Sukses

Ternyata Manusia Sejatinya Adalah 'Mesin Pembunuh' Alami?

Penelitian menyebutkan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk membunuh yang tinggi dibandingkan makhluk hidup lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Kekerasan yang sering terjadi pada zaman kuno seakan menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang suka menyelesaikan masalah melalui kekerasan.

Ternyata hal tersebut diduga telah terbukti kebenarannya. Sebuah penelitian mengklaim bahwa manusia adalah 'mesin' pembunuh alami yang secara biologi diprogram untuk menggunakan kekuatan mematikan dan berbahaya kepada sesama.

Para peneliti menemukan bahwa sekitar 1 dari 50 kematian di awal peradaban manusia dan pada zaman batu atau Neandethar Band 50.000 tahun lalu, diakibatkan oleh kelicikan dan kekerasan yang hampir sama dengan kera dan monyet.

Seperti yang dikutip dari Daily Mail, Kamis (29/9/2016), angka kematian itu juga diakibatkan oleh adanya kanibalisme, eksekusi, pembunuhan terhadap anak-anak, dan perang.

Untungnya bagi manusia abad sekarang, modernisasi dan kecanggihan teknologi sudah tidak lagi membuat insting membunuh tersebut keluar. Namun walaupun begitu, tingkat pembunuhan antar manusia di dunia kini berbanding 1 dari 10.000 di seluruh dunia.

Pembunuhan biasanya umum dilakukan dalam kehidupan binatang. Menghabisi nyawa lawan atau saingan dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan lebih banyak betina dan menaikkan status dalam kelompok.

Para ilmuwan meneliti setidaknya 1.024 spesies, termasuk manusia, untuk menilai genetika kekerasan yang terkandung dalam satu makhluk hidup.

Informasi mengenai manusia diambil dari data 600 populasi orang yang hidup dari 5.000 tahun lalu hingga saat ini. Penelitian tersebut menemukan ada dua persen manusia purba meninggal akibat kekerasan.

Angka itu masih merupakan hitungan terendah, karena adanya perbedaan antara kematian yang diakibatkan oleh benda tajam dan tumpul.

Senjata tajam dapat mengidentifikasikan bahwa seseorang mendapatkan kekerasan yang berakibat pada kematiannya. Namun pada benda tumpul kemungkinannya ada dua, kecelakaan alami atau dibunuh.

Sementara itu sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa 40 persen mamalia memiliki keinginan atau kecenderungan untuk membunuh yang tinggi.

Beberapa hewan, seperti kelelawar dan paus termasuk ke dalam golongan pencinta damai. Mereka sangat berbeda dengan kera dan monyet yang 'menyukai' pertumpahan darah.

Walaupun begitu, pertumpahan darah pada hewan biasanya hanya terjadi akibat status sosial atau kekuasaan.Sementara manusia 'berperang' untuk dua hal tersebut sekaligus.

Penelitian menunjukkan bahwa status dan kekuasaan meningkatkan keinginan untuk membunuh pada manusia.

"Kita -- dulunya-- sangat barbar seperti binatang yang ada di sekitar kita zaman itu," kata seorang peneliti, Dr Jose Gomez, dari Spanish National Research Council di Madrid.

Menurut penelitian yang dilakukan Gomez, kadar kekerasan manusia berkurang dan berubah sepanjang sejarah. Sebagian besar berubah menjadi hubungan diplomasi politik dan sosial.

Hasil penelitian terhadap sifat alami itu juga menunjukkan adanya pengaruh perubahan budaya dalam komunitas masyarakat.

"Tingkat kekerasan pada zaman prasejarah ini memang belum berubah sepenuhnya, tapi setidaknya mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan sejarah yang terkait dengan perubahan dalam organisasi sosial-politik manusia," kata Gomez.

"Hal ini membuktikan bahwa sejarah dapat 'mengatur' filogenetis (evolusi) yang dapat mewarisi kebrutalan pada manusia," tambah peneliti itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini