warga keturunan China di tanah rantau semakin sulit.

Liputan6.com, Vancouver - Komunitas warga keturunan China di Kanada menyambut dengan sukacita permintaan maaf resmi Dewan Kota Vancouver terhadap kebijakan rasial yang diterapkan 130 tahun lalu.

Dewan Kota Vancouver mengakui sejarah diskriminasi pada penerapan aturan hukum, regulasi, dan kebijakan sosial terhadap imigran asal China.

Dikutip dari South China Morning Post, Rabu (25/4/2018), ucapan maaf secara resmi itu disampaikan di Pusat Kebudayaan China di Kota Vancouver pada Minggu, 22 April 2018.

Permintaan maaf tersebut disampaikan dalam dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Mandarin dialek Guangdong--yang merupakan daerah asal sebagai besar imigran China sejak 1880-an di Kanada.

"Ini adalah hari penting bagi dewan dan semua warga Vancouver, untuk berkumpul dan mengakui kesalahan sejarah yang dilakukan terhadap rakyat China, sekaligus bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik," kata Wali Kota Vancouver Gregor Robertson, di hadapan lebih dari 500 orang hadirin.

Ribuan imigran asal China tiba di Kanada di sepanjang dekade 1880-an, untuk menjadi buruh dalam proyek pembangunan jaringan rel kereta api dari Vancouver ke Montreal.

Selain penetapan nilai pajak federal yang tidak adil, imigran China juga harus menghadapi diskriminasi di sekolah, fasilitas publik, hingga di lingkungan tempat tinggal.

Bahkan setelah meninggal sekali pun, warga keturunan China kerap mengalami kesulitan untuk menguburkan jenazah. Mereka tidak jarang harus keluar biaya ekstra untuk melakukan prosesi pemakaman di tanah leluhur di China daratan.

Hingga 1952, para imigran asal China dilarang bekerja di layanan publik Kanada, dan tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam pemilu.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Satu kanada, Bukan Kelompok yang Saling Membeda-bedakan

Sementara itu, menurut Kelley Lee, seorang profesor di bidang Ilmu Kesehatan, kakeknya, Lee Kum Shing, termasuk di antara mereka yang harus membayar pajak sebesar 500 dolar Kanada (sekitar Rp 5,4 juta), ketika bermigrasi dari China ke Kanada pada 1911 silam.

Kala itu, nilai pajak tersebut hampir serupa dengan nilai total gaji buruh kasar selama dua tahun.

Lee juga mengatakan bahwa keluarganya, termasuk sang ayah, Monty Lee--yang lahir di Vancouver pada 1923, menghadapi berbagai kebijakan diskriminatif di banyak sektor, sehingga membuat kehidupan mereka di tanah rantau semakin sulit.

"(permintaan maaf) Sangat penting ... karena ini adalah tempat di mana keluarga kami berjuang untuk menjadi bagian dari Kanada. Permintaan maaf adalah pengakuan bahwa apa yang terjadi pada kami adalah tindakan yang salah," kata Lee.

"Adalah tragis untuk berpikir tentang apa yang hilang, sebagai akibat dari diskriminasi, tidak hanya untuk orang-orang seperti ayah saya, tetapi untuk Kanada sebagai sebuah negara," lanjutnya.

Pendapat hampir serupa juga dilontarkan oleh salah seorang anggota Dewan Kota, Raymond Louie, yang nenek moyangnya bermigrasi dari Zhongshan di Guangdong.

"Ketika belakangan, banyak orang menunjuk siapa Anda, dan dari mana Anda berasal, permintaan maaf ini terasa seperti angin segar. Kita di sini sebagai satu Kanada, bukan kelompok yang saling membeda-bedakan," ujar Louie.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.