Sukses

Sajen hingga Tumbalkan Anak, Ini 3 Ritual Halloween di Masa Lalu

Asal mula Halloween seperti tersamar dalam kabut sejarah. Banyak pakar menghubungkan liburan itu dengan festival pagan yang disebut Samhain.

Liputan6.com, Jakarta - Penampilan nyentrik sekaligus menyeramkan adalah aturan wajib yang harus ditaati oleh seseorang saat menghadiri pesta Halloween.

Di samping cara berbusana, riasan make-up menjadi salah satu trik yang dapat digunakan untuk mendukung tampilan visual dalam diri Anda agar terlihat lebih menyeramkan.

Bicara soal Halloween tentu punya sejarah yang amat panjang. Kata Halloween sendiri pertama kali digunakan pada Abad ke-16. Halloween berasal dari bahasa Skotlandia. Konon, perayaan ini dipengaruhi oleh ritual kaum Celtic yang ada di Eropa.

Di Amerika Serikat, Halloween mengalami evolusi yang cepat. Awalnya sebagai liburan masa panen yang dibawa oleh para imigran Irlandia, kemudian menjadi perayaan anak-anak pada masa Perang Dunia II, lalu kembalinya keterlibatan orangtua dalam beberapa dekade terakhir.

Asal mula Halloween seperti tersama dalam kabut sejarah. Banyak pakar menghubungkan liburan itu dengan festival pagan yang disebut Samhain dan dirayakan sekitar tanggal 1 November.

Kata "Samhain" itu dibaca "sowen" dan diterjemahkan sebagai "akhir musim panas". Kata itu memiliki kaitan dengan kematian, demikian menurut Nicholas Rogers, seorang ahli sejarah York University di Kanada, sekaligus penulis "Halloween: From Pagan Ritual to Party Night" (Oxford University Press, 2003).

Meski tak jelas bagaimana asal usul dan sejarah pastinya, perayaan Halloween kerap dikaitkan dengan hal-hal yang menyeramkan di masa lampau.

Seperti dilansir dari laman Listverse, Senin (30/10/2017), berikut 3 ritual menyeramkan yang pernah dikaitkan dengan perayaan Halloween:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Pembunuhan Ritualistik Para Raja

Ilustrasi Halloween (iStock)

Pada zaman dahulu di Irlandia terdapat rawa-rawa dengan luas yang cukup besar. Di sana ditemukan banyak jenazah yang masih terpelihara. Kulit mereka ditutupi dengan gambut hitam yang lebat sehingga membuat daging mereka tak membusuk.

Meski sudah berusia ratusan tahun, wajah mereka masih dikenali dengan rambut utuh di kepala.

Saat diteliti, ilmuan menduga bahwa jenazah tersebut adalah korban yang dibunuh dalam acara seremonial. Pakaian dan perawatan yang mereka kenakan disebut berasal dari kelas penguasa.

Melihat penemuan ini, peneliti mengaitkan sejumlag cerita zaman dahulu yang menyebut ada pembunuhan raja yang dilakukan secara ritual Samhain. Konon, raja yang dinilai gagal dalam menjalankan tugas akan digantikan dan tubuhnya dilempar ke rawa.

Diyakini, ritual pembunuhan tersebut dilakukan bertepatan dengan perayaan Halloween.

3 dari 4 halaman

2. Menyediakan Makanan untuk Orang Meninggal

Ilustrasi Halloween (iStock)

Halloween juga pernah dirayakan sebagai upaya penghormatan kepada jenazah yang sudah meninggal dunia. Banyak orang percaya jika orang yang sudah meninggal arwahnya 

Orang-orang yang mereka cintai akan berkeliaran di dunia nyata dan sering mencoba masih kembali ke dalam rumah.

Di beberapa tempat, perayaan Halloween digunakan untuk menaruh rasa kasih kepada orang yang sudah meninggal. Mereka akan meninggalkan makanan di luar pintu untuk memberi makan orang sudah berada di alam baka.

Hal ini dilakukan, karena orang Irlandia zaman dahulu percaya bahwa tak semua orang meninggal akan pergi dengan damai. Oleh sebab itu mereka melakukan hal-hal semacam ini.

4 dari 4 halaman

3. Pengorbanan Anak

Ilustrasi Halloween (iStock)

Kebiasaan lainnya yang pernah dilakukan pada perayaan Halloween adalah ritual pengorbanan anak.

Legenda Irlaindia menyebut, dewa yang mereka puja menginginkan dua pertiga dari apa yang masyarakat miliki di awal musim dingin. Termasuk jagung, susu dan anak-anak mereka.

Pada penyelenggaraan Halloween mereka mengorbankan anak-anak kandungnya sendiri. Anak tertua dalam keluarga yang akan menjadi tumbal di penyelenggaraan tersebut sebagai rasa penghormatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini