Sukses

Ikuti Jejak AS, Guatemala Pindahkan Kedutaan Besar ke Yerusalem Mei 2018

Guatemala mengumumkan pemindahan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Liputan6.com, Guatemala - Guatemala menyatakan akan memindahkan kedutaan besarnya dari Israel ke Yerusalem dalam dua bulan mendatang, tepatnya Mei. Pengumuman ini disampaikan oleh Presiden Guatemala, Jimmy Morales, dalam konferensi pers tahunan American Israel Public Affairs Committee di Washington, Amerika Serikat.

"Keputusan berdaulat yang kami buat adalah kami mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," kata Morales, seperti dikutip dari CNN, Minggu 4 Maret 2018.

"Pada bulan Mei tahun ini, kami akan merayakan ulang tahun Israel yang ke-70, dan di bawah perintah saya, dua hari setelah Amerika Serikat memindahkan kedutaannya, Guatemala segera mengikutinya, memindahkan kedutaan secara permanen ke Yerusalem," imbuh Morales.

Desember lalu, Morales mengatakan di akun Facebook resminya bahwa ia berencana melakukan perpindahan. Ia pun telah berbincang dan bertatap muka dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Morales juga menginstruksikan Kementerian Luar Negeri Guatemala agar segera memulai proses pemindahan kedutaan ke Yerusalem.

Guatemala adalah negara Amerika Tengah pertama yang mengumumkan pemindahan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem, sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Kota Suci tersebut sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017.

Morales menilai keputusan Donald Trump sebagai keputusan yang berani. Ia bahkan mengucapkan terima kasih kepada Orang Nomor Satu di AS itu, karena telah menjadi pelopor dan menuntun negaranya untuk mengambil langkah tepat.

Pada tahun 1947, Guatemala adalah negara pertama yang memberikan suaranya untuk pembentukan Negara Israel. Lalu, pada tahun 1959, Guatemala menjadi negara pertama yang membuka kedutaannya di Yerusalem.

Akan tetapi pada tahun 1980, Guatemala terpaksa memindahkannya ke Tel Aviv, setelah Dewan Keamanan PBB meminta negara ini dan negara-negara lain agar mencabut kedutaan besar mereka di Yerusalem.

Guatemala adalah satu dari delapan negara yang memilih untuk menentang resolusi PBB. Artinya, Guatemala menjadi pendukung Amerika Serikat atas keputusan Donald Trump terhadap Yerusalem.

"Kami yakin banyak negara lain yang akan mengikuti langkah kami," ucap Morales penuh percaya diri.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Guatemala Siap Bantu Negara yang Ikuti AS

Guatemala telah menyatakan bahwa kantor kedutaan besarnya akan dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem. Presiden Jimmy Morales mengumumkannya pada 24 Desember 2017 malam waktu setempat.

Menteri Luar Negeri Guatemala Sandra Jovel berharap negara-negara lain -- yang abstain dan tak mendukung resolusi PBB -- akan mengikuti jejak tersebut.

Ia menegaskan, Guatemala siap membantu negara-negara yang membutuhkan bantuan terkait isu Yerusalem.

"Saya percaya bahwa ini (pemindahan kedutaan) adalah keputusan berdaulat yang dibuat oleh masing-masing negara berdasarkan posisinya. Kami bersedia mendukung mereka yang mengikuti jejak Guatemala," kata Jovel melalui sebuah wawancara telepon kepada The Times of Israel, Kamis 4 Januari 2018.

Guatemala menjadi negara Amerika Tengah pertama yang memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Negara Amerika Tengah yang akan merealisasikan rencana serupa, yakni Honduras.

Adapun, El Salvador menyatakan dengan tegas bahwa pemerintahannya tidak akan memindahkan kedutaan ke Yerusalem.

Jovel, yang telah menjadi Menlu Guatemala sejak Agustus 2017, mengaku bahwa pemindahan kedutaan telah dimulai. Namun begitu, pihaknya masih memerlukan banyak waktu sebelum akhirnya Kedutaan Guatemala benar-benar direlokasi.

"Kami tidak terburu-buru, tapi kami juga tidak mau terlalu lama. Kami harus melakukannya dengan tenang, mengingat pemindahan kedutaan menyertakan aspek administratif, politis dan logistik. Kami harus memastikannya selesai dengan baik dan pada waktu yang tepat," imbuhnya.

Sebenarnya Guatemala ingin menjadi negara pertama di dunia yang mengumumkan niatnya untuk memindahkan kedutaan ke Yerusalem, beber Jovel. Akan tetapi, hal itu urung dilakukan karena beberapa alasan.

"Guatemala berinisiatif untuk memindahkan kembali kedutaannya ke Yerusalem selama bertahun-tahun. Lahirnya keputusan itu didasarkan pada koherensi antara Guatemala dan Israel pada waktu lampau," paparnya.

"Tentu saja keputusan Presiden Donald Trump sedikit membantu, karena kami bisa melakukannya bersama, sebagai negara sekutu. Tapi keputusan kami adalah keputusan yang berdaulat berdasarkan hubungan luar negeri Guatemala dengan Israel," ia menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.