Sukses

Top 3: Kebiasaan Berhubungan Seks yang Aneh di Zaman Romawi Kuno

Mempertontonkan hubungan seks ternyata adalah hal yang lazim dilakukan pada zaman Romawi kuno.

Liputan6.com, Jakarta - Kebiasaan dan perilaku seksual manusia terikat pada ruang dan waktu. Misalnya, jika dikaitkan dengan hubungan kekuasaan antara majikan dan hamba, ketika perbudakan masih menjadi hal yang sangat lumrah. Pada zaman seperti itu, seorang budak dianggap tidak hadir walaupun tubuh mereka berada dekat dengan majikan.

Para pembaca Liputan6.com paling tertarik membaca bagaimana relasi kekuasaan kemudian berpengaruh kepada kebiasaan bangsa Romawi Kuno untuk melakukan hubungan seks di hadapan para budak. Seandainya dilakukan pada masa kini, tentu hal ini bisa menghebohkan. 

Ada pula pertandingan bola voli pantai dalam Olimpiade 2016 yang menjadi tontonan tentang keberagaman.

Dalam suatu lapangan berukuran kecil, jelas terlihat kekayaan budaya manusia dari berbagai penjuru dunia, yaitu ketika tim putri Jerman mengenakan bikini serba terbuka melawan tim putri Mesir dengan kostum yang serba tertutup. 

Kembali kepada relasi kekuasaan menurut ruang dan waktu. Kaum elit penguasa Mesir Kuno memandang dirinya sebagai keturunan para dewa sehingga merasa perlu menjaga 'kemurnian' kaumnya dengan melakukan pernikahan sedarah (incest).

Akibatnya, sejumlah penyakit turunan yang berkaitan dengan bertemunya ragam genetik yang kurang beragam muncul. Ini melemahkan kekuasaan kaum elit Firaun. 

Berikut adalah Top 3 Global untuk Rabu (10/8/2016) malam: 

 1. Kebiasaan Aneh Romawi Kuno: Berhubungan Seks di Depan Para Budak

Bagi kebanyakan orang di masa kini, hubungan seksual merupakan hal yang bersifat pribadi. Mengapa melakukannya di hadapan para budak? (Sumber The Times)

Bagi kebanyakan orang di masa kini, hubungan seksual merupakan hal yang bersifat sangat pribadi. Namun pada zaman Romawi kuno berhubungan intim di depan orang lain lazim dilakukan.

Dikutip dari International Business Times pada Selasa 9 Agustus 2016, ahli sejarah bernama Mary Beard memaparkan hal tersebut dalam suatu tayangan dokumenter.

Program bertajuk "Pompeii: Life Before Death" yang tayang di BBC itu sebenarnya berkutat pada masalah perbudakan zaman kuno.

Dalam pengamatannya, Mary Beard melihat adanya lukisan di Pompeii yang menggambarkan pasangan tengah melakukan hubungan seks di depan seorang budak. Budak tersebut digambarkan sedang melakukan tugas rumah tangga.

Selanjutnya...

2. Kostum 'Kontras' Voli Pantai Mesir Vs Jerman di Olimpiade Rio

Kostum 'Kontras' Voli Pantai Mesir Vs Jerman di Olimpiade Rio (Reuters)

Permainan bola voli pantai adalah olahraga yang cepat dan gesit yang dimainkan di bawah sinar matahari. Kostum para pemain biasanya bikini untuk perempuan dan celana pendek ketat untuk laki-laki.

Namun, foto-foto berikut ini memperlihatkan budaya kontras di antara para pemain voli pantai di Olimpiade Rio. Mereka adalah atlet perempuan dari Mesir yang menggunakan lengan panjang dan legging di pasir.

Nada Meawad dan Goa Elghosbashy mengenakan kostum tertutup. Elghosbashy bahkan menggunakan jilbab-- sangat kontras dengan lawannya dari Jerman, Laura Ludwig dan Kira Walkenhorst yang menggunakan baju 'tradisional' voli pantai: bikini two pieces.

Kendati International Volleyball Federation (FIVB) memiliki standar kostum, namun mereka mengendurkan aturan saat Olimpiade London 2012 di mana pemain diperbolehkan menggunakan baju tertutup dan legging.

Selanjutnya...

 3. Misteri Perkawinan Sedarah Kaum Ningrat Mesir Kuno

Tuthankamun. Kalangan ningrat Mesir Kuno percaya bahwa dirinya adalah keturunan para dewa sehingga perlu menjaga 'kemurnian'. (Sumber Alamy via DM)

Di masa kini, praktik kawin sedarah (incest) dipandang sebagai sesuatu yang tidak pantas. Namun kalangan elite pada masa lalu melakukan hal ini demi menjaga 'kemurnian' keturunan.

Menurut catatan sejarah, kalangan elite penguasa Mesir Kuno melakukan praktik ini. Mereka percaya bahwa dirinya adalah keturunan para dewa.

Dugaan adanya praktik ini sudah lama beredar, tapi pembuktian menggunakan DNA tidak semudah yang diduga karena kesulitan mendapatkan sampel DNA yang akan diuji.

Dikutip dari Daily Mail pada Selasa 9 Agustus 2016, para peneliti akhirnya berhasil mendapat bukti langsung berdasarkan pengukuran tinggi badan pada 259 mumi.

Pengukuran tersebut kemudian membandingkan rata-rata tinggi badan beberapa Firaun dengan rata-rata tinggi badan populasi Mesir pada masa itu.

Selanjutnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini