Sukses

'Intervensi Alam' Badai Pasir Untungkan Pihak ISIS di Mosul?

Badai pasir yang menghalangi pandangan disebut menguntungkan ISIS secara taktis. Mengapa demikian?

Liputan6.com, Mosul - Pada Selasa 1 November siang, angin dengan kecepatan 40,2 kilometer per jam menerjang wilayah sekitar Mosul saat pasukan Irak mendekat ke pinggiran kota.

Angin yang membawa pasir dan debu itu menghalangi pandangan, di mana hampir semua operasi militer dihentikan. Hal tersebut dinilai menguntungkan ISIS secara taktis.

Dikutip dari CNN, Rabu (2/11/2016), tentara Divisi Emas Irak dan Pasukan Anti-Terorisme telah merayap menuju batas kota Mosul selama tiga hari terakhir.

Namun banyak petugas mereka kurang mengenal medan dan jalanan seperti yang diketahui militan ISIS. Kelompok tersebut telah dua tahun menduduki Mosul untuk membentengi pertahanan, seperti menggali parit serta terowongan dan mengambil alih rumah warga.

Belum lagi badai pasir di Mosul yang dinilai sejumlah pihak menguntungkan militan ISIS. Debu tersebut dapat menyumbat senjata canggih dan mengurangi efektifitas dari citra termal.

Pasukan Khusus Irak menembakan senjata artileri saat pertempuran dengan pasukan ISIS di selatan Mosul, Irak, Sabtu (29/10). Pasukan Khusus Irak terus menggempur ISIS yang menguasai kota Mosul. (REUTERS)

Karena secara substansial ISIS kalah dengan lawannya, kelompok tersebut sering mengambil keuntungan dari alam. Sebuah badai pasir besar di sekitar Ramadi membantu ISIS menembus garis pertahanan pasukan Irak pada Mei 2015.

Saat badai pasir telah mereda, para militan sangat bercampur dengan pasukan Irak sehingga hampir mustahil menggunakan serangan udara. Beberapa hari kemudian, Ramadi bersih dari pasukan Irak.

Masih dalam bulan sama, badai besar yang menyelimuti wilayah di dekat Fallujah juga membuat ISIS melancarkan beberapa serangan bunuh diri dengan sukses.

ISIS juga menggunakan kabut tebal pada Januari 2015 dalam serangan diam-diam di Peshmerga, yang menewaskan seorang jenderal dan secara singkat memukul mundur pasukan kembali ke kota.

Pasukan Peshmerga yang berada di lini depan saat itu mengatakan kepada CNN, ketakutan terburuk mereka adalah kabut yang sering datang pada pagi hari di musim dingin.

Terhalangnya Pengintaian

Pada tahun 2003, invasi AS ke Irak melambat selama beberapa hari akibat besarnya badai pasir di sekitar Najaf. Dalam catatan mengenai perang, Kopral Zack Brackney mengingat bahwa pemandangan berubah menjadi kekuningan dan visibiltas hanya berjarak 10 meter.

Unitnya berpindah hanya untuk melakukan patroli pertahanan di sekelilingnya. Debu dari badai pasir masuk ke setiap celah senjata, pakaian, dan kendaraan.

Badai pasir dan visibiltas rendah juga dapat menghambat pengintaian udara, terutama dalam penggunaan helikopter. Namun pesawat bomber yang lebih canggih tahan terhadap awan debu.

Helikopter tentara Irak menembakan roket saat pertempuran dengan pasukan ISIS di selatan Mosul, Irak, Sabtu (29/10). Pasukan Khusus Irak terus menggempur ISIS yang menguasai kota Mosul. (REUTERS)

Jenderal AS Tommy Franks mengatakan, di tengah-tengah badai pasir pada 2003, B52s, bomber B-1, pesawat lainnya mampu menargetkan sasaran dengan tepat.

Kementerian Lingkungan Irak mencatat terdapat 122 badai pasir pada 2012 dan memprediksi bahwa angka tersebut akan meningkat dua kali lipat dalam kurun 15 tahun.

Angin berpasir yang bertiup menuju Mosul diperkirakan akan mereda dalam beberapa hari ke depan. Namun belum ada hujan di kota tersebut selama berbulan-bulan dan menurut perkiraan hujan belum turun dalam waktu dekat.

Dalam video yang dirilis pada 1 November malam, militan ISIS terlihat merayakan kedatangan badai pasir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini