Sukses

Ini Bukti Sahih Bumi dan Bulan Sebelumnya Menyatu?

Para ilmuwan mengklaim Bulan terbentuk dari puing-puing yang dihasilkan saat Bumi muda bertabrakan dengan Theia.

Liputan6.com, Baltimore - Para ilmuwan mengklaim, mereka akhirnya menemukan bukti yang menunjukkan bahwa Bulan terbentuk saat terjadi tubrukan pada miliaran tahun lalu.

Ketika Bumi diperkirakan terbentuk pada 4,5 miliar tahun lalu, ilmuwan meyakini bahwa Bulan terbentuk beberapa tahun setelahnya, yakni setelah sebuah obyek berukuran serupa Mars menabrak Bumi yang kala itu masih muda.

Saat ini para ilmuwan mengatakan, lapisan besi dan material lain di dalam Bumi merupakan bukti bahwa Bulan terbentuk dari sisa-sisa tabrakan.

Hipotesis dari tabrakan besar itu menyebut, protoplanet--planet seukuran Bulan--bernama Theia menabrak Bumi pada miliaran tahun lalu.

Menurut hipotesis, tabrakan tersebut menghasilkan sejumlah puing-puing yang dikeluarkan dari inti, dan Theia bergabung dan menjadi bagian dari Bumi. Sementara itu, bulan terbentuk dari puing-puing sisa tabrakan.

Bulan, satelit alami Bumi (NASA)

Dengan menggunakan data seismik dari inti dan mantel Bumi, peneliti di Johns Hopkins University mengungkap lapisan besi, silikon, oksigen, dan elemen lain yang memiliki ketebalan ratusan kilometer.

Simulasi di laboratorium mengungkap, setelah terjadinya tabrakan besar, campuran antara obyek dan inti Bumi akan meninggalkan jejak dalam bentuk lapisan bertingkat, seperti terlihat di dekat inti Bumi saat ini.

"Kami mengatakan bahwa lapisan bertingkat adalah bukti nyata," ujar peneliti Bumi dan Ilmu Planet di Johns Hopkins, Profesor Peter Olson, seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (28/9/2016).

Untuk membuktikan hipotesis tersebut, kelompok peneliti itu melakukan simulasi campuran dengan cairan, untuk menciptakan pencampuran bergolak yang berada di Bumi pada zaman dulu.

Struktur lapisan Bumi (Victoria Museum)

Para peneliti menggunakan lapisan cairan yang tak dapat dicampur, yakni minyak dan air, untuk merepresentasikan mantel dan inti Bumi.

Mereka menjatuhkan garam atau etanol ke dalam tangki lebih dari 60 kali, untuk mensimulasikan tabrakan dan memantau pencampuran berikutnya yang terjadi.

Dari percobaan itu diketahui, semakin besar kepadatan dan volume cairan yang di jatuhkan ke dalam tangki, maka percampuran akan terjadi lebih lebih banyak.

Ketika dibandingkan dengan peristiwa tabrakan awal, jika terdapat sebuah obyek yang cukup besar akan menabrak Bumi, maka seluruh inti akan menjadi material campuran.

Sedangkan, jika obyek setara dengan ukuran Mars atau lebih kecil menabrak Bumi--layaknya Theia, maka pencampuran akan menghasilkan lapisan yang seperti ada di bagian dalam Bumi saat ini.

Saksikan juga video ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bumi 'Mencuri' Bulan

Teori lain soal kelahiran Bulan disajikan sejumlah peneliti dalam diskusi Royal Society. Yakni,  Bulan adalah 'hadiah' dari Venus, atau Bumi mungkin 'mencurinya' dari Venus.

Planet Venus dulu diduga punya Bulan, namun kemudian hilang. Satelit alami itu lalu tertangkap gravitasi Bumi.

"Saya pikir bagian dari kunci untuk memahami Bulan mungkin adalah fakta bahwa Venus tak memiliki satelit. Pastinya kita harus lebih banyak mempelajari Venus," kata Dave Stevenson, dosen ilmu planet dari Caltech University.

Sebagai petunjuk, Bumi punya 1 bulan, Uranus memiliki 27, Saturnus bahkan lebih dari 50, tapi Venus tak punya sama sekali.

Sebuah teori menyingkap bahwa Bulan bisa menjadi tempat tinggal manusia di luar angkasa jika Bumi kelak akan hancur.

‎Teori "menangkap bulan" mengasumsikan Bumi menggunakan kekuatan gravitasinya untuk menarik benda langit itu ke orbitnya.

Namun teori ini gampang dipatahkan. Apalagi terbukti, komposisi geokimia Bulan dan Bumi serupa. Analisis batuan Bulan yang dibawa oleh misi Apollo NASA menunjukkan bahwa satelit itu memiliki komposisi isotop sangat mirip dengan Bumi.

Dan jika Bulan dan Bumi punya isotop serupa, maka teori 'menangkap bulan' sulit dipertahankan. Demikian menurut Alex Halliday dari Oxford University. Kesamaan isotop menunjukkan bahwa, "Bulan dan Bumi terbentuk dari bahan yang sama.

"Namun, teori baru itu menarik. "Salah satu alasannya,  Bumi dan Venus dekat satu sama lain . Mereka memiliki massa yang sama, dan orang-orang akan berpikir keduanya mungkin telah terbentuk dengan cara yang sama," tambah Alex Halliday.

"Jadi, pertanyaannya adalah, jika Bumi dan Venus terbentuk dengan cara yang sama, kenapa Bumi memiliki Bulan dan Venus tidak?"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.