Sukses

Aplikasi Olahraga Kuak Keberadaan Markas Militer Rahasia AS

Aplikasi olahraga menunjukkan peta aktivitas pengguna secara online di seluruh dunia. Termasuk para tentara AS di markas rahasia.

Liputan6.com, Washington, DC - Pergerakan GPS lewat pelacakan panas tubuh dari FitBits, ponsel, dan perangkat pelacakan kebugaran adalah hal biasa di masa kini. Lewat aplikasi itu, pengguna dapat melihat rute mana yang ditempuh dan berapa kilometer mereka sudah berolahraga seperti jogging atau bersepeda. 

Biasanya, peta tersebut berada di ponsel masing-masing pengguna. Namun, apa jadinya jika penyedia layanan GPS itu mengunggahnya secara online, memperlihatkan banyaknya gambaran aktivitas pengguna di seluruh dunia. 

Itulah yang dilakukan oleh Global Heat Map, yang menerbitkan perusahaan pelacak GPS Strava. Mereka menggunakan informasi satelit untuk memetakan lokasi dan pergerakan pengguna olahraga, seperti jogging, jalan kaki atau bersepeda, selama periode dua tahun.

Heat map itu memetakan dengan cara menerangi area aktivitas di mana para pengguna bergerak. Semakin banyak orang yang bergerak di situ, semakin terang pula warnanya.

Strava mengatakan bahwa pihaknya memiliki 27 juta pengguna di seluruh dunia, termasuk orang-orang yang memiliki perangkat kebugaran yang tersedia secara luas, seperti Fitbit dan Jawbone, serta orang-orang yang berlangganan langsung aplikasi mobile-nya.

Peta itu memang tidak menyiarkan aktivitas pengguna secara live, tapi menunjukkan pola aktivitas akumulasi antara 2015 dan September 2017. Demikian seperti dikutip dari The Washington Post pada Senin (29/1/2018).

Masalahnya, pengguna aplikasi itu beragam profesi. Dari orang kantoran hingga militer. Dan, terkuaklah, global heat map tersebut memperjelas pola lokasi tentara yang bekerja di pangkalan militer di lokasi terpencil di seluruh dunia.

Kondisi ini jelas menjadi masalah keamanan secara global.

Sebagian besar wilayah Amerika Serikat dan Eropa, di mana jutaan orang menggunakan beberapa jenis pelacak kebugaran, muncul di peta sebagai cahaya terang karena ada begitu banyak aktivitas.

Di zona perang dan gurun pasir di negara-negara seperti Irak dan Suriah, peta hampir seluruhnya gelap - kecuali beberapa pola yang tersebar. Ternyata, jika memperbesar (zoom) area tersebut, rupanya itu adalah lokasi dan basis militer AS, dan juga situs-situs lain yang bersifat rahasia dan berpotensi bersifat sensitif dari segi keamanan.

Warna terang yang dihasilkan peta itu ada kemungkinan berasal dari tentara Amerika Serikat dan personel lainnya yang menggunakan pelacak kebugaran saat mereka bergerak.

Screen capture kota Damaskus, Suriah, memperlihatkan aktivitas pergerakan orang yang menggunakan layanan Strava (screen cap/STRAVA)

Kolonel Angkatan Udara John Thomas, juru bicara US Central Command, mengatakan pada hari Minggu bahwa militer AS tengah melihat implikasi dari peta tersebut.

Militer tidak menanggapi pertanyaan tentang peraturan tentang penggunaan aplikasi pelacakan kebugaran. Namun, sebelumnya, Pentagon telah mendorong penggunaan Fitbits di kalangan personel militer dan pada tahun 2013 mendistribusikan 2.500 alat itu sebagai bagian dari program percontohan untuk memerangi obesitas.

Berawal dari Temuan Mahasiswa Australia

Global Heat Map mengunggah program peta secara online pada bulan November 2017. Perusahaan itu mengklaim, update peta akan "enam kali lebih banyak data daripada sebelumnya".

Akan tetapi, informasi yang dikemukakannya itu dikomentari oleh Nathan Ruser, mahasiswa Australia dan analis dari Institute for United Conflict Analysts.

Ia mendapat "ilham" dari sang ayah yang kala itu juga melihat bagaimana pelacak itu memunculkan peta. Sang ayah berkata, "Peta ini menunjukkan di mana orang kulit putih kaya berada di dunia."

"Saya langsung bertanya-tanya, apakah peta itu bisa memperlihatkan tentara AS?" kata Ruser usai sang ayah berkata seperti itu.

Pemuda 20 tahun itu langsung men-zoom Suriah.

"Pola peta yang terang di sana seperti sebuah pohon Natal."

Ruser pun langsung berkicau dalam Twitter mengenai temuan itu.

Dalam Twitternya, Ruser mengatakan, "Peta tersebut membuat pangkalan militer AS terlihat dengan jelas."

"Jika tentara menggunakan aplikasi seperti orang normal, dengan menjalankan pelacakan saat mereka melakukan latihan, ini bisa sangat berbahaya. Trek khusus ini seperti menelusuri rute jogging. Kalau saya pribadi, saya tidak mau membocorkan pola saya dengan cara seperti ini," tulis Ruser dalam Twitternya.

