Sukses

Penggemar Mesin Ketik Antik di AS Meningkat, Ada Apa?

Di tengah era digital, warga AS generasi muda tengah keranjingan dengan mesin ketik antik. Mengapa?

Liputan6.com, Albuquerque - Di tengah-tengah zaman serbadigital di mana penggunaan ponsel dan media sosial bukan hal asing, ada tren yang baru-baru ini menyedot perhatian. Mesin ketik antik yang dahulunya diselimuti debu di atap dan ruang bawah tanah kembali menarik minat penggemar dari generasi baru di seluruh Amerika Serikat.

Para penggemar mesin ketik berkumpul di sebuah restoran di Albuquerque untuk bereksperimen dengan mesin ketik antik merek Smith Corona. Para penggemar di Boston berlutut di lapangan di kota itu dan mengetik kisah mereka saat diselenggarakannya unjuk rasa pro-imigrasi.

Sebuah film dokumenter tentang mesin ketik yang menampilkan Tom Hanks dan musisi John Mayer siap dirilis musim panas ini.

Dari bar-bar tempat berkumpulnya penggemar mesin ketik hingga penyair jalanan yang menjual puisi yang telah dipersonalisasi dan ditulis dengan mesin ketik langsung di tempat, mesin tik telah muncul sebagai barang populer di antara penggemar beratnya yang berburu mesin tik di toko-toko barang bekas, situs lelang online, dan toko-toko barang antik.

Beberapa membeli mesin ketik Underwoods berniat menambah koleksinya yang terus bertambah. Yang lainnya berburu mesin ketik merek Royal Quiet De Luxe yang berasal dari pertengahan abad ini -- seperti yang digunakan pengarang terkenal Ernest Hemingway -- saat mengarang novelnya yang terkenal.

Mesin ketik yang berhasil terselamatkan acap kali perlu diservis, yang membawa para penggemar untuk mencari bengkel perbaikan mesin ketik yang tinggal segelintir. 

"Saya sudah bertahun-tahun tidak melihat perkembangan bisnis seperti ini," ujar John Lewsi, tukang servis mesin ketik yang sudah menjalankan bengkel reparasi mesin analog di Albuquerque selama 40 tahun. "Pastinya minat terhadap mesin ketik kembali telah muncul, dan itu telah membuat saya sibuk sekali.”

Dikutip dari VOANews, Senin (19/6/2017), kembalinya minat terhadap mesin ketik dimulai sekitar 10 tahun yang lalu ketika segelintir penggemar mesin itu berkumpul di jagat online, ujar Richard Polt, profesor filosofi di Xavier University di Cincinnati dan pengarang The Typerwiter Revolution: A Typist’s Companion for the 21st Century.

Sejak itu, jumlah penggemarnya meningkat secara dramatis, dan beragam perhelatan publik seputar mesin ketik telah diselenggarakan.

"Ini telah melampaui tahapan sekedar iseng-iseng," ujar Polt.

Hampir tidak mungkin untuk mengukur tingkat penjualan mesin ketik akhir-akhir ini. Hampir semua produsen aslinya telah gulung tikar atau perusahaannya dibeli dan menjadi perusahaan yang berbeda. Moonachie, produsen mesin ketik Swintec yang berpusat di New Jersey tampaknya adalah salah satu produsen mesin ketik terakhir, yang menjual mesin elektronik tembus cahaya sebagian besar ke lembaga pemasyarakatan.

Namun para pemilik toko barang bekas dan penjual barang warisan mengatakan mesin ketik adalah salah satu dari barang yang paling laku.

"Ini adalah bagian yang menyenangkan: perburuan mesin ketik," ujar Joe Van Cleave, seorang warga Albuquerque yang memiliki lebih dari selusin mesin dan pemilik kanal populer di situs berbagi video terkait perbaikan mesin ketik. "Kadang-kadang, seperti sebuah keberuntungan kecil, Anda menemukan mesin tik buatan tahun 1920-an dalam kondisi yang baik."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hubungan dengan Masa Lampau

Doug Nichol, direktur film dokumenter berjudul California Typewriter, mengatakan minat itu muncul dari "keletihan digital" dan orang-orang yang ingin menyelami masa lalu. "Minat itu tampaknya tidak terkait usia," ujarnya.

"Anak-anak yang tumbuh dewasa di tengah telepon selular dan komputer sangat tertarik untuk melihat surat yang diketik dengan tangan Anda sendiri," ujar Nichol. "Ini adalah interaksi antara mesin dan manusia yang tidak disela oleh pemberitahuan pesan Twitter."

Dalam filmnya, yang akan dirilis bulan Agustus, Nichol mewawancarai Hanks, yang mengatakan ia menggunakan mesin ketik hampir tiap hari untuk mengirim memo dan surat.

"Saya benci menerima e-mail ucapan terima kasih dari orang-orang," ujar Hanks di film itu. "Sekarang, apabila mereka menghabiskan waktu 70 detik untuk mengetik di secarik kertas dan mengirimkannya ke saya, akan saya simpan surat itu selamanya. Sementara saya akan hapus e-mail yang masuk."

Hanks mempunyai kurang lebih 270 buah mesin ketik, tapi acap kali memberikannya ke orang-orang yang menunjukkan minatnya.

Salah satu cara meningkatnya tren penggunaan mesin ketik adalah lewat acara-acara 'type-ins' -- sebuah pertemuan yang diselenggarakan di tempat-tempat umum di mana para penggemar mesin ketik mencoba beragam mesin antik. Acara-acara seperti itu telah diselenggarakan di Phoenix, Philadelphia, Seattle, Los Angeles, dan Cincinnati.

Baru-baru ini sebuah acara 'type-in' diselenggarakan di sebuah restoran Afrika-Amerika, Nexus Brewery, di Albuquerque, di mana sekitar 36 orang penggemar mencoba mengetik dengan menggunakan mesin ketik Italia, Olivetti Lettera 32, yang diproduksi tahun 1964 dan sebuah mesin tik merk Royal KMM buatan tahun 1947, antara lain.

Rich Boucher menghabiskan sebagian besar waktunya menulis puisi pada mesin ketik merk Hermes 3000 buatan tahun 1960-an.

"Saya sudah lama tidak menggunakan mesin ketik," ujarnya. "Ini menjadi sesuatu yang benar-benar menyegarkan untuk menghabiskan siang hari di musim panas."

Setelah menyelesaikan karyanya, Boucher mengambil teleponnya dan menulis update status Facebook tentang pengalaman yang diperolehnya. Ia kemudian mulai mencari situs yang menjual mesin ketik merek Hermes 3000 secara online.

"Itu adalah mesin tik yang saya inginkan. Saya harus menemukannya," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.