Sukses

Perkuat Operasi Anti-Teror di Afrika, AS Bangun Pangkalan Jet dan Drone Militer di Niger

Amerika Serikat tengah membangun pangkalan jet dan drone militer di Niger, sebuah langkah yang dilakukan guna memperkuat operasi anti-teror AS di kawasan

Liputan6.com, Niamey - Angkatan Udara Amerika Serikat, atas permintaan Pemerintah Niger, membangun pangkalan drone dan jet tempur militer di negara beribu kota Niamey itu -- sebuah langkah guna memperkuat operasi anti-terorisme AS di Afrika.

Tiga hangar dan sebuah landasan pacu merupakan fitur awal yang telah dibangun di pangkalan udara bernama Niger Air Base 201 -- yang terletak beberapa kilometer di luar Agadez.

Pangkalan itu akan menjadi rumah bagi sejumlah jet dan drone tempur AS, salah satunya General Atomics MQ-9 Reaper.

Alutsista itu akan dipindahkan dari pangkalan awalnya di Niamey ke Niger Air Base 201 dalam waktu dekat, demi memperluas cakupan operasi pesawat-pesawat tersebut di kawasan Gurun Sahara dan Dataran Sahel. Kata perwira tinggi US Air Forces (USAF) seperti dikutip dari ABC, Selasa (24/4/2018).

Namun, si perwira USAF itu tak menjelaskan detail jumlah alutsista dan personel AS yang akan ditempatkan di Niger Air Base 201, demi alasan keamanan.

Akan tetapi, sejak beberapa tahun lalu, AS telah menempatkan sejumlah besar -- diperkirakan ratusan hingga ribuan -- personel pasukan khusus dan beberapa alutsista di Niger.

Tujuannya, membantu pemerintahan setempat untuk memberantas berbagai kelompok terorisme seperti Al Qaida di Maghreb (AQIM) dan grup terafiliasi ISIS di Sahara.

Di sisi lain, proyek senilai US$ 110 juta dengan biaya pemeliharaan senilai US$ 15 juta/tahun itu adalah pangkalan operasional termahal dalam sejarah kemiliteran AS, lanjut perwira USAF itu.

Kehadiran Niger Air Base 201 juga menambah fasilitas militer Amerika Serikat di Afrika menjadi dua -- termasuk Camp Lemonnier di Djibouti, di Horn of Africa.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Intervensi AS plus Negara Barat di Niger dan Sekitarnya

Angkatan Bersenjata Niger yang didukung oleh pasukan AS plus Barat tengah melaksanakan operasi militer sporadis melawan militan ekstremis di kawasan dan wilayah sekitarnya.

Terkhusus AS, komando militer US Africa Command mengerahkan sekitar 800 personel (sebagian besar anggota US Special Forces) yang ditugaskan ke beberapa wilayah, seperti salah satunya di Pangkalan AU Agadez, Niger. Mereka dikerahkan dalam kapasitas untuk melatih dan membantu pasukan keamanan setempat.

Personel AS juga ditugaskan untuk terlibat dalam operasi pengumpulan info intelijen, pengintaian, serta membantu pasukan Jerman dan Prancis -- yang turut melaksanakan operasi militer di Mali, Niger, Chad, dan beberapa negara tetangga.

Militan ekstremis kerap terkonsentrasi di kawasan Daratan Sahel -- yang masuk dalam teritori sejumlah negara meliputi Niger, Chad, Senegal, Mali, Mauritania, Nigeria, Sudan, dan Sudan Selatan.

Kelompok militan ekstremis-teroris itu meliputi AQIM dan grup terafiliasi ISIS yang baru terbentuk, yakni Islamic State in the Greater Sahara. Kelompok itu kerap mengklaim sejumlah serangan yang terjadi di kawasan Daratan Sahel.

Geoff D Porter, kepala firma analis North Africa Risk Consulting menilai, meningkat dan meluasnya aktivitas militan ekstremis mungkin akan mendorong perubahan operasi militer koalisi Barat, yang semula terkonsentrasi di Libya, menjadi ke Senegal dan Chad ke selatan.

Telah Menelan Korban Jiwa dari AS

(Di dalam peti) Jenazah Staff Sgt Dustin Wright di Delaware Amerika Serikat. Wright adalah satu dari empat personel Pasukan Khusus AS (Green Berets) yang tewas dalam baku tembak dengan kombatan ISIS di Niger Oktober 2017 lalu (Aaron J Jenne/AP PHOTO)

Intervensi militer AS di Niger dan sekitarnya, sampai saat ini, telah menelan korban jiwa.

Pada Oktober 2017 lalu, tim patroli gabungan pasukan pemerintah Niger dan US Special Forces (Green Beret) disergap oleh militan di barat daya Niger -- di mana ISIS di Sahara mengklaim menjadi dalang serangan itu.

seperti dikutip dari CNN, pihak AS menyebut, pelaku penyergapan berjumlah hingga sekitar 50 orang dan mungkin terafiliasi dengan ISIS. Menewaskan 3 tentara elit AS.

Penyergapan itu dikonfirmasi oleh Komando Militer AS di Afrika setelah Radio France International (RFI) melaporkan peristiwa tersebut untuk pertama kali.

Pejabat setempat, Namatta Abubacar mengonfirmasi, lima serdadu Angkatan Bersenjata Niger tewas dalam penyergapan yang terjadi di wilayah Tillaberi itu.

Sementara itu, seorang diplomat pemerintah setempat melaporkan, para pelaku penyergapan diduga datang dari Mali, negara yang bertetangga dengan Niger di barat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.