Para data analis, ahli militer, dan mantan tentara pun langsung mencoba membuktikan pernyataan Ruser.

Adam Rawnsley, seorang jurnalis Daily Beast, melihat banyak aktivitas jogging di pantai dekat markas CIA yang dicurigai di Mogadishu, Somalia.

Pengguna Twitter lainnya mengatakan bahwa dia telah menemukan lokasi sistem rudal Patriot di Yaman.

Ben Taub, seorang jurnalis dengan New Yorker, menemukan basis Operasi Khusus AS di wilayah Sahel di Afrika.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

'Menelanjangi'

Situs ini memang tidak mengidentifikasi identitas si pengguna aplikasi. Namun, menunjukkan banyak lokasi yang mungkin terhubung ke lembaga bantuan, fasilitas PBB, dan basis militer negara lain, "atau kelompok yang personelnya cenderung menggunakan pelacak kebugaran," kata Tobias Schneider, seorang analis keamanan internasional yang berbasis di Jerman.

"Tapi tidak sulit untuk memetakan aktivitas dalam sebuah situs militer AS, misalnya dan kemudian mengumpulkan informasi lebih lanjut," ucapnya lagi. 

Memang, lokasi sebagian besar situs tersebut dalam peta sudah jadi pengetahuan umum, seperti pangkalan udara Kandahar yang luas di Afghanistan.

Pentagon secara terbuka telah mengakui bahwa pasukan Operasi Khusus AS mempertahankan sebuah pos terdepan di Tanf di gurun Suriah dekat perbatasan Irak. Dalam peta, terlihat terang. Mungkin karena ada tentara AS yang memakai Fitbits atau perangkat serupa berjalan di sekitar atau di sekitar patroli perimeter

"Namun data tersebut juga menawarkan informasi kepada siapa saja yang ingin menyerang atau menyerang pasukan AS di atau sekitar basis. Termasuk pola aktivitas di dalam markas," kata Schneider.

3 dari 3 halaman

Bisa Jadi Target Penyerangan

Banyak orang memakai pelacak kebugaran mereka sepanjang hari untuk mengukur jumlah langkah total mereka, tak terkecuali para tentara AS. Itu berarti peta tersebut mengungkapkan lebih dari sekedar kebiasaan berolahraga mereka.

Garis aktivitas yang keluar dari peta juga dapat mengindikasikan rute patroli. Peta Afghanistan muncul sebagai jaringan jaring laba-laba yang menghubungkan pangkalan, menunjukkan rute pasokan, seperti halnya di timur laut Suriah, di mana Amerika Serikat memelihara jaringan basis yang sebagian besar tidak terdokumentasi.

Konsentrasi cahaya di dalam sebuah pangkalan dapat menunjukkan di mana pasukan tinggal, makan atau bekerja. Itu bisa menunjukkan target yang bisa diserang musuh.

Peta strava heat map di Suriah yang menunjukkan banyaknya aktivitas pengguna (

Di sebuah lokasi di utara Suriah dekat sebuah bendungan, para analis menduga militer AS sedang membangun sebuah pangkalan. Peta tersebut menunjukkan adanya gumpalan kecil aktivitas yang disertai oleh garis intens di sepanjang bendungan di dekatnya, menunjukkan bahwa personil di lokasi joging secara teratur di kawasan bendungan itu, kata Schneider.

"Ini adalah ancaman keamanan yang jelas," kata Schneider.

"Anda bisa melihat pola hidup. Anda dapat melihat di mana orang yang tinggal di kompleks berjalan di jalan untuk berolahraga. Di salah satu basis AS di Tanf, Anda bisa melihat orang-orang berputar-putar. "

"Big OPSEC (keamanan operasi] dan PERSEC (keamanan pribadi]) gagal," tulis Nick Waters dalam Twitter, seorang mantan perwira tentara Inggris yang menunjuk lokasi bekas markasnya di Afghanistan menggunakan peta tersebut.

"Rute patroli, patroli terisolasi, banyak data intelijen yang bisa disalahgunakan."

Tak hanya markas militer AS, perimeter pangkalan utama Rusia di Suriah, Hmeimim, terlihat jelas - seperti beberapa rute patroli.

Pangkalan Rusia lainnya juga muncul, namun kata Schneider, orang Iran tidak menggunakan pelacak kebugaran atau dengan hati-hati mematikannya.

"Aplikasi dan perangkat Strava berisi opsi untuk mematikan layanan transmisi data, sehingga lebih menjadi tanggung jawab pengguna untuk memastikan keamanan tidak dilanggar, " ucap mahasiswa Australia, Ruser. "Sepertinya harus ada pengawasan yang besar," katanya.

Pernyataan Strava 

Strava mengeluarkan sebuah pernyataan yang mendesak pengguna untuk memeriksa situs web perusahaan untuk memastikan mereka memahami pengaturan privasi.

"Global Heat Map kami berasal dari gabungan dan anonim lebih dari satu miliar aktivitas pengguna yang diunggah ke platform kami," kata pernyataan tersebut.

"Peta itu mengecualikan aktivitas yang telah ditandai sebagai zona privasi pribadi pengguna. Kami berkomitmen untuk membantu orang lebih memahami pengaturan kami agar memberi mereka kendali atas apa yang ingin mereka bagikan. "

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini