Sukses

Mengaku Penjelajah Waktu dari Tahun 6491, Pria Ini Ramalkan Kehancuran AS

Pria yang mengaku sebagai penjelajah waktu dari masa depan meramalkan kehancuran AS. Lewat perantaraan erupsi gunung super Yellowstone.

Liputan6.com, London - Mengklaim sebagai penjelajah waktu dari masa depan, pria ini meramalkan hal mengerikan: bahwa erupsi Gunung Berapi Yellowstone akan terjadi dalam waktu dekat dan memicu kehancuran Amerika Serikat.

James Oliver, pria yang mengaku penjelajah waktu itu, mengaku datang dari masa depan. Konon, ia hidup pada tahun 6491. Meski tak ada bukti sahih yang menguatkan klaimnya itu.

Oliver berkoar, letusan Gunung Yellowstone akan terjadi dalam waktu dekat, demikian seperti dikutip dari media Inggris Daily Express (6/3/2018).

"Aku mengimbau soal bahaya Gunung Berapi Yellowstone," kata dia. 

"Seperti yang kalian tahu, gunung itu sudah menunda erupsi selama 600.000 tahun dan erupsi besar yang akan terjadi akan menghancurkan Amerika Serikat," lanjut Oliver yang berkoar-koar tanpa memiliki bukti konkret.

Si penjelajah waktu itu -- yang diduga kuat abal-abal -- juga mengatakan alasan mengapa erupsi gunung super tersebut akan memicu kehancuran di Negeri Paman Sam.

"Masalah utama yang akan muncul adalah, erupsi semacam itu akan melepaskan banyak abu ke atmosfer dan mengganggu mekanisme transportasi yang ada."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengaku Alien

James Oliver, dengan anehnya, juga mengaku sebagai alien dan bukan berasal dari sistem Tata Surya yang kita kenal.

Namun, ia juga tidak menjelaskan secara lebih rinci karena alasan 'kebijakan perusahaan'. Ia juga menggambarkan dirinya sebagai semacam arkeolog.

Oliver juga mengklaim bahwa dia terdampar di Bumi setelah fenomena super blue blood moon yang terjadi beberapa bulan lalu.

Ia mengatakan, "Apa yang terjadi adalah peristiwa geologi yang mengganggu sinyal saya ke luar. Dan pada dasarnya mengganggu sistem operasi kapal saya, yang berarti saya terjebak di sini sampai tim peneliti lain mendarat di planet ini."

"Saya bisa berada di sini beberapa hari lagi, atau beberapa tahun lagi, atau beberapa dekade, bahkan berabad-abad. Saya benar-benar tidak tahu."

3 dari 3 halaman

Gunung Pemicu Malapetaka di AS

Tak perlu peramal, apalagi dari masa depan nun jauh di sana, untuk mengatakan bahwa letusan Yellowstone akan berdampak mengerikan bagi Amerika Serikat. 

Sudah lama jadi rahasia umum: ada raksasa tidur di bawah Taman Nasional Yellowstone yang indah, yang terletak di negara bagian Wyoming, Montana, dan Idaho, Amerika Serikat. 

Raksasa tidur itu berupa gunung berapi raksasa (supervolcano) yang cukup kuat untuk menghancurkan sebagian besar wilayah Amerika Serikat dan mengubah dunia.

Pada tahun 2013, tim ilmuwan menemukan bahwa kamar magma gunung raksasa itu ternyata jauh lebih besar dari perkiraan sebelumnya, 2,5 kali lipat.

Ilmuwan menemukan gua bawah tanah yang membentang lebih dari 90 km yang berisi sekitar 2.700 km kubik batuan cair. Temuan tersebut dipresentasikan dalam American Geophysical Union Fall Meeting di San Francisco.

"Kami telah bekerja di sana dalam waktu tak sebentar, dan selama itu kami selalu berpikir kamar magma itu lebih besar dari perkiraan... namun temuan ini tetaplah mengejutkan," kata Prof Bob Smith dari University of Utah, seperti dikutip dari BBC, Rabu (11/12/2013).

Tim menggunakan jaringan seismometer yang terletak di sekitar taman nasional untuk memetakan ruang magma.

Dr Jamie Farrell dari University of Utah menjelaskan, timnya merekam data gempa pada dan di sekitar Yellowstone. Lalu mengukur gelombang seismik yang merambat di tanah.

"Gelombang itu bergerak lebih lambat melalui material yang panas dan sebagian cair. Dengan itu kami bisa mengukur apa yang tersembunyi di sana."

Tim menemukan, kamar magma itu luar biasa besar. Mencapai kedalaman 2 sampai 15 kilometer. Liang itu diperkirakan memiliki panjang 90 kilometer dan lebar 30 km.

Ukuran kamar magma tersebut ternyata jauh lebih besar -- ke utara dan ke timur -- daripada yang diungkap studi sebelumnya. "Tak ada yang pernah memetakan ukuran seperti itu sebelumnya," tambah Dr Farrell.

Malapetaka

Temuan tersebut digunakan para ilmuwan untuk menilai potensi ancaman gunung raksasa itu.

Seandainya Yellowstone meletus sekarang, akibatnya bakal katastropik -- malapetaka. Sebagai perbandingan, saat kali terakhir erupsi besar 640.000 tahun lalu, ia mengirim abu ke seantero Amerika Utara. Membawa dampak pada iklim dunia. Kekuatan erupsinya diperkirakan 25 ribu kali lebih kuat dari letusan Gunung St Helena pada tahun 1980.

Sebelum letusan mahadahsyat itu terjadi, lindu besar akan kuat mengguncang area sekitarnya, lalu ledakan besar akan menyapu bersih Yellowstone, membuatnya lenyap dari peta.

Kemudian, awan panas dan batuan membara membakar apapun yang dilewatinya, dengan suhu mencapai ratusan derajat Celcius. Abu akan menyelimuti bagian barat AS hingga radius 1.000 mil atau lebih dari 1.600 kilometer, masuk ke mesin pesawat terbang, melumpuhkan transportasi udara, mengancam pasokan pangan dunia.

Jatuhnya korban jiwa tak bisa dicegah. Sekitar 87.000 orang akan tewas seketika, belum lagi yang menyusul akibat dampak susulan.

Tak hanya itu, dua pertiga wilayah Amerika Serikat bisa jadi tak bisa dihuni karena udara beracun yang berhembus dari kaldera. Jutaan orang menjadi pengungsi.

Ilmuwan juga belum mengetahui kapan Yellowstone akan kembali meletus. Sejumlah ahli yakin, gunung Yellowstone meletus 700.000 tahun sekali.

Profesor Smith mengatakan, masih banyak data yang diperlukan untuk membuat prediksi, sebab, baru ada 3 letusan besar sejauh ini: pada 2,1 juta tahun lalu, 1,3 juta tahun lalu, dan 640.000 tahun lalu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini