Sukses

Harga Rokok di New York Termahal di Amerika?

Serangkaian undang-undang antirokok, adalah bagian dari upaya komprehensif untuk mengurangi perokok baru ditandatangani di Amerika Serikat.

Liputan6.com, New York - Harga rokok di kota New York sudah meroket, sementara jumlah pengecer yang berlisensi untuk menjual rokok akan dikurangi. 

Wali Kota New York, Bill de Blasio, pada Senin, 28 Agustus 2017, menandatangani serangkaian undang-undang antirokok, sebagai bagian dari upaya komprehensif untuk mengurangi jumlah perokok di kota itu sebanyak 200 ribu dalam beberapa tahun ke depan.

"Kami mengirim pesan tegas bahwa kami tidak akan membiarkan ketamakan membunuh warga New York tanpa kami berusaha mencegahnya," kata Bill de Blasio dalam upacara penandatanganan undang-undang itu di sebuah rumah sakit di Brooklyn seperti dikutip dari VOA News, Sabtu (2/9/2017). 

"Undang-undang baru ini tidak saja akan mengurangi jumlah perokok di kota itu, tetapi juga menyelamatkan nyawa. Harga rokok termurah akan naik dari US$ 10,50 menjadi US$ 13 per bungkus, harga dasar tertinggi di Amerika," kata de Blasio.

Para pejabat kesehatan New York berharap kenaikan harga rokok termurah juga akan membuat harga rokok premium naik.

Rencana kenaikan harga rokok ini merupakan satu dari tujuh undang-undang yang bertujuan membuat sekitar 900 ribu perokok di New York meninggalkan kebiasaan itu.

Peraturan baru lain akan mengurangi separuh jumlah pengecer yang memiliki lisensi menjual produk tembakau. Sekarang ini ada sekitar 8.300 pengecer yang memiliki lisensi, dan jumlah tersebut akan dikurangi secara bertahap.

Philadelphia dan San Fransisco memiliki pembatasan perizinan serupa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sejarah Kelam Industri Rokok AS Membidik Anak-Anak

Dampak merokok telah terbukti menambah biaya kesehatan suatu negara. Amerika Serikat termasuk negara yang gencar menyadarkan warganya akan bahaya dan biaya rokok.

Siapa sangka, ternyata di negeri Paman Sam itu, rokok malah pernah sengaja ditujukan kepada para perokok muda, bahkan anak-anak.

Dikutip dari All That is Interesting pada 16 Februari 2017, Horation Alger, yang menjadi pencerita Ragged Dick (1868), mungkin menawarkan penjelasan paling cermat tentang epidemi kontemporer yang tidak terbayangkan pada Abad ke-21, yaitu ketagihan anak-anak kepada rokok.

Dalam catatan setelah selesainya Perang Sipil itu, Alger menuliskan, "Kaum pria sering dirugikan oleh kebiasaan merokok, tapi anak-anak lelaki selalu (dirugikan)."

Ketika menuliskan itu, ia merujuk kepada anak-anak penjaja koran dan jasa semir sepatu yang rentan melakukan kebiasaan tersebut.

"Paparan pada dingin dan kelembaban, mereka mendapati bahwa merokok menghangatkan, dan diikuti dengan memanjakan diri."

"Tidak jarang melihat seorang anak lelaki yang masih terlalu kecil untuk dilepaskan dari pengawasan ibunya, kelihatan merokok dengan puas seperti seorang perokok kawakan."

Beberapa dekade terakhir Abad ke-19 mempermudah anak-anak Amerika mendapatkan rokok karena produksi berbantu mesin sebenarnya telah ikut andil dalam peningkatan konsumsi rokok secara nasional.

Sementara itu, kurangnya aturan tentang tenaga kerja anak menyebabkan anak-anak Amerika, terutama yang ada di pusat-pusat kota, hidup jauh dari rumah dan tanpa pengawasan. Misalnya, para anak-anak penjaja koran dan penyemir sepatu yang kemudian bebas bereksperiman dengan merokok.

Di awal abad ke-20, pemerintah Amerika Serikat benar-benar pro merokok dan, misalnya, meluputkan tembakau dalam peraturan Food and Drug Act of 1906.

Rokok juga diikutkan sebagai jatah perbekalan para tentara dalam Perang Dunia I. Apalagi kanker paru-paru saat itu hanya bisa didiagnosis setelah kematian dan risko langsung pada kesehatan karena merokok masih belum jelas.

Bahkan, setelah legislasi tentang tenaga kerja anak setelah masa Depresi Besar pun, risko kesehatan merokok masih belum dianggap, cenderung diabaikan. Legislasi tersebut memang melarang anak bekerja dan mendekatkan mereka kepada para pengasuhnya.

Baru setelah penelitian penting Surgeon General pada 1964 opini publik mulai bergeser walau hanya sedikit. Misalnya, iklan rokok di televisi masih berlanjut hingga 1971, bahkan pada jam ketika anak-anak masih bangun. Namun, angka merokok pada orang dewasa dan anak-anak terus turun sejak saat itu.

Foto-foto lawas tentang anak-anak yang merokok menangkap bukan saja saat-saat naïf. Bukan hanya di Amerika Serikat, tapi, di seluruh dunia, foto-foto itu menegaskan masa di mana anak-anak yang melakukan kebiasaan itu malah diterima, bukan ditentang.

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.