Sukses

Studi: Sisa Pestisida Ditemukan Pada Madu di Pasaran

Sejumlah ilmuwan Swiss menguji 198 sampel madu yang berasal dari seluruh benua, dan didapati sisa pestisida pada madu tersebut.

Liputan6.com, Melbourne - Baru-baru ini sejumlah ilmuwan melakukan survei pada madu yang dijual di seluruh dunia. Mereka menemukan 75 persen sampel yang diuji mengandung setidaknya satu atau lebih jenis pestisida.

Sejumlah ilmuwan Swiss menguji 198 sampel madu yang berasal dari seluruh benua, kecuali Antartika, untuk mengetahui kandungan pestisida jenis neonicotinoid, yang sering digunakan pada pertanian.

Madu dari Amerika Utara, Asia dan Eropa mengandung tingkat pestisida tertinggi, seperti yang dilaporkan dalam jurnal Science. Para periset menekankan tingkat kontaminasi yang ditemukan pada madu berada "di bawah tingkat residu maksimum yang boleh untuk dikonsumsi manusia" oleh Uni Eropa, kecuali pada dua sampel.

Tapi mereka mengatakan pestisida yang menargetkan sistem saraf ini, dapat membahayakan lebah dan hewan perantara proses penyerbukan lainnya.

"Ada kekhawatiran yang meningkat tentang dampak pestisida sistemik ini terhadap lebah madu dan lebah liar," kata para ilmuwan tersebut seperti dikutip dari ABC Australia Plus, Sabtu (7/10/2017).

"Konsentrasi rata-rata (yang ditemukan dalam madu) berada dalam kisaran bioaktif, menyebabkan defisit dalam proses pembelajaran, perilaku, dan kinerja koloni."

Gangguan pada koloni lebah pertama kali diakui 10 tahun yang lalu, ketika peternak lebah di Amerika Serikat memperhatikan ada ribuan sarang lebah yang kosong atau tidak dihinggapi.

Sejumlah faktor yang berkontribusi pada gangguan koloni juga telah ditemukan, termasuk pestisida yang terpapar pada lebah hingga hampir mematkan.

Salah satu peneliti yang terlibat adalah Profesor Edward Mitchell dari University of Neuchatel di Swiss. Ia mengatakan meski kandungan neonicotinoid rendah sekali pun, hal itu sudah mengkhawatirkan.

"Pestisida ini sangat beracun, sehingga memiliki efek yang cukup besar yang konsentrasinya jarang terukur," kata Profesor Mitchell.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dibantu Ilmuwan Amatir

Dalam penelitian tersebut, para periset menggunakan bantuan ilmuwan amatir atau citizen scientist. Mereka bertugas mengirimkan sampel madu yang dibeli di toko-toko di seluruh dunia untuk kemudian diuji di laboratorium di Swiss.

Tetapi produk madu yang sumbernya tidak dapat diverifikasi tidak ikut diuji.

"Banyak sampel kami berasal dari daerah yang sangat terpencil. Kami juga ingin memasukkan pulau-pulau terpencil dari bagian tengah benua yang jauh dari kawasan industri besar," kata Profesor Mitchell.

"Dari banyak tempat seperti itu, kami memiliki sampel positif. 30 persen sampel mengandung satu pestisida, sementara 45 persen mengandung minimal dua hingga lima jenis neonicotinoid berbeda."

Thiamethoxam adalah pestisida yang paling sering terdeteksi dari madu asal kawasan Oseania, termasuk Australia. Pestisida ini termasuk yang dilarang sementara oleh badan Uni Eropa pada tahun 2013, akibat kekhawatiran merusak koloni lebah.

Undang-undang Perancis yang disahkan tahun 2016 juga akan melarang penggunaan neonicotinoid pada 2018.

Meski terganggunya koloni belum terlalu terdeteksi di Australia, kawasan Amerika Utara dan Eropa masih mengalami kematian lebah tinggi selama musim dingin.

Di musim dingin periode tahun 2015 hingga 2016 di Amerika Serikat, database peternakan lebah nasional mencatat lebih dari 28 persen koloni yang alami gangguan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini