Sukses

Pesawat Militer Rusia Jatuh di Suriah, 39 Tentara Tewas

An-26 mengalami kecelakaan saat mendarat di pangkalan udara Hmeimim. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pesawat jatuh sekitar 500 meter dari landasan pacu.

Liputan6.com, Hmeimim - Sebanyak 39 tentara Rusia tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat militer di Suriah, demikian laporan dari Kementerian Pertahanan Rusia.

Pesawat An-26 mengalami kecelakaan saat mendarat di pangkalan udara Hmeimim, di dekat kota pesisir Latakia. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pesawat jatuh sekitar 500 meter dari landasan pacu.

Data awal menyebutkan, kesalahan teknis diduga menjadi penyebab insiden tersebut. Namun, penyelidikan oleh komisi khusus masih dilanjutkan.

Dikutip dari BBC, Rabu (7/3/2018), insiden itu terjadi hanya satu pekan setelah pesawat tempur Rusia di pangkalan udara rusak akibat serangan pemberontak.

Rusia meluncurkan operasi militernya pada September 2015. Negeri Beruang Merah itu menyebut, langkahnya didasari oleh permintaan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Insiden yang Menimpa Pesawat Militer Rusia

  • Februari 2018: Sukhoi-25 ditembak jatuh di wilayah yang dikuasai pemberontak di Idlib. Pilot sempat menggunakan kursi lontar namun tewas.
  • Desember 2017: Tembakan granat merusak sejumlah pesawat di Hmeimim, dua tentara Rusia tewas.
  • Desember 2016: Pesawat Tu-154 yang membawa 92 orang jatuh di Laut Hitam. Semua penumpang tewas.
  • Agustus 2016: Seluruh penumpang helikopter tewas saat ditembak jatuh di Idlib.
  • November 2015: Pesawat tempur Turki menembak jatuh Sukhoi-24. Seorang pilot tewas dan pilot lainnya berhasil diselamatkan.
3 dari 3 halaman

Dugaan Serangan Gas Klorin

Pada saat yang sama, petugas medis di Ghouta Timur melaporkan, mereka merawat warga dengan masalah pernapasan setelah terjadi serangan yang diyakini melibatkan gas klorin.

Laporan tersebut menyusul adanya serangan udara dan penembakan oleh pasukan pemerintah Suriah. Serangan itu terjadi beberapa jam setelah bantuan PBB meninggalkan wilayah tersebut setelah gencatan senjata lima jam berakhir.

Berulang kali Suriah membantah bahwa pihaknya telah melakukan serangan dengan menggunakan senjata kimia. Mereka menyebutnya sebagai tuduhan putus asa oleh kekuatan Barat.

Dalam perkembangan terpisah, penyidik kejahatan perang PBB mengatakan, serangan udara di Suriah baik oleh Rusia maupun koalisi pimpinan AS telah menewaskan warga dalam jumlah besar sepanjang 2017.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.