Sukses

Terluka Usai Serangan ISIS, Penyiar TV Afghanistan Tetap Bertugas

Seorang jurnalis Shamshad TV mengejutkan publik Afghanistan, setelah tampil menyiarkan berita pasca-insiden serangan ISIS di kantornya.

Liputan6.com, Kabul - Seorang jurnalis Shamshad TV mengejutkan publik Afghanistan, setelah tampil menyiarkan berita beberapa saat pasca-insiden serangan ISIS di tempat kerjanya.

Dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (11/11/2017), jurnalis pria bernama Parwis Sapy itu tampil tenang dalam sebuah siaran yang berjudul "Serangan Telah Berakhir".

Serangan ISIS di stasiun televisi milik Shamshad TV itu terjadi pada Selasa, 7 November 2017. Penyerangan itu menewaskan seorang petugas keamanan, dan melukai 24 orang.

"Assalamualaikum penonton Shamshad TV, seluruh karyawan kantor di dalam gedung telah berhasil diselamatkan," sapa Sapy pada awal siarannya.

Pembawa acara itu tampil di hadapan layar kaca dengan tangan terbalut. Ia sebelumnya berhasil melarikan diri setelah memecahkan jendela ruang kerjanya.

"Kami harus melanjutkan pekerjaan, seluruh jurnalis akan kembali bertugas," tukasnya.

Ia melaporkan, satu penyerang meledakkan diri di gerbang luar kantor, sementara lainnya masih berlarian di dalam gedung.

Kantor Shamshad TV berhasil diamankan pasukan keamanan Afghanistan setelah dilakukan misi penyelamatan yang berlangsung selama hampir empat jam.

Selama peristiwa tersebut, Shamshad TV sempat menarik salurannya dari televisi lokal.

Sapy lebih lanjut menjelaskan, "Kami sedang melakukan pertemuan pagi ketika mendengar suara tembakan. Satu-satunya jalan keluar pada saat itu adalah jendela kecil dalam ruangan. Saya coba berinisiatif berlari keluar dari sana."

"Setelah berhasil keluar dan menyingkirkan pecahan kaca di tangan, saya berteriak, 'semuanya, ayo keluar!' Dari situlah kemudian banyak dari kita yang berhasil lolos dari serangan ISIS tadi," ia menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jurnalis Afghanistan dalam Ancaman

Belakangan ini, serangan terhadap jurnalis di Afghanistan semakin meningkat.

Komite Keselamatan Jurnalis Afghanistan melaporkan, ada 73 kasus serangan pada jurnalis terjadi sepanjang 2017. Jumlah tersebut meningkat 25 persen dari 2016.

Itu menjadikan Afghanistan sebagai negara paling berbahaya kedua di dunia bagi jurnalis setelah Suriah.

Pada Mei 2017, ISIL mengklaim serangan yang menargetkan sebuah gedung televisi di Jalalabad. Enam orang tewas pada peristiwa tersebut.

Sementara itu, pada Januari 2016, sebuah minibus yang mengangkut karyawan TOLOnews dibom. Tujuh orang tewas dalam peristiwa tersebut.

Taliban secara terbuka mengakui serangan itu dilakukan timnya. Mereka mengatakan, pihaknya menargetkan saluran televisi itu setelah TOLOnews memuat berita perihal tindak pelanggaran yang dilakukan tentara Taliban di perang Kunduz

Kelompok senjata itu menyebutkan, pemberitaan tadi tidak akurat dan dapat menimbulkan konsekuensi yang tak diinginkan.

Menanggapi rentetan kasus tadi, Sapy yang telah berpengalaman menjadi jurnalis selama satu dekade percaya bahwa profesinya itu akan selalu mendapat ancaman.

Ia turut memberikan semangat kepada para rekan sejawatnya untuk terus dapat menjalani tugasnya dengan baik.

"Afghanistan adalah salah satu negara yang paling sulit bagi jurnalis. Namun, adanya serangan itu dapat membuat kami lebih kuat. Pesan kepada semua reporter muda, terus lanjutkan tugas kalian. Jika Anda diserang, serang kembali dengan profesi jurnalisme dirimu," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini