Sukses

Black Panther Jadi Film Perdana yang Diputar di Arab Saudi

Setelah tiga dekade, Arab Saudi kembali membuka bioskop. Film perdana adalah Black Panther.

Liputan6.com, Riyadh - Lampu meredup dan kerumunan pria serta wanita kompak tepuk tangan dan berteriak pada Rabu malam saat film laris Hollywood "Black Panther" tayang perdana di bioskop pertama di Arab Saudi

Meskipun pemutaran perdana itu merupakan undangan pribadi, bagi banyak orang Arab Saudi itu menandai salah satu momen perubahan paling jelas bagi negara itu dalam beberapa dekade terakhir.

Dikutip dari Time.com pada Kamis (19/4/3018), bioskop dan film Black Panther dilihat sebagai bagian dari era baru Arab Saudi. Tak hanya bioskop, perempuan Arab Saudi akan segera diizinkan untuk berkendaraan dan orang-orang di negara kerajaan itu akan dapat pergi ke konser dan pertunjukan mode, dan mengudap popcorn dalam bioskop.

"Ini adalah era baru, zaman baru. Sesederhana itu. Segala sesuatunya berubah, kemajuan sedang terjadi. Kami membuka dan kami mengejar semua hal yang terjadi di dunia," kata Rahaf Alhendi, salah satu undangan yang menghadiri pemutaran perdana film di bioskop.

Pihak berwenang mengatakan publik dapat membeli tiket secara online pada Kamis untuk pertunjukan mulai Jumat. Tetapi mungkin ada penundaan.

Film yang diputar di bioskop Arab Saudi harus tunduk pada persetujuan sensor pemerintah, dan pemutaran perdana Rabu malam tidak terkecuali. Adegan kekerasan tidak dipotong, tetapi adegan terakhir yang melibatkan ciuman dihapus.

Meski demikian, bagaimanapun bioskop adalah sebuah langkah baru bagi negara itu. Pada 1980-an, ketika gelombang ultrakonservatisme menyapu Arab Saudi, mereka melarang pertunjukkan dalam sinema.

Kala itu, banyak ulama Saudi melihat film-film Barat dan bahkan film-film Arab yang dibuat di Mesir dan Lebanon sebagai dosa.

Adalah Putra Mahkota Muhammad bin Salman yang mendorong sejumlah reformasi sosial besar dengan dukungan dari ayahnya, Raja Salman, untuk memuaskan keinginan mayoritas penduduk muda di negara itu.

"Ini adalah hari bersejarah bagi negara Anda," kata Adam Aron, CEO AMC Entertainment, mengatakan kepada penonton bertepatan dengan pemutaran film Black Panther.

"Sudah sekitar 37 tahun Anda tak bisa menonton film di teater, bersama-sama, di layar besar."

AMC yang berbasis di Amerika Serikat, salah satu operator bioskop terbesar di dunia, hanya dua minggu sebelumnya menandatangani kesepakatan dengan Pangeran Muhammad untuk mengoperasikan bioskop pertama di kerajaan. AMC dan mitra lokalnya dengan cepat mengubah ruang konser di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, menjadi kompleks bioskop untuk pemutaran Rabu.

Aron mengatakan perusahaan berencana untuk mengubah kursi-kursi bergaya konser saat ini dan menggantikannya dengan sandaran kulit mewah serta membangun tiga layar lagi di tempat itu untuk menampung hingga 5.000 warga Arab Saudi untuk menonton film.

AMC telah bermitra dengan anak perusahaan dari dana kekayaan negara Arab Saudi, yang dikenal sebagai Dana Investasi Publik, untuk membangun hingga 40 bioskop AMC di seluruh negeri selama lima tahun ke depan.

Samer Alsourani melakukan perjalanan dari Provinsi Timur Arab Saudi untuk acara tersebut. Dia memuji putra mahkota karena menindaklanjuti janjinya untuk memodernisasi negara.

"Ini adalah pertama kalinya kami benar-benar melihat sesuatu yang benar-benar terwujud," katanya.

Reformasi sosial yang dilakukan oleh pewaris tahta berusia 32 tahun itu adalah bagian dari apa yang disebut Visi 2030, cetak biru Arab Saudi yang bertujuan untuk meningkatkan belanja lokal dan menciptakan lapangan kerja di tengah harga minyak yang terus menurun.

Pemerintah Arab Saudi memproyeksikan, pembukaan bioskop akan menyumbang lebih dari 90 miliar riyal (US$ 24 miliar) bagi perekonomian dan menciptakan lebih dari 30.000 pekerjaan pada tahun 2030. Kerajaan itu mengatakan akan ada 300 bioskop dengan sekitar 2.000 layar yang dibangun pada tahun 2030.

Saksikan video menarik berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kilas Balik Perjalanan Bioskop di Arab Saudi

Arab Saudi sudah mulai secara bertahap melonggarkan pembatasan pada pemutaran film dalam beberapa tahun terakhir, seperti menggelar festival film lokal dan pemutaran di bioskop darurat. Meskipun, sampai sekarang, sebagian besar warga Arab Saudi yang ingin menonton film di bioskop harus mengemudi ke Bahrain atau Uni Emirat Arab pada akhir r pekan untuk menyambangi bioskop.

Pada tahun 1970-an, ada banyak pemutaran film informal. Tetapi kerap dihentikan oleh polisi agama negara tersebut.

Jamal Khashoggi, seorang penulis Arab Saudi, menggambarkan bioskop pada tahun 1970-an sebagai "drive-in Amerika, tapi jauh lebih informal."

Dalam sebuah opini untuk The Washington Post, ia menulis bahwa seorang temannya yang tengah asyik menonton bioskop 'ilegal' harus mengalami patah kaki di Madinah. Kala itu, dia melompat dari tembok untuk melarikan diri dari polisi agama dan menghindari penangkapan

Pada tahun 1980-an, pemutaran film sebagian besar dilarang kecuali jika terjadi di kompleks perumahan pribadi untuk orang asing atau di pusat-pusat budaya yang dikelola oleh kedutaan asing.

Akses ke layanan streaming, seperti Netflix, dan TV satelit dengan mantap mengikis upaya pemerintah untuk menyensor apa yang bisa dilihat oleh publik Saudi. Pada 2013, film "Wadjda" membuat sejarah dengan menjadi film pembuka Academy Award pertama untuk Arab Saudi, meskipun tidak dinominasikan untuk Oscar.

Untuk mematuhi norma-norma kerajaan tentang pemisahan gender, pemutaran film tertentu dapat dilakukan. Ada yang untuk keluarga atau ada yang khusus penonton pria.

Namun, secara umum, kelak bioskop Arab Saudi yang baru nanti tidak akan dipisahkan menurut gender, tapi akan dipisah seperti "khusus keluarga" di mana wanita dan pria yang masih jadi muhrimnya duduk di situ.

Lalu ada bagian 'single section', yang dikhususkan untuk pria.

Pemisahan tersebut berlaku tak hanya di bioskop, tapi juga di restoran dan kafe.

Menteri Kebudayaan dan Informasi Saudi Awwad Alawwad mengatakan kepada The Associated Press bahwa pemerintah bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara aturan dalam Islam dan pengalaman yang didapat masyarakat.

"Kami ingin memastikan film-film tersebut sesuai dengan budaya kami dan menghormati nilai-nilai. Sementara itu, kami ingin memberikan pertunjukan yang indah kepada orang-orang, agar mereka dapat menikmati menonton film," katanya.

Bioskop baru juga dilengkapi dengan ruangan untuk mengakomodasi kebutuhan beribadah umat muslim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.