Sukses

Markas Polisi di Afrika Selatan Diserang, 6 Orang Tewas

Menteri Kepolisian Afrika Selatan Fikile Mbalula menyebut serangan di markas polisi Desa Engcobo sebagai sebuah tragedi nasional.

Liputan6.com, Engcobo - Lima polisi dan seorang tentara yang sedang tidak bertugas tewas akibat serangan terhadap sebuah kantor polisi, di sebuah kawasan pedesaan di Afrika Selatan.

Seorang juru bicara kepolisian mengatakan, sekelompok orang bersenjata menyerbu kantor polisi di Desa Engcobo pada Rabu 21 Februari 2018 waktu setempat.

Serangan di markas polisi yang terletak di wilayah Selatan Afrika Selatan itu terjadi tidak lama setelah tengah malam waktu setempat.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (22/2/2018), tiga polisi tewas dalam serangan itu.

Para penyerang sempat mencuri sejumlah senjata dan menculik dua polisi lainnya sebelum melarikan diri dengan menggunakan mobil petugas. Sementara seorang tentara ditembak mati ketika kelompok itu berusaha kabur.

Dua polisi yang diculik belakangan diketahui tewas. Jasad mereka ditemukan di sebuah pinggiran jalan.

Menteri Kepolisian Afrika Selatan Fikile Mbalula menyebut serangan itu sebagai sebuah tragedi nasional.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Setelah Pelantikan Presiden Baru

Insiden penyerangan tersebut terjadi kurang dari sepekan setelah pemimpin Partai African National Congress (ANC), Cyril Ramaphosa, disumpah sebagai Presiden baru Afrika Selatan.

Ramaphosa menggantikan Jacob Zuma yang mengundurkan diri sebagai orang nomor satu di negara tersebut pada 14 Februari 2018.

Sebelum disumpah, Ramaphosa merupakan wakil dari Zuma. Pada Desember 2017, ia terpilih menjadi ketua ANC, mengalahkan kandidat pilihan Zuma yang merupakan mantan istrinya sendiri, Nkosazana Dlamini-Zuma.

Dikutip dari CNBC, Jumat (16/2/2018), Ramaphosa dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Afrika. Pria berusia 65 tahun itu diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 450 juta atau sekitar Rp 6,07 triliun.

Pria yang juga berprofesi sebagai pengacara itu, pernah ditahan dua kali selama tahun 1970-an karena menentang apartheid. Pada 1982, ia meluncurukan serikat buruh paling kuat di Afrika Selatan, Nation Union of Mineworkers.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.