Sukses

Korea Selatan Kirim Kepala Badan Intelijen ke Korea Utara, Ada Apa?

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengirim sejumlah delegasi tingkat tinggi ke Pyongyang untuk berdialog dengan Korea Utara, termasuk Kepala Badan Intelijen Nasional.

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengirim sejumlah delegasi tingkat tinggi ke Pyongyang untuk berdialog dengan Korea Utara.

Menurut pernyataan Blue House, dialog akan berfokus pada hubungan kedua negara dan menetapkan kondisi untuk dialog Korea Utara dan Amerika Serikat mengenai denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Kepala Keamanan Nasional, Chung Eui-yong, akan memimpin delegasi Korea Selatan yang berjumlah 10 orang.

Dikutip dari CNN, Senin (5/3/2018), Delegasi itu termasuk Kepala Badan Intelijen Nasional Sun Hoon, Wakil Menteri Unifikasi Chun Hae-sung, Wakil Direktur Badan Intelijen Nasional Kim Sang-gyun, dan Wakil Direktur Blue House Yung Gyeong-young.

Menurut juru bicara Blue House, Yoon Young-chan, delegasi itu akan kembali ke Korsel dan melanjutkan perjalanannya ke AS untuk memberitahu hasil kunjungan mereka ke Pyongyang.

AS sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya mau bertemu dengan Korea Utara. Namun, Negeri Paman Sam itu selalu bersikeras bahwa Pyongyang harus meninggalkan pengembangan program senjata nuklirnya jika dialog ingin dilakukan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Korea Utara Menelepon AS

Pada 1 Maret 2018, Presiden AS Donald Trump melakukan perbincangan via telepon dengan Presiden Moon.

Dalam keterangan yang dirilis Gedung Putih, disebutkan bahwa kedua negara memahami posisi tegas mereka bahwa setiap dialog dengan Korea Utara harus dilakukan untuk tercapainya denuklirisasi yang lengkap, dapat diverifikasi, dan tak diubah.

Dalam sebuah pidato di Gridiron Club Dinner pada 3 Maret 2018 malam, Trump mengatakan bahwa baru-baru ini Korea Utara membahas soal kemungkinan dilakukannya dialog antar kedua negara.

"Mereka menelpon kami beberapa hari yang lalu dan berkata, 'Kami ingin berbicara'," ujar Trump.

"Dan saya berkata, 'Begitu juga kami, tapi Anda harus melakukan denuklirisasi'. Jadi mari kita lihat apa yang terjadi," imbuh dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.