Sukses

2 Mahasiswi Universitas Parahyangan Siap Taklukan Gunung Everest

Dua mahasiswi Universitas Parahyangan, Bandung, akan melakukan ekspedisi menaklukkan puncak Gunung Everest.

Liputan6.com, Jakarta - Dua mahasiswi asal Indonesia bersiap untuk mengibarkan bendera Merah Putih di salah satu puncak gunung tertinggi di dunia.

Fransiska Dimitri Inkiriwang (24) dan Mathilda Dwi Lestari (24), mahasiswi Universitas Parahyangan, Bandung, akan menaklukkan puncak Gunung Everest yang berada di perbatasan Nepal dan Tibet.

Keduanya berangkat pada Kamis malam, 29 Maret 2018, pukul 20.30 WIB tanpa pendampingan siapapun, termasuk tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU).

"Yang muncak cuma mereka berdua. Nanti di sana, mereka bareng rombongan pendaki lain yang berasal dari negara lain juga," kata Sebastian Prasetyo selaku General Manager tim WISSEMU kepada Liputan6.com, Kamis (29/3/2018).

Apabila tak ada aral melintang, Fransiska dan Mathilda akan melakukan perjalanan sekitar 3 bulan, terhitung sejak 30 Maret hingga 9 Juni 2018. Sementara itu, mereka akan kembali ke Tanah Air pada 10 Juni.

"Kami memilih menggunakan rute utara, melalui Tiongkok, yang akan memakan waktu tempuh 57 hari. Tantangan terberat adalah tubuh untuk beradaptasi," ucap Fransiska.

Untuk alasan itulah, kedua mahasiswi itu harus mempersiapkan fisik dan mental dengan sangat matang. Dalam satu minggu, mereka giat berlari, yoga, berenang, dan latihan beban. Selain yoga, mereka juga rutin menjalani sesi hipnoterapi.

Gunung Everest akan menjadi puncak gunung terakhir dari rangkaian misi WISSEMU, yakni mengibarkan bendera Indonesia di tujuh gunung tertinggi di tujuh benua atau dikenal sebagai Seven Summits.

Membentang di tengah rangkaian Pegunungan Himalaya, puncak Gunung Everest merupakan titik tertinggi yang ada di Bumi. Dengan catatan elevasi 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl), ketinggian Everest hampir sama dengan menumpuk dua Gunung Carstensz, gunung tertinggi di Indonesia.

Dari tujuh puncak, enam di antaranya berhasil ditaklukkan keduanya dalam empat tahun ke belakang. Keenam gunung itu antara lain Gunung Carstensz Pyramid (Papua), Gunung Elbrus (Rusia), Gunung Kilimanjaro (Tanzania), Gunung Aconcagua (Argentina), Gunung Vinson Massif (Kutub Selatan), dan Gunung Denali (Alaska).

 

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan Berat Menanti

Dalam pendakian kali ini, Everest akan menghadirkan tantangan ekstra. Di tengah perjuangan untuk membawa diri menapakkan langkah demi langkah menuju puncak, oksigen di ketinggian gunung berkurang hanya menjadi sepertiga, dibandingkan dengan yang biasa kita hirup.

"Badan terasa dingin. Napas menjadi berat. Jalan satu langkah membutuhkan empat kali pengambilan napas," ujar Xaverius Frans, salah satu Seven Summiteers Indonesia yang pernah menjejakkan kakinya di Gunung Everest.

Hal ini sudah ia rasakan di area sekitar Camp 3 yang berketinggian sekitar 7.200 mdpl, bahkan sebelum mencapai ketinggian 8.000 meter.

Di musim dingin pada bulan Januari, suhu di puncak Everest bisa mencapai minus 60 derajat Celsius. Pada musim panas yang merupakan musim pendakian, suhu udara di pucuk Bumi ini hanya berkisar minus 20 derajat Celsius, menambah tantangan lebih bagi pendaki.

Terlebih bagi mereka yang berasal dari daerah beriklim tropis, seperti Indonesia.

Indonesia sebelumnya telah memiliki beberapa orang yang berhasil mencatatkan diri sebagai seven summiters, di antaranya adalah Sofyan Arief Fesa, Xaverius Frans, Broery Andrew Sihombing dan Janatan Ginting.

Mereka mewakili Tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala UNPAR (2009-2011) serta Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Fadjri Al Lufhfi dan Nurhuda yang tergabung dalam Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Wanadri.

Meski begitu, dari kedelapan nama tersebut, tak satu pun dari mereka adalah perempuan.

Gunung Everest merupakan gunung ketujuh atau terakhir yang akan didaki oleh Tim WISSEMU dalam misi menyelesaikan trek Seven Summits.

Sebelumnya Tim WISSEMU telah berhasil mendaki enam gunung tertinggi di enam lempeng benua berbeda yaitu Gunung Carstensz Pyramid, Papua, (4.884 mdpl) pada 13 Agustus 2014; Gunung Elbrus, Rusia, (5.642 mdpl) pada 15 Mei 2015; Gunung Kilimanjaro, Tanzania, (5.895 mdpl) pada 24 Mei 2015; Gunung Aconcagua, Argentina (6.962 mdpl) pada 30 Januari 2016; Gunung Vinson Massif, Antartika (4.892 mdpl) pada 5 Januari 2017; Gunung Denali, Alaska, (6.190 mdpl) pada 2 Juli 2017.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.