Sukses

6 'Diktator Modern' yang Tak Dikenal Banyak Orang

Siapa sangka, walaupun sudah Abad ke-21, masih ada sejumlah diktator yang memimpin sejumlah negara. Tapi, tidak banyak orang yang tahu.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Abad ke-21 ini, ada sejumlah diktator yang sangat dikenal karena cara ekstrem mereka dalam memerintah di negaranya. Kim Jong-un di Korea Utara adalah salah satu contohnya.

Namun demikian, ternyata masih ada lagi sejumlah diktator yang sepak terjangnya luput dari pantauan media dunia.

Para diktator itu mungkin tidak memiliki hubungan langsung dengan dunia luar. Mereka juga tak memiliki persenjataan nuklir, sehingga tak dianggap mengancam. Namun tindakan-tindakan mereka yang dianggap despotik perlu diketahui.

Dikutip dari Ozy pada Selasa (15/11/2016), berikut adalah enam diktator modern yang kurang dikenal di dunia:

1. Islam Karimov

 

Presiden Uzbekistan, Islam Karimov. (AFP/BBC)

Namanya tidak terlalu sering terdengar, tapi pemimpin berusia 77 tahun di Uzbekistan ini memiliki catatan HAM terburuk sedunia.

Selama memerintah dalam 24 tahun terakhir, warga negara Asia Tengah di tepi Laut Kaspia ini dilaporkan mengalami teror oleh pemimpinnya sendiri.

Ia telah membunuh ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata, memaksa anak-anak bekerja dalam kondisi seperti budak, dan memenjarakan ribuan orang karena alasan agama.

Karimov dilaporkan telah menghukum mati narapidana tanpa melalui pengadilan, termasuk merebus hidup-hidup suatu pasangan hingga mereka meninggal.

Presiden Islam Karimov wafat pada akhir Agustus lalu.

2. Yahya Jammeh

 

(Sumber gainako.com)

Semenjak berkuasa di Gambia melalui suatu kudeta pada 1994, presiden Jammeh memerintah negeri dengan campuran maut antara ketakutan, represi, dan pembunuhan.

Pemimpin yang minta dipanggil sebagai "Yang Mulia" ini diketahui pernah menembaki para pengunjuk rasa damai.

Ia bahkan pernah mengeluarkan tuntutan kepada para homoseksual agar meninggalkan negeri dalam waktu 24 jam atau dipenggal.

3. Isaias Afwerki

 

(Sumber madote.com)

Pria berusia 69 tahun ini menjadi Presiden Eritrea sejak kemerdekaan negara pada 1991 dan tidak pernah ada satupun warga yang memilih dia.

Selama 24 menjalankan pemerintahan secara despotisme, penyiksaan menjadi hal rutin, penjara penuh sesak, dan semua orang berusia antara 15 dan 70 tahun dipaksa masuk dinas militer tanpa batas waktu.

Bukan hanya itu, pemerintahan Afwerki dilaporkan telah memenjarakan ribuan orang berdasarkan afiliasi politik warga tersebut.

4. Raja Mswati III

 

(Sumber drum.co.za)

Mswati adalah bagian dari monarki terakhir di Afrika. Melalui konsentrasi kekuasaan di Swaziland, ia menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan despotiknya.

Misalnya, ia dilaporkan memaksa para wanita muda untuk dinikahi kapan saja ia tergugah atau setiap dua tahun. Poligami merupakan hal yang legal di Swaziland.

Ia juga tidak tertarik dengan demokrasi atau mengayomi atau menciptakan perkerjaan bagi 23 persen bagian populasi yang sekarang menganggur.

Raja yang naik takhta menjadi raja pada usia 18 ini memiliki 15 istri dan begitu banyak mobil mewah. Penampilannya memang tidak menyeramkan, tapi caranya korupsi tidak tanggung-tanggung.

5. Alexander Lukashenko

(Sumber inserbia.info)

Mantan Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice menyebutnya sebagai "diktator terakhir Eropa".

Ia telah menjadi Presiden Belarus selama lebih dari dua dekade. Lukashenko memerintah bekas bagian Soviet itu dengan tangan besi.

Ia melakukan sensor pemberitaan, mengirim para pegiat HAM ke kamp kerja paksa, dan menyingkirkan para rival politiknya dengan cara dijebloskan ke penjara.

Atau, seperti kasus mantan perdana menteri dan pimpinan oposisi, mereka dibuat "menghilang".

6. Choumally Sayasone

(Sumber alchetron.com)

Presiden Laos ini sudah berusia 79 tahun, mengenakan kaca mata dengan rambut yang semakin menipis. Namun demikian, penampilan yang jinak itu dianggap menutupi kepribadian tirani.

Ia memiliki catatan panjang pelanggaran HAM dan pemerintahan Sayasone memiliki semua terbitan koran, stasiun televisi, dan stasiun radio di negeri itu.

Jika ada siapa pun yang melawan, ia bisa dipenjara atau "menghilang".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.