Sukses

Babi Terjelek di Dunia Tertangkap Kamera di Hutan Indonesia

Indonesia menjadi rumah bagi banyak spesies unik, salah satunya Javan warty pig atau babi kutil (Sus verrucosus).

Liputan6.com, London - Indonesia menjadi rumah bagi banyak spesies unik, salah satunya Javan warty pig atau babi kutil (Sus verrucosus). Spesies babi tersebut adalah yang paling langka sekaligus paling jelek di dunia.

Hewan itu hanya tersebar secara terbatas (endemik) di Pulau Jawa dan Bawean. Awalnya, ilmuwan mengkhawatirkan nasib babi kutil, yang berhabitat di Jawa, pulau dengan populasi terpadat di Indonesia.

Praktik perburuan liar dan deforestasi menjadi ancaman bagi eksistensinya. Namun, kabar melegakan muncul. Untuk kali pertamanya, kamera jebakan (camera trap) berhasil mengabadikan penampakan babi kutil di alam liar.

Padahal, sejumah ahli konservasi sempat menduga, babi kutil sudah punah di sana. Apalagi, berdasarkan studi terakhir di hutan-hutan dataran rendah pada 2004 menguak penurunan populasi spesies itu secara signifikan.

Tak hanya kehilangan habitatnya akibat deforestasi, babi kutil juga terlibat konflik dengan manusia. Hewan itu dianggap hama dan sering diburu karena menyerang tanaman.

Dr Johanna Rode-Margono dari Chester Zoo mengatakan, ia dan para koleganya senang bukan kepalang saat melihat bukti rekaman tersebut.

"Kami sempat khawatir, seluruh spesies tersebut hilang," kata dia seperti dikutip dari BBC News, Sabtu (23/12/2017).

Kini, tim ilmuwan berupaya untuk melindungi habitat hewan langka itu. Dr Rode-Margono mengatakan, meski babi kutil bukan hewan paling fotogenik di belantara hutan di Pulau Jawa, spesies tersebut punya peran penting secara ekologis. Mereka berperan menggemburkan tanah dan menyebarkan benih saat mereka mencari makanan.

"Semua dalam ekosistem saling berkaitan -- setiap pohon, tanaman, hewan. Semuanya saling bergantung," kata dia kepada BBC News. "Bagi saya, mereka tidak jelek, melainkan cantik."

Dari tujuh wilayah yang disurvei oleh tim, menggunakan kamera tersembunyi dengan sensor gerak (motion-activated) hanya tiga babi kutil yang terekam. Jumlah itu sedikit.

"Itu berarti ancaman terus berlanjut untuk babi itu. Jika kita tidak melakukan apapun, semakin banyak populasi akan lenyap," kata Dr Rode-Margono. "Ini sudah bendera merah."

Meski demikian, ia menambahkan, masih ada harapan, dengan merancang program konservasi yang efektif untuk babi kutil.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengapa Dinamai Babi Kutil

Ada alasan di balik namanya yang unik. Gara-garanya, "babi jantan memiliki tiga pasang tonjolan daging yang mengeras seperti kutil di sisi wajahnya," kata Johanna Rode-Margono, peneliti di Chester Zoo, Inggris sekaligus anggota IUCN/SSC Wild Pig Specialist Group.

Tak ada yang tahu mengapa para jantan memiliki kutil besar seukuran buah anggur.

"Ada sejumlah teori soal itu," kata kolega Rode-Margono, Eric Meijaard, pendiri  Borneo Futures dan ketua IUCN/SSC Wild Pig Specialist Group.

"Itu mungkin terkait dengan penampilan."Bisa jadi kutil yang bagus -- di mata sesama babi -- bisa menarik para betina.

Alternatif lain, tonjolan itu mungkin punya peran dalam pertarungan atau pertahanan diri. "Babi hutan saling bertarung dengan menubrukkan taring yang ada di bawah moncong, kutil itu mungkin bisa melindungi bagian wajah, khususnya mata," kata Colin Groves dari Australian National University.

Tak hanya tonjolan yang relatif besar, sejumlah babi kutil Bawean juga punya jenggot putih dan rambut berwarna emas yang mencuat dari dua sisi kepalanya. Lagi-lagi tak jelas mengapa bulu-bulu panjang semacam itu bisa muncul.

Para ahli juga belum memutuskan apakah babi kutil Bawean adalah spesies yang benar-benar berbeda.

Sejumlah ilmuwan berpendapat, mereka disebut dengan nama Latin Sus blouchi, namun lainnya bersikukuh hewan tersebut adalah subspesies dari babi kutil Jawa (Sus verrucosus) -- atau dalam hal ini ia harus dijuluki Sus verrucosus blouchi.

"Dalam hal konservasi, apalah arti sebuah nama. Itu adalah taksonomi yang berbeda dari spesies babi langka yang memerlukan perhatian khusus, untuk dikonservasi," kata Meijaard.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini