Sukses

26-3-1989: Pemilu Demokratis Pertama dan Terakhir Uni Soviet

Secara umum, pemilu dimenangkan oleh Boris Yeltsin di semua konsituen Moskow dengan perolehan 89 persen suara.

Liputan6.com, Moskow - Hari ini, 28 tahun silam, 26 Maret 1989, negeri komunis Uni Soviet menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu). Ini merupakan yang kali pertama bagi rakyat Soviet untuk memberikan hak suaranya secara terbuka. Sebelumnya, di bawah rezim komunisme, pemilihan hanya dilakukan oleh orang tertentu saja.

Alhasil, jutaan warga Soviet berbondong-bondong datang ke tempat pemilihan suara. Mereka memilih kandidat di luar kandidat incumbent yang berasal dari partai komunis Soviet. Sebanyak 1.500 kursi diisi oleh wajah baru. Demikian seperti dimuat BBC.

Beberapa pejabat Partai Komunis gagal memenangkan pemilu di sejumlah daerah, termasuk anggota Komite Pusat dan anggota Komite Politbiro, karena rakyat selama ini sudah hilang kepercayaan atas pejabat petahana.

Hasil ini dianggap tak terduga dan luar biasa. Kendati demikian, Presiden Mikhail Gorbachev mengimbau media Rusia tidak terlalu mendramatisir hasil pemilu ini, seperti dimuat kantor berita resmi Tass.

“Sebuah kemenangan bagi glasnost dan perestroika,” tutur Juru bicara Kementerian Luar Negeri Uni Soviet Gennady Gerasimov. Demikian, Today in History Liputan6.com pada 26 Maret 2018.

Politik glasnost adalah prinsip keterbukaan politik dan perestroika "restrukturisasi ekonomi" yang diperkenalkan Mikhail Gorbachev sejak menjabat sebagai pemimpin Soviet.

Secara umum, pemilu dimenangkan oleh Boris Yeltsin di semua konsituen Moskow dengan perolehan 89% suara. Diikuti Telman Gdlyan, jaksa senior yang mengungkap kasus korupsi Uzbekistan 1988, dengan 86,4% suara. Kemudian ada pemain sirkus terkenal Valentin Dikul dengan 72% suara.

Gorbachev mengatakan, masalah ekonomi yang meliputi defisit anggaran, kurangnya pasokan makanan dan kebutuhan barang menjadi alasan utama kenapa pejabat incumbent gagal dalam pemilu ini.

Setelah pemilu dilakukan, pemerintahan berjalan dengan kepemimpinan Gorbachev dan Yeltsin di pimpinan parlemen. Dua tahun kemudian, Gorbachev mundur dan Uni Soviet bubar dan berganti nama menjadi Republik Federasi Rusia. Hasil pemilu terakhir ini mengantarkan Boris Yeltsin menjadi Presiden Rusia terpilih setelah Uni Soviet hancur.

Sejarah lain mencatat pada 26 Maret 1971, Pakistan Timur memproklamirkan kemerdekaannya dan berganti nama menjadi Bangladesh. Kemudian 26 Maret 2000, Vladimir Putin terpilih menjadi Presiden Rusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.