Sukses

Mencium Aroma Makanan Bisa Bikin Gemuk? Ini Jawabannya...

Menurut hasil penelitian ilmiah, mencium aroma makanan memiliki keterkaitan dengan risiko kegemukan. Benarkah demikian?

Liputan6.com, Washington DC - Apa salahnya mencium aroma makanan yang menggugah selera? Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas California Berkeley, hal itu justru mengurangi aktivitas tubuh dalam pembakaran lemak, sehingga berisiko menyebabkan kegemukan.

Bahkan, seperti dikutip dari Thecut.com pada Rabu (4/4/2018), aroma makanan yang cukup tajam mampu mempengaruhi metabolisme dan nafsu makan berlebih.

Hasil penelitian ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Cell Metabolism itu menggunakan beberapa tikus percobaan yang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni tikus dengan penciuman sangat sensitif, tikus dengan penciuman normal, dan tikus dengan penciuman yang tidak begitu peka.

Adapun obyek makanan yang diteliti adalah burger tradisional Amerika yang terdiri dari daging giling berlemak, garam, lelehan keju proses, serta bawang bombay segar. Total sajian burger tersebut dibuat sama rata untuk seluruh kelompok tikus percobaan.

Diketahui bahwa tikus dengan penciuman yang tidak begitu peka hanya mampu menaikkan 10 persen berat badannya.

Sedangkan tikus dengan penciuman normal mengalami kenaikan berat badan yang bervariasi, yakni di antara 10 hingga 40 persen, tergantung dari frekuensi makannya.

Adapun bagi kelompok tikus dengan penciuman tajam, tercatat kenaikan berat badan mencapai hampir 100 persen.

 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hal-Hal yang Memicu Kegemukan

Hasil penelitian tersebut menandakan bahwa aroma makanan, memang memengaruhi nafsu makan, sehingga tubuh merasa perlu asupan makanan segera.

Sebagaimana umum diketahui, penghalang proses pembakaran lemak pada tubuh salah satunya diakibatkan oleh kegiatan makan yang cepat dan tidak terorganisir.

Makan dengan cepat menyebabkan tubuh kesulitan menyerap nutrisi secara maksimal, namun di satu sisi membuat tubuh kebanjiran lemak yang tidak sebanding dengan alur kegiatan cerna. Alhasil, lemak pun menumpuk di dalam tubuh.

Ketika lemak menumpuk di dalam tubuh, namun kegiatan cerna tidak berjalan efisien, serta ditambah dengan kurangnya aktivitas gerak, maka risiko kegemukan berpotensi lebih besar menghampiri.

"Penelitian ini tidak bermaksud menghalangi manusia untuk mencium aroma makanan, namun lebih kepada mengingatkan bahwa aroma makanan mampu meningkatkan nafsu makan. Jika nafsu makan tinggi tersebut tidak terkontrol, maka risiko kegemukan pun kemungkinan besar menghampiri. Korelasinya di kedua hal tersebut," jelas Ann McMohan, kepala penelitian terkait. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.