Sukses

Maraton Pyongyang Minim Pelari Asing, Takut Nuklir Korea Utara?

Maraton Pyongyang tahun 2018 hanya diikuti 429 pelari asing. Jauh lebih rendah daripada tahun 2017 lalu yang mencapai lebih dari 1.000 pelari.

Liputan6.com, Pyongyang - Acara tahunan Korea Utara, Pyonyang Marathon, pada 2018 rupanya minim pelari asing. Dibanding tahun lalu, jumlah pelari dari luar negeri kali ini kurang dari setengah jumlah tersebut.

Perlombaan lari tahunan ini adalah bagian dari acara perayaan kelahiran pendiri Korea Utara Kim Il-sung.

Dikutip dari BBC pada Senin (9/4/2018), larangan perjalanan warga Amerika Serikat ke Korea Utara dan kekhawatiran perang nuklir dianggap berkontribusi memangkas jumlah pelari maraton. Acara tahunan ini biasanya merupakan waktu puncak bagi turis Barat untuk berkunjung ke negara yang menutup diri itu.

Hanya ada 429 orang asing berkompetisi pada hari Minggu, dibandingkan dengan tahun 2017, lebih dari 1.000 pelari datang ke Pyongyang Marathon.

Pada puncaknya, lebih dari 5.000 turis Barat dilaporkan bepergian ke Korea Utara setiap tahun, dengan seperlima dari mereka adalah orang Amerika.

Namun, AS memberlakukan larangan perjalanan tahun lalu setelah kematian Otto Warmbier, seorang mahasiswa AS yang ditangkap dan ditahan di Korea Utara selama 17 bulan setelah berlibur ke Pyongyang. Dia kembali ke Amerika Serikat pada Juni 2017 dalam keadaan koma dan meninggal tak lama kemudian.

Maraton dimulai di stadion Kim Il-sung sebelum menuju tempat-tempat penting di ibu kota Korea Utara, seperti Kim Il-sung Square dan proyek pengembangan baru, Mirae Street.

Ri Kang-bom dari Korea Utara memenangi full marathon (maraton penuh) pria dalam waktu dua jam, 12 menit, dan 53 detik.

"Saya senang bahwa saya dapat memenuhi harapan rakyat," kata Ri.

Pelari profesional, termasuk 13 pesaing dari negara-negara Afrika, masuk dalam kategori elite ini.

Maraton penuh wanita dimenangkan Kim Hye-gyong dari Korea Utara dengan waktu dua jam, 27 menit, dan 24 detik. Saudara kembarnya, Kim Hye-song, datang sedetik kemudian.

Perlombaan secara resmi bernama Mangyongdae Prize International Marathon.

Baik Association of International Marathons dan Distance Races and the International Association of Athletic Federations mengakreditasi maraton Korea Utara tahun ini.

Bahkan, Distance Races and the International Association of Athletic Federations mengklasifikasikan Pyongyang Marathon dengan Bronze Label Road Race.

Pyongyang mulai mengizinkan para pelari amatir asing untuk mengikuti acara tahunan itu pada 2014. Rupanya, hal tersebut telah meningkatkan pariwisata Korea Utara.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Meski Pelari Asing Berkurang, Minat Turis ke Korea Utara Mulai Pulih

Berkurangnya pelari asing dimungkinkan karena ketegangan antara AS dan Korea Utara. Namun, langkah-langkah terbaru pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un untuk menenangkan situasi di semenanjung Korea, terutama sejak Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan pada bulan Februari, menghilangkan ketakutan para pelari.

Agen perjalanan mengatakan mereka telah melihat peningkatan minat maraton dari wisatawan dalam beberapa bulan terakhir.

Matt Kulesza dari Young Pioneer Tours, kelompok pariwisata yang membawa Otto Warmbier ke Korea Utara, mengatakan meskipun jumlah pelanggan maraton turun dibandingkan tahun lalu, jumlah wisatawan keseluruhan untuk 2018 tetap sesuai target.

"Dengan begitu banyak pembicaraan positif tentang DPRK di media, mungkin aura misteri itu, aura bahaya hampir menghilang," katanya.

Mahasiswa Inggris Callum McCulloch, yang mengikuti kompetisi kelas setengah jarak maraton, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia bangga bisa pergi ke Korea Utara melawan saran dari pemerintah.

Pria 23 tahun itu menggambarkan Pyongyang sebagai "seperti set film Wes Anderson." Film Wes Anderson terkenal dengan gaya visual dan naratif yang khas. Film terkenal Wes yang memenangkan piala Oscar 2014 adalah The Grand Budapest Hotel.

"Jika seseorang memberitahu Anda untuk tidak pergi ke suatu tempat, tidak melakukan sesuatu, itu membuat Anda lebih ingin pergi ke sana," kata mahasiswa Inggris mengenai larangan pemerintah untuk tidak pergi ke Korea Utara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.