Sukses

Kala Kucing Dianggap Jelmaan Setan dan Pembawa Maut Hitam

Kucing dianggap pembawa kutukan Maut Hitam dan dianggap jelmaan setan.

Liputan6.com, London - Black Death atau Maut Hitam adalah salah satu pandemik paling mematikan dalam sejarah manusia. Wabah yang diyakini disebabkan bakteri Yersinia pestis itu menyebar ke seluruh Eropa antara tahun 1346 dan 1353.

Penyebaran wabah tersebut bermula dari seranggga -- umumnya kutu -- yang terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan pengerat termasuk di antaranya tikus dan marmot yang terinfeksi wabah.

Setelah tikus mati, kutu menggigit manusia dan menyebarkannya ke orang-orang. Wabah menyebar dari Asia Tengah, lewat Mediterania, ke Eropa, ketika para pelaut mencapai Crimea pada tahun 1343.

Seperti dikutip dari The Vintage News, Selasa (7/2/2017), pada saat itu, tikus hitam jadi penumpang gelap kapal dagang dan itu kemungkinan besar membawa kutu yang terinfeksi kembali ke Eropa.

Awalnya, wabah tersebut disebut 'Great Mortality' atau 'Great Plague'. Istilah 'Black Death' dicetuskan pada 1350 oleh astronom Belgia, Simon de Covino.

Ia menggunakan kata tersebut dalam puisinya 'On the Judgement of the Sun at a Feast of Saturn'.

Berbeda dengan pengetahuan modern, para dokter pada tahun 1300-an sama sekali tak tahu apa gerangan penyebab wabah.

Akibatnya, spekulasi dan takhayul muncul tak terhitung banyaknya.

Sejumlah orang Eropa menuding sekelompok orang seperti kaum Yahudi, pengemis, penderita lepra, dan bahkan biarawan sebagai biang keladi.

Lainnya menuding hewan. Yang paling terkenal adalah terkait kucing pembawa kutukan dan kaitan binatang karnivora itu dengan setan.

Kucing, terutama yang berwarna hitam, dianggap jelmaan setan. 

Selain penuh misteri, berikut fakta-fakta mengenai kucing hitam

Dampaknya, sejumlah kucing dibantai. Itu tindakan fatal yang justru membuat wabah kian gawat.

Sebab, tanpa kucing yang jadi predatornya, populasi tikus-tikus menggila. Hewan pengerat itu beranak pinak tak terkendali.

Orang-orang Eropa terus membantai kucing selama 300 tahun. Mereka sangat rentan pada wabah, ketika pagebluk itu kembali menyerang Benua Biru pada tahun 1600-an.

Penyakit tersebut hanya menghilang selama musim dingin -- saat sebagian besar kutu tak aktif.

Namun, setiap musim semi, ia bangkit kembali dan merenggut korban baru.

Ilustrasi wabah maut hitam atau Black Death (Wikipedia)

Black Death memiliki efek yang parah pada masyarakat Eropa yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya yang signifikan.

Pada tahun 1400-an, wabah membinasakan penduduk di 1.000 desa di Inggris.

Diperkirakan 25 juta orang meninggal karena Black Death. Jumlah itu adalah sepertiga warga Eropa kala itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini