Sukses

Korea Utara Ancam Jepang dengan 'Awan Radioaktif'

Media Korea Utara menyebut Jepang akan diselimuti awan radioaktif jika perang sampai pecah.

Liputan6.com, Pyongyang - Media pemerintah Korea Utara mengeluarkan peringatan untuk Jepang. Isinya, jika tensi politik dan militer di Semenanjung Korea berubah menjadi konflik bersenjata, Negeri Sakura niscaya akan jadi yang pertama kena dampaknya. 

"Jika terjadi perang nuklir di Semenanjung Korea, Jepang -- yang menampung sejumlah fasilitas dan aset militer AS -- akan diselimuti awan radioaktif pertama kali sebelum negara lain," kata media pemerintah Korea Utara Rodong Sinmun, Rabu (3/5/2017).

Media itu juga menyampaikan bahwa Negeri Sakura, sebagai negara yang pernah mengalami horor bom atom, harus bertindak bijak untuk mengambil langkah selanjutnya.

"Jika Jepang serius dengan kepentingannya, mereka harus mengambil langkah damai terkait isu Semenanjung Korea," demikian disampaikan media corong rezim Kim Jong-un. 

"Sebagai negara yang pernah merasakan bencana A-bomb (bom atom), Jepang harusnya lebih tahu buruknya bencana nuklir dibanding negara lain," kata kantor berita yang dikontrol sangat ketat oleh Pyongyang itu.

Awan yang terbentuk jamur akibat ledakan bom atom di Hiroshima pada 1945 (Foto: osti.gov)

Pernyataan yang disampaikan oleh media pemerintah Pyongyang itu bersamaan dengan rencana Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe yang menginginkan ekspansi peran angkatan bersenjata Negeri Sakura

Selama ini, peran Pasukan Bela Diri Jepang hanya dibatasi di dalam negeri, atau hanya dalam tugas-tugas kemanusiaan di luar negeri.

PM Abe menggunakan situasi Semenanjung Korea sebagai alasan perluasan peran itu. Militer Jepang kini tengah bersiaga hadapi kemungkinan serangan rudal balistik Korea Utara.

"Tujuan lain untuk merangsang pertumbuhan ekonomi melalui suplai persenjataan dari AS setelah perang pecah di Semenanjung Korea, sama seperti pada Perang Korea lalu," ujar Abe.

Rencana ekspansi militer itu dilakukan dengan mengamendemen konstitusi Jepang. Pada naskah konstitusi asli, Negeri Matahari Terbit memutuskan menjadi negara pasifisme atau menghindari perang terbuka.

Barisan pasukan udara Bela Diri Jepang saat upacara tahunan Pasukan Bela Diri (SDF) di Pangkalan Asaka, Jepang(23/10). (Reuters/Kim Kyun-Hoon)

Pasca-Perang Dunia II, angkatan bersenjata Jepang hanya digunakan sebagai alat pertahanan domestik, sesuai nama resminya, Self-Defense Forces.

Namun, pada 2020, militer Jepang direncanakan akan mengambil langkah aktif dalam konflik bersenjata internasional.

"Jepang akan terlahir baru dan maju ke depan dengan mantap," jelas sang PM.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengawal Kapal AS

Jepang terlibat dalam ketegangan di Semenanjung Korea dengan mengirimkan kapal perang terbesarnya untuk mengawal armada tempur laut Amerika Serikat.

Aksi itu merupakan operasi militer angkatan laut pertama Negeri Sakura sejak Perang Dunia II.

Izumo, jenis kapal induk pengangkut helikopter, ditugaskan untuk mengawal armada kapal AS yang sedang melakukan pergerakan ke sebuah pelabuhan Angkatan Laut Jepang.

Kapal yang diklaim sebagai alutsista laut terbesar milik Nippon itu memiliki panjang sekitar 249 meter dan mampu membawa 9 helikopter.

Salah satu kapal yang dilindungi oleh Izumo adalah USS Carl Vinson, kapal induk kelas kakap AS.

Kapal perusak, Angkatan Pertahanan Maritim Jepang yang mengawal Kapal induk USS Carl Vinson menuju semenanjung Korea, Kamis (28/4). (AP Photo)

USS Carl Vinson beserta rombongan dilaporkan akan melakukan latihan militer AL gabungan dengan Korea Selatan dan Jepang.

Pengawalan oleh Izumo dikerahkan sehari setelah Korea Utara mengultimatum akan menenggelamkan USS Carl Vinson dan kapal selam USS Michigan. Keduanya dilaporkan berada dekat dengan Semenanjung Korea pada akhir April 2017 lalu.

Sementara, itu, warga Jepang yang tinggal di dekat pangkalan Amerika Serikat di Negeri Sakura ketar-ketir.

Mereka cemas jika rumah-rumah mereka terkena dampak serangan rudal Korut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini