Sukses

Militer Kanada Selidiki Suara Misterius dari Dasar Laut

Milter Kanada mengirim pesawat patroli DP-140 Aurora untuk menyelidiki suara denging yang didengar di Selat Fury dan Hecla.

Liputan6.com, Ottawa - Pasukan bersenjata Kanada telah mengirim kru untuk menyelidiki laporan adanya suara misterius yang diduga berasal dari dasar laut. Pemburu di sebuah komunitas terpencil di Kutub Utara Kanada khawatir tentang bunyi denging yang mereka dengar di Selat Fury dan Hecla.

Seorang politisi lokal, Paul Quassa, mengatakan kepada CBC bahwa suara tersebut tampaknya datang dari dasar laut. Bunyi itu membuat hewan-hewan yang biasanya berada di area berburu menjauh.

"Dan kali ini, musim panas ini, hampir tidak ada. Dan ini menjadi hal mencurigakan," ujar dia.

Menanggapi laporan tersebut, militer Kanada mengirim pesawat patroli DP-140 Aurora untuk menyelidikinya pada 1 November lalu di bawah perintah Operation Limpid, yakni program pengawasan domestik yang dirancang untuk mendeteksi, menghalangi, mencegah, dan memerangi ancaman yang ditujukan kepada Kanada.

"Angkatan bersenjata Kanada menyadari ada suara tak biasa berasal dari dasar laut di Selat Fury dan Hecla di Nunavut. Awak pesawat telah melakukan berbagai pencarian multi-sensor, termasuk pencarian akustik selama 1,5 jam, tanpa mendeteksi adanya anomali.

Pada kru tidak mendeteksi kontak dengan permukaan atau sub-permukaan," ujar juru bicara Departemen Pertahanan Nasional Kanada, Ashley Lemire, dalam sebuah pernyataan.

"Para kru mengamati dua paus dan enam anjing laut di area itu."

"Pada saat ini Departemen Pertahanan Nasional tidak berniat untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut," tutur Lemire.

Namun penyelidikan itu tak membuat orang-orang berhenti berteori tentang sumber suara, yang dikaitkan dengan sejumlah survei sonar oleh operasi penambangan lokal atau aktivis Greenpeace.

Sonar digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk membuat peta secara rinci dari dasar laut sebagai upaya untuk mencari minyak dan gas lepas pantai. Alat tersebut dikenal dapat mengganggu aktivitas mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba.

Namun Baffinland Iron Mines Corporation yang mengoperasikan sonar di dekat daerah itu mengatakan kepada CBC, saat ini mereka tak memiliki peralatan dalam air.

Sementara beberapa lainnya meyakini bahwa Greenpeace sengaja menciptakan suara itu dengan tujuan untuk menakut-nakuti satwa liar agar menjauh dari pemburu Inuit. Namun tuduhan itu dibantah oleh organisasi tersebut.

Dikutip dari The Guardian, Jumat (4/11/2016), awal tahun ini sebuah suara seperti seruling bernada tinggi membuat penduduk di Portland, Oregon, terjaga. Siulan tersebut juga didengar oleh warga pada beberapa dekade sebelumnya.

Sementara itu di Ontario, suara gemuruh rendah yang dikenal dengan "Windsor Hum" telah membuat warga merasa terusik selama enam tahun. Beberapa di antaranya menggambarkan bahwa suara itu seperti guntur atau pengeras suara yang dapat menggetarkan jendela.

Suara tersebut diduga berasal dari sebuah pulau yang dikelilingi pagar di mana terdapat pabrik baja. Kerahasiaan tempat tersebut telah menimbulkan spekulasi bahwa suara itu berasal dari sebuah pesawat alien atau pembangunan terowongan bawah tanah oleh seorang miliarder.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

'Siulan' Misterius dari Karibia

Tak hanya di Kanada, beberapa bulan lalu Ilmuwan juga menemukan suara sangat kencang nan misterius yang berasal dari kedalaman Laut Karibia.

Bahkan bunyi tersebut dapat terdengar hingga angkasa luar. Namun, suara tersebut tak dapat didengar oleh kapasitas pendengaran manusia.

Dalam penelitian terbaru, ilmuwan samudra dari University of Liverpool menemukan, Laut Karibia berperilaku layaknya peluit besar. Hal tersebut terjadi karena osilasi -- gerak berulang dalam selang waktu sama -- yang terjadi secara tak biasa di medan magnet Bumi.

Laut Karibia terletak di tenggara Teluk Meksiko dan merupakan bagian dari Samudra Atlantik. Ketika meneliti wilayah tersebut pada 1958 hingga 2013, peneliti melihat fenomena aneh.

Karena fenomena itu, mereka pun memeriksa permukaan laut dan membaca tekanan dari dasar laut menggunakan pengukur gelombang dan gravitasi dari satelit. Dari hasil penelitian, para peneliti menemukan bahwa area tersebut menghasilkan 'Rossby whistle' atau 'siulan Rossby'.

Hal itu terjadi ketika gelombang besar mengalir secara perlahan ke arah barat, atau biasa disebut gelombang Rossby, dan berinterkasi dengan dasar laut. Ketika telah sampai ke ujung barat, gelombang itu akan berhenti, namun akan muncul kembali di basin sebelah timur.

Dilansir Daily Mail, fenomena tersebut dideskripsikan oleh para peneliti sebagai 'Rossby wormhole' atau 'lubang cacing Rossby'. Gelombang Rossby juga memperkuat dirinya dan menghasilkan osilasi dengan periode berbeda.

Laut Karibia dari Angkasa Luar (NASA)

Selama interaksi ini, air keluar masuk dari basin setiap 120 hari sekali. Perubahan massa secara dramatis tersebut mengubah medan gravitasi Bumi. Fluktuasi tersebut dapat dideteksi oleh satelit.

Hasil aktifitas itu, menyebabkan Laut Karibia 'bersiul' beberapa oktaf lebih rendah dari yang dapat didengar oleh manusia.

"Ketika kamu bersiul, udara menjadi tak stabil dan merangsang gelombang suara resonan yang sesuai dengan rongga peluit. Karena peluit ini terbuka, maka suara dapat keluar sehingga Anda dapat mendengarnya," jelas Profesor Chris Hughes.

"Hampir serupa, gelombang yang mengalir di Laut Karibia menjadi tidak stabil dan merangsang resonansi dari gelombang laut yang disebut 'Rossby wave'."

"Karena Laut Karibia sebagian terbuka, menyebabkan pertukaran air dengan air di samudra yang menyebabkan kita dapat 'mendengar' resonansi menggunakan pengukuran gravitasi," imbuhnya.

Para peneliti mengatakan, gelombang Rossby dapat mempengaruhi permukaan air dan menyebabkan peningkatan kemungkinan adanya banjir.

"Fenomena tersebut dapat menyebabkan peningkatan permukaan air laut dengan hingga 10 sentimeter di sepanjang pesisir Kolombia dan Venezuela. Jadi dengan memahami nya dapat memebantu memprediksi banir di daerah pesisir," jelas Hughes.

Para peneliti juga menduga bahwa siulan Rossby dapat mempengaruhi Atlantik Utara, akibat perannya dalam mengatur aliran di Karibia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.