Sukses

100.000 Warga Terjangkit Kolera di Tengah Perang Yaman

Menurut WHO, hampir 800 orang dalam waktu lebih dari sebulan tewas akibat wabah kolera di tengah perang Yaman.

Liputan6.com, Sana'a Wabah kolera yang melanda Yaman telah menewaskan hampir 800 orang dalam waktu lebih dari sebulan, demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sejak 27 April 2017, terdapat lebih dari 101.800 kasus yang dicurigai kolera dan 789 kematian akibat kolera telah dilaporkan di 19 dari 22 kegubernuran negara tersebut.

Pejabat WHO dan UNICEF terus berupaya memerangi wabah tersebut. Bulan lalu, sebuah pesawat yang disewa WHO mengirim infus dan peralatan medis ke Yaman untuk mengobati sekitar 10.000 pasien.

Namun, perang sipil di Yaman telah membuat usaha menjadi sulit. Beberapa pejabat kesehatan tidak yakin apa yang akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang.

"Di daerah tersebut, mereka terkena dampak langsung pertempuran. Ada sedikit layanan kesehatan yang tersedia. Kami tahu bahwa di banyak distrik tidak ada dokter yang tersisa, dan hanya sekitar setengah dari fasilitas kesehatan yang berfungsi. Yang lainnya ditutup atau berfungsi sebagian," ujar juru bicara WHO di Jenewa, Tarik Jasarevic, dikutip dari CNN, Jumat (9/6/2017).

Menurut WHO, konflik intensif yang terjadi sejak 2015 di Yaman telah menyebabkan lebih dari 18,8 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan dan 14,8 juta orang tanpa akses terhadap layanan kesehatan.

Hingga Oktober 2016, setidaknya 274 fasilitas kesehatan telah rusak atau hancur. Sebanyak 13 petugas kesehatan tewas dan 31 lainnya cedera dalam kekerasan tersebut.

Rumah sakit dan fasilitas yang masih berfungsi dipenuhi dengan pasien kolera dan keluarga mereka. Mereka yang terjangkit kolera hampir setengahnya, yakni 46 persen, berusia di bawah 15 tahun dan 33 persennya berusia di atas 60 tahun.

Karena kurangnya ruangan, beberapa pasien terpaksa harus diobati di luar ruangan. Beberapa langkah dari rumah sakit, terlihat anak-anak dan orang dewasa dengan infus yang duduk di bawah pepohonan.

"Wabah kolera membuat situasi yang buruk bagi anak-anak menjadi lebih buruk. Banyak anak-anak yang meninggal karena penyakit ini juga kekurangan gizi akut," ujar perwakilan UNICEF di Yaman, Dr. Meritxell Relano, dalam sebuah pernyataan.

Kolera, penyakit diare akut yang disebabkan bakteri Vibrio cholerae, bisa membunuh dalam hitungan jam jika tidak diobati. Penyakit itu dapat menjangkit seseorang yang mengonsumsi makanan atau air terkontaminasi bakteri.

Pencengahan kolera bergantung pada akses air bersih, sanitasi yang layak, dan kebutuhan kebersihan dasar. Namun di Yaman yang tengah dilanda perang, sekitar 14,5 juta orang kekurangan akses air bersih dan sanitasi.

"Pada dasarnya, masalahnya adalah tidak bisa mengatasi masalah inti," kata Jasarevic tentang wabah kolera.

Meskipun jarang terjadi di Amerika Serikat, kolera tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di banyak bagian dunia, termasuk Afrika, Asia Tenggara dan Haiti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini