Sukses

Salah Sasaran, Bom Militer Nigeria Tewaskan 50 Pengungsi

Lebih dari 50 orang tewas dan 100 lainnya terluka dalam pemboman di sebuah kota yang dijadikan warga tempat berlindung dari Boko Haram.

Liputan6.com, Rann - Angkatan Udara Nigeria membom sebuah kota yang dipenuhi oleh warga yang melarikan diri dari kelompok militan. Peristiwa tersebut ternyata merupakan kesalahan pilot pesawat yang sebenarnya menargetkan militan Boko Haram.

Pemboman itu terjadi di Rann, sebuah kota di dekat perbatasan Kamerun yang menjadi salah satu tempat perlindungan dua juta orang. Mereka melarikan diri dari kelompok ekstremis Boko Haram.

Akibat peristiwa yang terjadi pada Selasa 17 Januari itu, lebih dari 50 orang tewas. Di lain sisi korban luka mencapai 100 orang lebih.

Menurut keterangan pejabat, di antara korban terdapat pekerja kemanusiaan yang telah membantu 25.000 pengungsi.

Boko Haram, kelompok radikal yang dikaitkan dengan al-Qaeda, diperkirakan telah menewaskan 20.000 orang sejak 2009 dan disebut sebagai kelompok teror paling berdarah di dunia. Kelompok itu juga telah menyatakan janji setianya kepada ISIS sekitar dua tahun lalu.

Mayor Jenderal Lucky Irabor mengonfirmasi serangan tersebut. Ia mengatakan, peristiwa tersebut adalah kecelakaan.

Menurut Irabor, serangan tersebut terjadi di tengah dijalankannya operasi yang menargetkan militan Boko Haram. "Sayangnya, ada warga sipil lain berada di sekitar area dan mereka terkena dampaknya," ujar dia.

Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari, menyebut serangan tersebut sebagai "kesalahan operasi yang disesalkan."

Hingga berita ini diturunkan, masih belum jelas bagaimana militer bisa melakukan kekeliruan. Padahal kota tersebut dihuni 25.000 penduduk dan dikelilingi militer.

Dikutip dari Washington Post, Rabu (18/1/2017), bulan lalu Buhari mengatakan bahwa militan Boko Haram berhasil dikalahkan. Namun kelompok itu masih mampu melancarkan serangan, baik yang ditujukan kepada militer maupun sipil di seluruh wilayah.

Sebagian besar operasi militer Nigeria terhadap Boko Haram dilakukan menggunakan helikopter dan jet tempur. Upaya tersebut telah lama menimbulkan dilema hak asasi manusia, karena militan sulit untuk mengisolasi diri mereka dari warga sipil.

Pada tahun lalu, Amnesty Internastional melaporkan bahwa hampir 150 orang, termasuk anak-anak dan bayi, tewas di barak militer Nigeria. Banyak di antara mereka yang tewas akibat penyakit dan kelaparan di tempat yang berkapasitas terlalu penuh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini