Sukses

Banjir Bandang Hantam Asia Selatan, 41 Juta Warga Menderita

PBB melaporkan bahwa sekitar 41 juta orang di India, Bangladesh, Nepal terdampak banjir yang disebut terbesar selama bertahun-tahun.

Liputan6.com, Mumbai - PBB melaporkan bahwa lebih dari 40 juta orang terdampak banjir dan tanah longsor di sejumlah negara di Asia Selatan, yakni India, Bangladesh, dan Nepal.

Bencana yang dipicu oleh hujan itu, telah menewaskan setidaknya 1.200 orang dan menyebabkan jutaan orang lainnya terpaksa meninggalkan rumahnya dalam dua minggu terakhir.

PBB dan sejumlah badan kemanusiaan berusaha memberikan air bersih, makanan, menyediakan tempat mengungsi, dan bantuan medis kepada para korban.

Infrastruktur seperti jalan, jembatan, rel kereta, dan bandara rusak akibat banjir. Sejumlah besar ladang pertanian pun kandas.

Dikutip dari Independent, Kamis (31/8/2017), Menurut perhitungan terakhir dari PBB, banjir telah berdampak terhadap lebih dari 32 juta di India, 6,9 juta di Bangladesh, dan 1,7 juta di Nepal. Jika ditotal, jumlahnya sekitar 41 juta orang.

Bahkan, angka yang dikeluarkan Palang Merah pada 29 Agustus, menyebut bahwa mereka yang terdampat banjir mencapai 8,6 juta, di mana 3,5 juta rumah rusak atau hancur.

Sekitar 2.000 tim medis lokal telah diterjunkan, di mana diyakini sepertiga wilayah Bangladesh terendam banjir.

Hanna Butler dari Federasi Palang Merah Internasional yang memberikan bantuan kepada para korban di Bihar, India, memberikan kesaksiannya. Di negara bagian itu, banyak orang hidup dari pertanian subsisten dan menjadi salah satu daerah terparah terdampak banjir.

Seorang pria menggunakan payung sambil berjalan melewati banjir yang merendam kota Mumbai, India, Selasa (29/8). Hujan lebat yang terus-menerus mengguyur Mumbai mengakibatkan banjir di beberapa daerah di kota tersebut. (AP Photo/Rajanish Kakade)

"Orang-orang terguncang akibat banjir besar ini. Ini adalah area di mana orang 'terbiasa' dengan adanya banjir, namun banjir tahun ini berbeda. Mereka yang sudah berumur membandingkannya dengan banjir besar pada 1980-an, namun mereka yang muda mengatakan belum pernah merasakan hal ini sebelumnya," ujar Butler.

"Tidak ada peringatan dan hujan tiba-tiba mengguyur semalam penuh. Orang-orang harus melarikan diri dan meninggalkan rumah mereka hanya dengan apa yang bisa mereka bawa. Orang-orang hanya memikirkan cara untuk bertahan hidup."

"Kita hidup di dunia dan banyak yang terjadi di luar sana, tapi orang-orang harus tahu apa yang terjadi di India, Bangladesh, dan Nepal," kata Butler.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mumbai Lumpuh

Hujan juga melumpuhkan ibu kota keuangan India, Mumbai. Di sana jalanan berubah menjadi sungai. Orang-orang pun terpaksa pindah dari kota tersebut, di mana di beberapa bagian ketinggian banjir telah mencapai dada orang dewasa.

Setidaknya enam orang dilaporkan tewas, termasuk dua balita, di kota yang berpenduduk 20 juta orang itu.

Polisi mengatakan, seorang perempuan berusia 45 tahun dan anaknya yang berusia dua tahun tewas setelah banjir merobohkan rumhanya. Sementara itu bocah berusa dua tahun lain tewas akibat tertimpa dinding yang roboh.

Dua anak sekolah menerobos jalanan yang terendam banjir akibat hujan lebat mengguyur kota Mumbai di India, Selasa (29/8). Air hujan juga membanjiri King Edward Memorial Hospital di Mumbai Tengah. (AP Photo/Rajanish Kakade)

Pada 29 Agustus 2017, hujan dengan intensitas 127 milimeter mengguyur Mumbai dalam sehari. Hal tersebut membuat transportasi umum lumpuh dan membuat ribuan pekerja terpaksa tinggal di kantornya.

Banjir memang rutin melanda Asia Selatan selama musim penghujan, yang terjadi dari Juni hingga September. Namun, pihak berwenang mengatakan, banjir tahun ini merupakan yang terburuk.

 

Saksikan video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.