Sukses

Robert Mugabe Resmi Jadi Nama Bandara Utama di Zimbabwe

Meski sudah berusia nyaris seabad, namun Mugabe masih menunjukan niat untuk mempertahankan kekuasaannya.

Liputan6.com, Harare - Bandara Internasional Harare kini telah berganti nama menjadi Bandara Internasional Robert Mugabe. Menurut Menteri Transportasi Zimbabwe, Joram Gumbo, keputusan penggantian ini dilakukan dengan alasan bahwa Mugabe adalah "pahlawan perang" dan "ikon Afrika".

Seperti dikutip dari BBC pada Jumat (10/11/2017), Mugabe dan istrinya meluncurkan plakat nama baru bandara dalam sebuah peresmian sederhana. Atas nama keluarganya, Presiden Mugabe pun mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang dipimpinnya.

Saat ini terdapat ketegangan di Zimbabwe terkait siapa yang kelak akan menggantikan Mugabe, presiden berusia 93 tahun yang telah berkuasa sejak 1980. Sejumlah pesaing utamanya telah "disingkirkan".

Mugabe sendiri telah menyatakan akan mencalonkan diri kembali dalam pemilu yang berlangsung tahun depan.

Diduga kuat istrinya, Grace Mugabe, akan menjadi suksesor utamanya. Perempuan berusia 52 tahun tersebut diprediksi akan segera ditunjuk sebagai Wakil Presiden.

Perubahan nama bandara ini hanyalah merupakan salah satu dari serangkaian rencana pemerintah untuk menghormati Mugabe. Pada Agustus lalu, pemerintah Zimbabwe telah mengumumkan rancangan untuk membangun universitas senilai US$ 1 miliar yang akan dinamakan sesuai nama Mugabe.

Menanggapi pergantian nama bandara ini, masyarakat ada yang pro, namun ada pula yang kontra. Yang jelas, pihak oposisi menyebutnya sebagai sebuah penghinaan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Singkirkan Wakil Presiden Demi Istri?

Beberapa waktu lalu, Mugabe secara mengejutkan memberhentikan Emmerson Mnangagwa dari posisinya sebagai Wakil Presiden. Langkah ini disebut upaya untuk memuluskan istri Mugabe, Grace, menggantikannya sebagai kepala negara.

Mnangagwa yang mendapat dukungan kuat dari militer dipandang merupakan rival utama Nyonya Mugabe dalam pertarungan internal terkait siapa kelak yang akan menduduki kursi presiden.

"Wakil Presiden secara konsisten dan terus menerus menunjukan ketidaksetiaan, tidak hormat, ketidakjujuran dan tidak dapat diandalkan," demikian pernyataan Menteri Informasi Zimbabwe Simon Khaya Moyo pada hari Senin waktu setempat saat menjelaskan alasan dibalik pemecatan Mnangagwa seperti dikutip dari The New York Times.

Ia menambahkan, "Sudah sangat jelas bahwa tindakannya dalam menjalankan tugas-tugasnya tidak sesuai dengan tanggung jawab resminya."

Kritik lain terhadap Mnangagwa menyebutkan bahwa ia berencana untuk memimpin lembaga kunci dan membentuk institusi paralel di dalam partai yang berkuasa, ZANU-PF.

"Jika ia ingin membentuk partai dengan para pendukungnya, silakan saja. Kita tidak bisa bernaung di bawah satu partai di mana kita saling menyakiti satu sama lain. Saya tidak suka itu!," tegas Mugabe yang merupakan kepala negara tertua di dunia saat berpidato di Bulawayo Sabtu lalu.

Lebih lanjut Mugabe mengatakan bahwa partainya akan "memutuskan lebih banyak hal" dalam kongres yang akan berlangsung pada Desember 2017. "Saya harus mengatakannya di sini karena saya merasa terganggu."

Grace Mugabe diketahui memimpin sebuah faksi bernama Generasi 40. Sementara Mnangagwa yang berusia 75 tahun adalah seorang veteran perjuangan kemerdekaan Zimbabwe.

Sejak negara itu merdeka, Mnangagwa telah menduduki berbagai pos penting di antaranya Menteri Keamanan Negara, Menteri Kehakiman, Menteri Perumahan Pedesaan dan Pertahanan bahkan ia juga sempat menjabat sebagai Ketua Parlemen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini