Sukses

Kisah Penantian Pasien Transplantasi Kepala

Banyak prosedur kedokteran yang dulunya terdengar seperti kisah dalam film sekarang telah lazim dilakukan.

Liputan6.com, Moskow - Ada suatu prosedur kedokteran yang terdengar seperti kisah-kisah fiksi ilmiah. Tapi tidak usah terlalu kaget, karena banyak prosedur kedokteran yang dulunya terdengar seperti kisah dalam film sekarang telah lazim dilakukan.

Valery Spiridonov (31), seorang ilmuwan komputer yang berasal dari Rusia, sedang menunggu untuk menjalani prosedur kedokteran yang mungkin akan menjadi yang pertama kalinya di dunia.

Dikutip dari Daily Mail pada Kamis (4/8/2016), pria lumpuh yang harus menggunakan kursi roda itu mempercayakan nasibnya kepada Dr. Sergio Canavero yang akan memotong kepalanya untuk dipasang ke badan yang sehat.

Belum ada pengumuman tempat dan tanggal pasti pelaksanaan transplantasi unik tersebut, walaupun diharapkan bisa berlangsung pada Desember 2017.

Dalam suatu jumpa pers, pria penderita layu otot itu mengatakan bahwa Dr. Frankenstein—julukan untuk dokter bedah dari Italia tersebut—akan menjelaskan lebih banyak lagi.

Spiridinov mengatakan, "Saya melanjutkan pembicaraan dengan Canavero untuk saling bertukar informasi dan, setahu saya, ia sedang mempersiapkan berita tentang ini pada September nanti."

Ilmuwan komputer yang cacat parah itu menjadi berita dunia ketika mengajukan diri secara sukarela menjadi pasien percobaan bedah tersebut.

Spiridinov menderita Werdnig-Hoffman, dikenal juga sebagai kisut syaraf otot, yang mengakibatkan kesulitan bergerak, bernafas den menelan. Kebanyakan penderita penyakit ini meninggal muda, tapi ia termasuk dalam 10 persen penderita yang menyintas hingga dewasa.

Keadaannya memburuk hari demi hari. Ia pernah mengatakan kepada MailOnline bahwa ia ingin berkesempatan memiliki tubuh baru sebelum penyakit itu terlebih dulu membunuhnya.

Ia mengaku mendapat dukungan dari seluruh keluarga untuk menjadi manusia pertama yang menjalankan bedah tersebut, katanya, "Kalau orang ingin ada sesuatu yang dilakukan, ayo ikut serta."

"Saya mengerti risiko bedah tersebut. Ada beberapa risiko. Kita bahkan belum bisa menebak apa yang bisa salah. Tapi saya khawatir tidak hidup cukup lama untuk melihat bedah ini dilakukan pada orang lain."

Tubuh barunya berasal dari seorang donor yang dinyatakan mati batang otak, tapi bertubuh sehat.

Banyak prosedur kedokteran yang dulunya terdengar seperti kisah dalam film sekarang telah lazim dilakukan. (Sumber Dr. Robert White via Daily Mail)

Dr. Canavero menamai prosedur ini HEAVEN, singkatan dari 'head anastomosis venture'. Anastomosis mencakup pembedahan untuk menyambung dua bagian. Dalam bahasa Indonesia, kata 'heaven' berarti surga.

Biaya prosedur 36 jam itu diperkirakan mencapai 14 juta poundsterling (Rp 246 miliar) dan hanya bisa dilakukan di fasilitas bedah paling maju di dunia.

Dr. Canavero berpendapat bahwa teknik-teknik yang diperlukan untuk transplantasi kepala ke tubuh donor sebenarnya telah ada.

Kepala donor dan pasien dipisahkan dari syaraf tulang belakang pada waktu yang bersamaan dengan menggunakan pisau yang sangat tajam agar hasil potongannya rapi.

Kemudian, kepala pasien ditempatkan ke tubuh donor dan disambung menggunakan 'zat ajaib', yaitu polietilen glikol yang berfungsi seperti lem untuk melebur sambungan dua ujung syaraf tulang belakang.

Otot dan pembuluh darah dijahitkan kemudian, lalu pasien dibuat koma selama 4 minggu supaya tidak menggerakkan kepalanya sewaktu kepala dan tubuhnya sedang pulih bersama.

Obat penekan kekebalan yang sangat kuat diberikan agar tubuh yang baru tidak ditolak oleh kepala.

Para kritikus mengatakan bahwa Dr. Canavero terlalu menggampangkan kerumitan yang ada sewaktu menyambung kembali syaraf tulang belakang. Mereka mengatakan bahwa rencana itu sekedar khayalan.

Sebaliknya, jika pembedahan berhasil, maka kepeloporan ini dapat membawa harapan baru kepada ribuan orang lumpuh dan cacat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Teknologi Saling Melengkapi

Spiridonov adalah juga seorang ilmuwan teknologi. Ia pun memamerkan sistem kursi roda otopilot buatannya—dinamai Clever Chair—dalam jumpa pers di Moskow.

Ia berharap kursi itu dapat meningkatkan mutu kehidupan orang-orang yang tidak bisa berjalan. Ia mengatakan bahwa proyeknya bertujuan membantu kaum cacat secara massal, bukan secara perorangan seperti pembedahan transplantasi kepala.

Namun demikian, ia berharap proyeknya dapat melengkapi prosedur Dr. Canavero, imbuhnya, "Saya ingin membantu sebanyak mungkin orang lain dengan teknologi yang tidak mengundang keraguan dan perdebatan."

Spiriidinov juga mencoba menggalang dana untuk pembedahan dirinya, misalnya melalui penjualan gelas minum dan kaos t-shirt. Lalu ada juga jam, taplak, dan topi bertuliskan “Desire for Life”.

Sebagai catatan, transplantasi kepala pada monyet pertama kali dilakukan 45 tahun oleh Dr. Robert White di Case Western Reserve University School of Medicine.

Monyet itu mati dalam 8 hari karena tubuh barunya menolak kepala asing. Monyet itu tidak bisa bernafas sendiri dan tidak bisa bergerak karena syaraf tulang belakangnya tidak disambung.

Bedah sederhana transplantasi kepala pada tikus berlangsung baru-baru ini di China.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini