Sukses

ISIS Mulai Gencar Rekrut Penyandang Disabilitas, untuk Apa?

Kelompok militan ISIS mulai mengincar penyandang disabilitas untuk direkrut menjadi anggotanya. Apa motivasinya?

Liputan6.com, Astana - Kelompok militan ISIS terus membuat ulah. Kali ini, mereka memanfaatkan penyandang disabilitas untuk mempromosikan video propagandanya.

Mereka juga terus berupaya merekrut difabel untuk berperang melawan siapa pun -- yang dianggap kafir oleh ISIS.

Salah satu video terbaru, yang dirilis pada hari Sabtu, menampilkan seorang tunanetra dari Kazakhstan. Ia diketahui berada di Suriah. Dalam video tersebut, ia menyerukan penggulingan pemerintah Kazakhstan.

Video itu dirilis setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu dengan Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev di Gedung Putih, 16 Januari 2018, untuk membahas kemitraan strategis antara kedua negara.

Rekaman tersebut diunggah oleh SITE Intelligence Group, sebuah perusahaan Amerika yang melacak aktivitas online organisasi supremasi kulit putih dan jaringan ISIS. Perusahaan ini berbasis di Bethesda, Maryland.

Video memperlihatkan wajah dari lima warga negara Kazakhstan, termasuk seorang ilmuwan, penembak jitu, dan militan tunanetra.

Mereka berpendapat bahwa pemerintah Nazarbayev seharusnya tidak membiarkan penghapusan identitas Islam di negaranya. Selain itu, Kazakhstan seharusnya tidak mengimpor undang-undang dari Rusia.

"Saudara laki-laki dan perempuanku, wahai Saudara laki-lakiku yang seiman, ada apa dengan kalian? Di mana kalian? Bukankah kita memimpikan kekhalifahan selama bertahun-tahun? Dan inilah kekhalifahan yang diberikan kepada kita oleh Allah," ucap militan tunanetra itu, yang menyebut dirinya sebagai Abu Bakr al-Kazakhi, dilansir Newsweek, Selasa (23/1/2018).

"Hari ini dunia terbagi menjadi dua: tanah suci dan tanah kafir. Seluruh orang-orang kafir telah melawan kekhalifahan, dan pada saat bersamaan kalian menunda-nunda dengan menggunakan alasan yang tak masuk akal," lanjutnya.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kazakhstan Jadi Sasaran Empuk?

Asia Tengah menjadi daerah yang rentan terhadap terorisme, tapi Kazakhstan dikenal sebagai salah satu negara paling stabil di kawasan ini.

Meski demikian, pemerintah telah memobilisasi kekayaan alam mereka dalam beberapa tahun terakhir, demi memerangi ekstremisme.

"Islam radikal di Kazakhstan cukup tinggi. Mungkin inilah ancaman yang bisa ditangani secara cepat oleh penguasa Kazakhstan, memobilisasi administrasi, keuangan dan informasi yang sangat besar," tulis pengamat Serik Beissembayev, dalam sebuah makalah pada tahun 2016, tentang Islam radikal di Kazakhstan.

Ia menambahkan, program negara untuk memerangi ekstremisme dan terorisme pada tahun 2013 hingga 2017 merogoh anggaran lebih dari US$ 1 miliar.

Pada 16 Januari, Donald Trump dan Nursultan Nazarbayev berjanji untuk memperdalam hubungan bilateral pertahanan dan keamanan.

Keduanya juga menandatangani "Rencana Lima Tahun Kerja Sama Militer antara Kementerian Pertahanan Republik Kazakhstan dan Departemen Pertahanan Amerika Serikat" yang keempat.

Diduga, militan ISIS tak senang melihat kedua negara saling bekerja sama.

Sedikit bergeser ke satu bulan lalu, ISIS pernah merilis video yang menunjukkan seorang anggotanya yang berkaki satu.

Dalam video itu, ia menegaskan kepada seluruh jihadis bahwa kekurangan fisik bukanlah alasan untuk tidak berperang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini