Sukses

Hillary Clinton: Rusia Berusaha Menangkan Donald Trump

Dalam debat kedua, Trump tak segan melontarkan sejumlah pernyataan yang menunjukkan sikap condongnya ke Rusia.

Liputan6.com, Missouri - Dua calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Hillary Clinton bertemu untuk kedua kalinya di panggung debat. Sejumlah isu mewarnai perang gagasan mereka, salah satunya tentang 'hubungan' Trump dan Rusia.

Pada salah satu kesempatan, Hillary ditanya terkait salah satu emailnya yang bocor dan dirilis WikiLeaks. Dalam email tersebut, capres perempuan pertama AS itu menyinggung tentang pandangan publik dan swasta.

"Sebagaimana saya ingat, itu ketika saya membahas Abraham Lincoln...itu tentang Abraham Lincoln yang mendapat persetujuan Kongres untuk meloloskan Amandemen ke-13. Saya sedang membuat pernyataan bahwa sulit untuk mendapatkan dukungan Kongres," ujar Hillary menanggapi pertanyaan tersebut seperti dikutip dari The Guardian, Senin (10/10/2016)

Sementara ketika Hillary berbicara, Trump terlihat nyengir. Ia menunjukkan sikap tak percaya dengan jawaban istri dari Bill Clinton itu.

Tak lama Hillary pun menyinggung keterlibatan Rusia untuk memenangkan Trump. Ia menyebut, Negeri Beruang Merah itu dalang di balik peretasan email yang dilakukan WikiLeaks.

"Kita tidak pernah berada pada posisi di mana musuh telah bekerja sangat keras untuk mempengaruhi hasil pemilu. Dan percayalah dengan saya, mereka berusaha agar saya tidak terpilih," kata mantan Ibu Negara AS itu.

Lantas, mantan Hillary itu menuding Rusia berusaha memenangkan Trump.

"Menggelikan. Sekarang dia membawa-bawa Abraham Lincoln," balas Trump disambut tawa penonton.

"Saya tidak mengenal Putin. Saya pikir akan luar biasa jika kita bergaul dengan Rusia. Saya tidak tahu apa-apa tentang Rusia. Saya tidak memiliki pinjaman dari Rusia," ujar suami dari Melania itu.

Konflik Suriah

Oleh salah seorang moderator debat, Marta Raddatz, Hillary dan Trump ditanya soal konflik Suriah, tentang apa kebijakan mereka.

"Situasi di Suriah adalah bencana dan setiap hari kita melihat hasil yang ditunjukkan oleh rezim Assad, Iran, Rusia, membombardir sejumlah tempat, terutama di Aleppo."

"Ada upaya oleh militer Rusia untuk menimbulkan kekacauan di Aleppo. Rusia belum berperang untuk ISIS. Mereka lebih tertarik melanggengkan kekuasaan Assad. Kita butuh jarak dengan Rusia dan kita harus bekerjasama lebih erat dengan mitra dan sekutu kita."

"Saya ingin menekankan bahwa apa yang dipertaruhkan disini adalah ambisi Rusia. Negeri pimpinan Putin itu telah memutuskan semua yang terjadi di Suriah dan mereka juga yang telah memutuskan siapa yang akan menjadi presiden, dan itu bukan saya," tegas Hillary.

Menanggapi pernyataan tersebut, Trump mengatakan Hillary menjabat sebagai Menteri Luar Negeri ketika pemerintahan Barack Obama mencuatkan isu senjata kimia di Suriah.

Namun Hillary mengoreksi ucapan Trump. Ia mengatakan tidak berada di dalam pemerintahan saat itu.

Taipan properti itu tak langsung menjawab pertanyaan Raddatz. Ia lebih dulu menyinggung soal nuklir. Menurutnya, Rusia 'anak baru' soal nuklir sementara AS jauh lebih tua.

"Hampir semua kebijakan luar negeri Hillary adalah kesalahan dan itu menimbulkan bencana. Dia bahkan tidak tahu siapa sebenarnya pemberontak di Suriah," ungkap Trump.

Mendengar jawaban Trump, Raddatz kembali menegaskan apa yang menjadi pertanyaannya. Perempuan itu menekankan kepada capres asal Republik bahwa Mike Pence, calon wakil presidennya menolak mendukung Rusia.

Dalam debat cawapres, Pence sempat mengatakan jika Rusia melanjutkan serangan udara maka AS akan mengerahkan kekuatan militer. Namun kali ini, Trump menegaskan bahwa ia berbeda pendapat dengan Pence.

"Dia (Pence) dan saya belum berdiskusi dan saya tidak setuju (dengan pernyataannya)," ujar Trump.

Debat capres AS kedua berlangsung di Washington University, St Louis. Dalam debat kali ini, Trump menghadirkan empat perempuan korban pelecehan seksual Bill Clinton, suami Hillary. 

Dalam debat kedua yang dipimpin oleh Anderson Cooper dan Marta Raddatz ini pertanyaan datang dari para penonton. Hal ini berbeda dengan dengan pertama di mana pertanyaan langsung dari moderator. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini