Sukses

Donald Trump: Ancaman Korut ke Guam Justru Tingkatkan Pariwisata

Presiden Trump menelpon Gubernur Guam untuk memberikan dukungan dan melihat sisi positif ancaman Korut bagi pariwisata.

Liputan6.com, Hagatna - Guam, teritori Amerika Serikat di Pasifik tengah menjadi sorotan. Pasalnya, Korea Utara mengancam pulau itu setelah Donald Trump berkomentar pedas akan menyerang Pyongyang dengan 'api dan kemarahan' yang tak pernah disaksikan dunia sebelumnya.

Setelah menjadi sorotan, Trump akhirnya menghubungi Gubernur Guam, Eddie Calvo. Dalam sambungan telepon, miliarder nyentrik itu memberikan dukungannya kepada teritori AS di tengah ancaman serangan Korea Utara.

Dikutip dari Slate.com, pada Minggu (13/8/2017), sang presiden meminta Gubernur Calvo untuk tidak khawatir. Commander-in-chief AS itu mengatakan, ancaman nuklir ke Guam justru akan tingkatkan pariwisata kawasan itu.

Selama menerima telepon dari atasannya, Gubernur Calvo merekam dengan video. Terlihat Calvo di rumahnya hanya dengan kaus berbincang lewat pengeras suara yang dinyalakan di teleponnya. Terdengar semua pernyataan Trump langsung kepadanya.

Untuk meyakinkan publik bahwa Trump mendukung Guam, Gubernur Calvo mengunggah sambungan telepon itu di akun Facebook-nya.

"Saya hanya ingin menunjukkan rasa hormat saya, kami semua di sini bersama Anda 1.000 persen. Anda semua aman," kata Trump memulai percakapan dengan Calvo lewat telepon selama tiga menit.

Calvo pun menunjukkan rasa hormatnya kepada sang presiden.

"Tuan presiden, sebagai gubernur Guam yang mewakili rakyat Guam, dan sebagai warga Amerika Serikat, saya tak pernah merasa seaman dan sepercaya diri ini dengan Anda yang telah memeluk kami semua," kata Calvo.

"Dengan kritik di luar sana, dan sebagai orang yang dijadikan target, kami butuh presiden macam Anda. Saya sangat berterima kasih, dan saya senang, Andalah yang memegang kendali, Sir," lanjutnya.

Trump kemudian menjawab pernyataan itu dengan gayanya yang seperti biasa: memuji diri sendiri.

"Mereka harusnya memilih saya jadi presiden delapan tahun lalu, atau setidaknya orang macam saya," kata Trump.

Trump melanjutkan bahwa gubernur Guam tak perlu khawatir dengan ancaman yang dikeluarkan oleh Korea Utara. Miliarder nyentrik itu berdalih bahwa hal itu akan menjadi publisitas yang baik.

"Eddie, saya perlu katakan kepada Anda. Kini, Anda luar biasa terkenal. Seluruh dunia membicarakan Guam, Anda, dan saya pikir berbicara tentang pariwisata," ucap Trump.

"Saya boleh bilang, pariwisata Anda, gara-gara ancaman ini, Anda akan mendapat uang masuk lebih banyak dari turisme. Jadi, saya ucapkan kepada Anda. Guam adalah tempat yang indah," lanjut Trump.

Berikut rekaman video kala Gubernur Guam menjawab panggilan telepon Donald Trump:


Calvo kemudian berbicara tentang tempat dia memerintah, ia menyebutnya "surga" dan mengatakan kepada presiden agar tidak khawatir dengan industri pariwisata pulau itu.

"Kami memiliki hunian 95 persen, dan setelah semua ini mereda, kami akan memiliki hunian 110 persen," kata gubernur.

Margaret Metcalfe, yang mengelola kantor Calvo di Washington, tampaknya sedikit tidak setuju dengan penilaian presiden. Ia mengatakan kepada Washington Post bahwa "tidak ada satu pun pernyataan keduanya menjadi publisitas yang bagus." Tetap saja, dia menekankan bahwa "turis datang seperti biasa."

Beberapa penduduk di Guam tidak terlalu senang dengan bagaimana kedua pemimpin tersebut dengan santai mendiskusikan masa depan pulau ini.

"Mendengarkan percakapan di telepon itu membuatku merasa jijik," kata Andrea Nicole Grajek, seorang seniman lokal dari desa Dededo, mengatakan kepada New York Times.

"Saya sangat kaget dan saya sebenarnya menangis. Mereka adalah pemimpin yang membahas kenaikan ketenaran dan pariwisata, sementara dunia menyaksikan pulau kita dengan hati-hati untuk melihat apakah kita masih berada di sini besok. "

Calvo, bagaimanapun, melihat hal-hal yang sangat berbeda dan merilis sebuah pesan video pada Sabtu sore yang mengatakan bahwa dirinya lega mengetahui bahwa panglima tertinggi memiliki tanggung jawab atas nasib pulau itu.

"Ini bukan pertama kalinya pulau kami diancam akan diserang," katanya. "Tapi kali ini, mengetahui bahwa kita memiliki seorang presiden dan Gedung Putih yang mengawasi kita, jelas memberi saya penghiburan yang besar."

Sementara itu, Gedung Putih dalam pernyataannya menanggapi bahwa rekaman video dan percakapan telepon tersebut tidak detail. Ada banyak hal lain yang dibicarakan mereka berdua. Namun, kantor tempat presiden bekerja itu tidak memberikan keterangan lebih lanjut tentang topik pembicaraan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.