Sukses

RI Raih Juara 3 di Festival Musik Tradisional Uzbekistan

Berkat perolehan tersebut, nama Indonesia pun bertengger di papan para juara bersama Azerbaijan dan Korea Selatan.

Liputan6.com, Samarkhand - Musik Indonesia kembali mengharumkan nama Tanah Air di luar negeri. Kelompok dari Tanah Air menyabet juara 3 dari 70 negara peserta pada Sharq Taronalari (Melodies of the East) 2017, yang berlangsung 25 hingga 30 Agustus 2017 di Samarkand, Uzbekistan.

Seperti dikutip dari Kemlu.go.id, Rabu (5/8/2017), tim Indonesia yang diwakili oleh INO Ensamble Indonesia binaan musisi Franki Raden yang membawakan lagu 'Voice of Diversity' memperoleh sambutan meriah dari juri dan penonton.

Berkat perolehan tersebut, nama Indonesia pun bertengger di papan para juara bersama Azerbaijan di posisi teratas dan Korea Selatan sebagai pemenang ke-2 dalam festival musik tersebut.

"INO Ensamble tampil dengan 7 personel merupakan versi mini dari Indonesian National Orchestra, untuk mengenalkan keragamanan seni musik Indonesia dalam sebuah komposisi, yang memadukan alat-alat musik nusantara, antara lain dari Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Betawi, dan Kalimantan," kata Franki Raden menaggapi kemenangan tim Indonesia tersebut.

Sharg Taronalari merupakan Festival Musik Tradisional dua tahunan bertaraf internasional dengan dukungan UNESCO. Diliput oleh media cetak dan elektronik Asia dan Eropa.

Pertama kali Sharq Taronalari diselenggarakan pada 1997, atas inisiatif mendiang Presiden Uzbekistan, Islam Karimov. Tujuan penyelenggaraannya adalah untuk mempromosikan budaya damai dan dialog antar-kebudayaan, memelihara dan mengembangkan keanekaragaman budaya, serta melestarikan warisan musik tradisional.

Pada tahun 2015, Sharq Taronalari dimenangkan oleh Tiongkok sebagai Juara 1. Lalu Jepang dan Polandia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Juara Paviliun Terbaik di Festival Budaya

Sebelumnya, Indonesia berhasil mencatat prestasi di Surrey Fusion Festival di Kanada. Prestasi tersebut diraih selama tiga tahun berturut-turut.

Tahun ini, the City of Surrey kembali mengapresiasi paviliun Indonesia sebagai pemenang kedua "Best Dressed Pavilion 2017", setelah tahun lalu memperoleh penghargaan yang sama.

Seperti dikutip dari Kemlu.go.id pada 26 Juli 2017, Surrey Fusion merupakan festival terbesar di Kanada bagian barat, setelah Special Event Magazine menjadikan Surrey Fusion Festival sebagai "Best Festival" pada tahun 2014.

Tahun 2017 merupakan penyelenggaraan spesial memperingati 10 tahun Surrey Fusion Festival, yang bertepatan dengan peringatan 150 tahun Konfederasi Kanada. Tema Kanada 150 menjadi highlight penyelenggaraan acara, dengan berbagai aktivitas dan permainan yang memberikan edukasi mengenai profil Kanada, sejarah konfederasi, selebrasi rekonsiliasi dan interactive indigenous village seperti Metis dan Inuit.

Panggung khusus 150 Tahun Kanada juga menambah kemeriahan festival dengan keberadaan total 6 stage budaya secara simultan.

Pada saat penyelenggaraannya 22 dan 23 Juli 2017, tercatat sebanyak 42 negara, indigenous groups dan komunitas berpartisipasi.

KJRI Vancouver berpartisipasi dengan melibatkan diaspora Indonesia di ketiga paviliun Indonesia.

Pada paviliun budaya, KJRI Vancouver mengikutsertakan Dharma Wanita Persatuan, Eksotika Design, VITIC, Omnita dan Anabel Kewas yang menjual berbagai produk batik, aksesoris dan produk-produk kerajinan khas Indonesia.

Untuk paviliun kuliner, KJRI Vancouver menggandeng diaspora Indonesia dari Gereja Bethany dan Gereja HFAN yang menjajakan menu utama rendang dan sate ayam. Selain kuliner, RI juga mempromosikan kopi Indonesia yang dijajakan oleh Nusa Coffee.

Selama 2 hari festival, paviliun kuliner berhasil menjual 3.500 tusuk sate, 60 kg rendang, 400 gelas kopi Indonesia serta transaksi di paviliun kerajinan sekitar CAD 5000.

Indonesia turut menjadi bagian dari kemeriahan Surrey Fusion tahun ini dengan penampilan tari tradisional di SFU Celebration Stage dan Guiltford Dance Stage. Grup tari KJRI Vancouver yang terdiri atas 9 pelajar dan mahasiswa RI menampilkan medley tari tradisional yaitu tari Cendrawasih (Bali), tari Piring dan Tak Tong Tong (Sumatera Barat), tari Ratoh Jaroe (Aceh) dan Krincing Mas (Jawa Tengah).

Para pengunjung mengungkapkan kekaguman mereka atas kelima tarian yang dinamis, utamanya tari Ratoh Jaroe yang penuh semangat, menampilkan kekompakan serta keunikan tersendiri.

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.