Sukses

Jelaskan Skandal Facebook, Mark Zuckerberg Akan Menghadap Kongres AS

Bos Facebook, Mark Zuckerberg, akan bersaksi di Kongres AS seputar eksploitasi data dan dugaan skandal Cambridge Analytica

Liputan6.com, Washington DC - Bos Facebook dikabarkan telah diundang untuk memberikan keterangan di hadapan Kongres Amerika Serikat (DPR dan Senat) guna memberikan keterangan seputar eksploitasi data di media sosial tersebut dan dugaan skandal Cambridge Analytica.

Seperti dikutip dari The Guardian (28/3/2018), seorang narasumber anonim yang paham akan isu tersebut mengatakan, Mark Zuckerberg telah diundang untuk bersaksi di hadapan Komite Energi dan Perdagangan House of Representatives (DPR) AS. Undangan itu, kabarnya, telah diterima pekan ini.

Akan tetapi, narasumber itu tak menjelaskan kapan Zuckerberg akan menghadap ke Komite Energi dan Perdagangan.

Beredar kabar bahwa alumni Harvard University itu akan menghadap Komite Energi dan Perdagangan pada 12 April nanti. Namun, pihak House of Representatives AS menolak berkomentar seputar kabar itu.

Di sisi lain, Komite Yudisial dan Perdagangan Senat AS juga telah mengundang Zuckerberg untuk menyampaikan keterangan terkait perihal serupa. Lagi, belum diketahui pasti kapan sang Bos Facebook itu akan menghadap ke Senat AS.

Kabar itu muncul beberapa hari setelah Mark Zuckerberg mengumumkan kepada berbagai media bahwa dirinya siap untuk memberikan keterangan atas skandal Facebook - Cambridge Analytica.

"Saya terbuka pada hal itu," ucap Zuckerberg seperti yang dilansir oleh Recode, 22 Maret.

"Kami sebetulnya cukup sering melakukannya. Ada banyak topik berbeda yang Kongres butuhkan dan ingin ketahui," tambahnya.

Ia juga memastikan pihak Kongres mendapatkan akses informasi yang mereka perlukan.

Dalam kesempatan itu, Zuckerberg turut meminta maaf bila mengecewakan para pengguna Facebook setelah firma konsultan politik berbasis di Inggris, Cambridge Analytica menyalahgunakan 50 juta data yang mereka ambil dari pengguna. Firma itu kemudian menggunakan data tersebut untuk berbagai kepentingan politik klien mereka.

Misalnya, membantu kemenangan capres Donald Trump dan pencemaran terhadap capres Hillary Clinton dalam Pilpres AS 2016, serta mempengaruhi hasil Brexit.

Di sisi lain, pihak Cambridge Analytica membantah bahwa mereka menjadi manipulator di balik berbagai peristiwa politik itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menolak Menghadap ke Parlemen Inggris

Langkah Zuckerberg untuk bersedia menghadap kepada Kongres dan Senat AS cukup kontras jika dibandingkan dengan keputusannya menolak menghadap ke Parlemen Inggris.

Pekan lalu, Komite Parlemen Inggris mengumumkan akan memanggil Zuckerberg untuk menghadap dan menjalani pemeriksaan seputar dugaan skandal Facebook - Cambridge Analytica.

Komite memanggil Zuckerberg guna memperoleh keterangan langsung darinya seputar dugaan skandal Cambridge Analytica.

Namun, Zuckerberg selalu mangkir meski telah tiga kali dipanggil. Alih-alih, ia mengirim deputi tinggi Facebook untuk menghadap kepada Komite Parlemen Inggris.

Anggota Parlemen Inggris, Damien Collins mengecam langkah Zuckerberg. Menimbang bahwa betapa seriusnya skandal tersebut, Collins beranggapan bahwa sudah sepatutnya pucuk tertinggi Facebook yang seharusnya menghadap kepada Parlemen.

Kendati demikian, Perdana Menteri Inggris Theresa May punya pendapat yang berbeda.

"Keputusan (untuk hadir secara langsung) ada di Zuckerberg," kata May.

Penyelidikan dan Pengumpulan Bukti

Sementara itu, akhir pekan lalu, Kepolisian Inggris telah memulai rangkaian penyelidikan serta pengumpulan dan analisis barang bukti terhadap skandal Cambridge Analytica.

Sejumlah bukti yang disita bersumber langsung dari kantor pusat Cambridge Analytica di London, Inggris. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, 26 Maret.

Penyelidik Inggris memasuki kantor perusahaan itu pada Jumat, 24 Maret malam. Belasan penyidik berada di perusahaan itu selama berjam-jam sebelum pergi Sabtu dini hari.

Penyelidikan dan penyitaan barang bukti itu dilakukan guna "menentukan langkah selanjutnya" yang akan diambil oleh pihak berwenang di Inggris.

Proses penyelidikan itu dilakukan beberapa hari usai Kantor Komisi Informasi Inggris (ICO) mengatakan akan mengajukan permohonan kepada Kepolisian dan Lembaga Peradilan untuk segera menyelidiki dugaan pelanggaran pidana yang dilakukan oleh Cambridge Analytica.

Bak gayung bersambut, hakim pengadilan setempat menerbitkan surat izin pada Jumat pagi. Kemudian kepolisian memulai penyelidikan dan pengumpulan barang bukti pada Jumat sore.

Merespons proses itu, ICO mengatakan bahwa "Seluruh bukti dan temuan akan dipelajari sebelum memutuskan untuk mengambil langkah selanjutnya dan sampai pada kesimpulan" terkait skandal Cambridge Analytica.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini