Sukses

Blok 4 Negara Bertekad Hadapi Tiongkok di Laut China Selatan

AS, India, Jepang, dan Australia diperkirakan akan semakin bertekad agar Laut China Selatan dari militerisasi Tiongkok di kawasan

Liputan6.com, Canberra - Satu blok negara yang terdiri dari Amerika Serikat, India, Jepang, dan Australia diperkirakan akan semakin bertekad agar Laut China Selatan tetap terbuka bagi penggunaan internasional, meski Tiongkok tampak semakin kuat menguasai kawasan maritim tersebut, kata sejumlah analis.

Stuart Orr, profesor pengelolaan strategi di Universitas Deakin di Australia juga mengatakan bahwa keempat negara itu diduga kuat akan semakin intens mengeluarkan pernyataan keras, membantu saingan-saingan maritim China, dan mengadakan latihan angkatan laut bersama dekat jalur pelayaran yang disengketakan tersebut.

Australia, India, Jepang dan Amerika Serikat, kelompok yang disebut "Quad" itu, kemungkinan besar akan mengambil langkah-langkah tersebut, ketimbang menantang langsung klaim Tiongkok dengan menggoyah sarana militernya di antara ke-500 pulau-pulau kecil di Laut China Selatan.

"Nomor satu, kehadiran kemungkinan akan dipelopori Amerika Serikat," kata Stuart Orr seperti dikutip dari VOA (7/2/2018).

"Kalau saya harus menduganya, saya kira nomor dua adalah India, sementara Jepang serta Australia akan menyediakan dukungan logistik tingkat tinggi."

Negara-negara tersebut ingin menjaga laut yang kaya sumber-daya alam seluas 3,5 juta kilometer persegi itu tetap terbuka sambil melindungi hubungan ekonomi mereka sendiri dengan Beijing. Sementara itu, banyak negara yang berlayar, menangkap ikan dan mengeksplorasi Laut China Selatan sekarang ini.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menhan AS: Kami Siap Bantu RI di Laut China Selatan dan Natuna

Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis menyatakan bahwa Washington siap berkomitmen untuk membantu Indonesia seputar isu kawasan Laut China Selatan dan Laut Natuna Utara.

Hal itu diutarakan oleh Mattis dalam konferensi pers gabungan bersama Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu, usai keduanya melakukan dialog bilateral di Gedung Kemhan RI, di Jakarta, 23 Januari 2018.

"Amerika Serikat siap membantu Indonesia untuk mempertahankan kewaspadaan domain maritim di Laut China Selatan dan Laut Natuna Utara," kata Menhan Mattis.

"Hal itu yang akan kita tindak lanjuti. Kami (Mattis dan Ryamizard) pikir, kami harus melakukannya dengan bekerja sama," tambahnya.

Mattis juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki peranan penting di kawasan laut yang belakangan ini menimbulkan polemik dan persengketaan, yang melibatkan China, sejumlah negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, serta Amerika Serikat -- di mana Amerika Serikat berbeda kawasan, tetapi tampak memiliki agenda kepentingan politik di kawasan tersebut, sebagai bagian dari konsep 'Indo-Pasifik' yang diutarakan Presiden Donald Trump.

"Jelas bahwa peran Indonesia di kawasan itu sangat penting," kata Mattis.

"Kita (AS) akan terus bekerja sama dengan kalian (Indonesia) untuk menjamin keamanan, kesejahteraan ... kepatuhan dan penghormatan terhadap hukum internasional, serta menjamin prinsip kebebasan bernavigasi (di kawasan maritim). Semua itu penting bagi semua negara," tambah pensiunan Jenderal Marinir AS itu.

Mattis juga menggarisbawahi signifikansi peran ASEAN -- di mana Indonesia merupakan salah satu negara motor penggerak organisasi tersebut -- dalam menjamin dan mempertahankan keamanan di kawasan maritim tersebut.

Namun dalam konferensi pers, sang Menhan AS itu tidak menjelaskan secara detail mengenai bentuk partisipasi dan bantuan seperti apa yang akan diberikan oleh Washington DC terhadap Indonesia terkait isu Laut China Selatan dan Laut Natuna Utara.

Kendati demikian, Mattis menegaskan bahwa ia dan Ryamizard siap berkomitmen untuk memandang isu kawasan maritim itu secara damai. Keduanya juga berkomitmen untuk mempertahankan perdamaian di kawasan maritim tersebut.

"AS dan Indonesia sama-sama melihat kawasan maritim tersebut sebagai kawasan damai. Dan kami ingin mempertahankannya agar tetap dalam kondisi yang damai, supaya mampu memberikan kesejahteraan bagi negara-negara di sekitarnya, terlepas dari ukuran negara-negara tersebut," kata Mattis.

Selain itu, dalam kesempatan yang sama, Mattis juga menegaskan bahwa Amerika Serikat siap membantu visi Presiden RI Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia.

"Kami akan membantu Presiden Joko Widodo terkait visi itu. Kami melihat visi itu sebagai visi yang sehat dan sangat penting untuk menjamin perdamaian di kawasan maritim sekitar," papar pria yang kerap disematkan julukan 'The Mad Dog' oleh berbagai media Barat itu.

"AS - Indonesia ingin menjamin perdamaian dengan benar-benar melakukannya, tak hanya sekadar kata-kata semata," tegas Mattis.

Dalam kesempatan yang sama, Menhan Ryamizard sendiri menjelaskan bahwa pembahasan seputar isu Laut China Selatan sudah jauh lebih kondusif ketimbang kurun waktu sebelumnya.

"AS, Indonesia, ASEAN sudah banyak berdialog seputar isu Laut China Selatan dalam KTT ASEAN di Manila, November 2017 lalu," paparnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.