Sukses

Krisis Yaman Kian Memburuk, Kelompok Separatis Kuasai Kota Aden

Konflik antara pasukan pemerintah dan kelompok separatis kian memanas hingga menyebabkan kekacauan meluas di Yaman.

Liputan6.com, Aden - Kelompok separatis di selatan Yaman dilaporkan telah menguasai gedung-gedung pemerintahan di Kota Aden terkait bentrokan sengit melawan pasukan pemerintah Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi.

Dilansir dari laman BBC pada Senin (29/1/2018), Perdana Menteri Ahmed bin Dagher menuduh kelompok separatis berupaya melakukan kudeta.

Kota Aden dipilih sebagai pusat pemerintahan sementara pemerintahan Hadi. Sementara ibu kota Yaman, Sanaa, telah dikuasai oleh kelompok militan Houthi.

Pasukan pemerintah meminta bantuan negara-negara tetangga Arab untuk turun tangan membantu mengendalikan situasi.

Puluhan orang dilaporkan mengalami luka-luka. Sebanyak 10 orang meninggal dalam aksi bentrok yang kian memanas sejak Minggu, 28 Januari 2018.

Perkembangan situasi kian memburuk saat ini di Yaman, sehingga menyebabkan jutaan orang membutuhkan bantuan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemerintah DItuduh Melakukan Korupsi dan Diskriminasi

Negara modern Yaman dibentuk pada 1990 silam, hasil penyatuan antara Yaman Selatan dan Yaman Utara. Namun, keinginan oleh kelompok separatis di selatan Yaman untuk memisahkan diri terus merongrong pemerintah Yaman.

Kelompok separatis sendiri sebelumnya sempat mendukung pemerintah melawan militan Houthi. Namun, ketegangan terus memuncak di antara keduanya dalam beberapa minggu terakhir. Kelompok separatis menuduh pemerintah telah melakukan tindak korupsi dan diskriminasi.

Bentrokan terjadi pada hari Minggu setelah tenggat waktu tuntutan kelompok separatis kepada Presiden Hadi dan PM Dagher beserta kabinetnya tidak digubris sedikit pun.

Setidaknya 10 orang tewas. Saksi mata melaporkan adu tembak dan ledakan terjadi di beberapa sudut Kota Aden.

Kelompok separatis selatan didukung oleh Uni Emirat Arab, yang juga menjadi bagian pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi untuk melawan militan Houthi.

PM Dagher mendesak para pemangku jabatan di Uni Emirat Arab untuk segera bertindak, karena konflik terkait berisiko menguntungan militan Houthi.

Presiden Hadi yang kini berada di Arab Saudi, menyerukan gencatan senjata, dan sementara memerintahkan pasukan loyalis kembali ke barak mereka.

Pasukan dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ada di lokasi, tapi tidak melakukan intervensi, tulis beberapa laporan.

3 dari 3 halaman

22 Juta Warga Yaman Membutuhkan Bantuan

Miltan Houthi dilaporkan telah menguasai ibu kota Sanaa dan beberapa kawasan di bagian utara dan selatan Yaman.

Houthi menyerang Sanaa pada 2014 dan memicu pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi turun tangan membantu di pihak pemerintah.

Konflik selama bertahun-tahun dan blokade yang dilakukan pasukan koalisi telah menyebabkan, apa yang disebut oleh PBB sebagai krisis kemanusiaan terparah yang dibuat oleh manusia.

Sebanyak tiga per empat populasi Yaman, sekitar 22,2 juta orang, membutuhkan bantuan, termasuk 8,4 juta orang yang berisiko mengalami musibah kelaparan.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.