Sukses

Sniper Tembak 11 Aparat di Demo Penembakan AS, 4 Polisi Tewas

Kepala Polisi Dallas, David Brown mengatakan dua orang penembak jitu menargetkan 10 anggotanya tersebut dari tempat tinggi.

Liputan6.com, Dallas - Tiga polisi Dallas dan satu anggota Dallas Area Rapid Transit (DART) tewas, dalam sebuah demo yang terjadi di Dallas, Texas, pada Kamis 7 Juli malam waktu setempat. Sementara tujuh petugas lainnya luka-luka. 

Menurut laporan dari Kepala Polisi Dallas, David Brown yang dikutip dari CNN, Jumat (8/7/2016), dua orang penembak jitu menargetkan 10 anggotanya dan satu anggota DART tersebut dari tempat tinggi.  

Dua petugas terluka parah dan harus menjalani operasi, sedangkan tiga korban lainnya berada dalam kondisi kritis.

Penembakan terjadi saat protes sedang berlangsung sekitar dua blok dari Dealey Plaza.

Seorang saksi mata, Clarissa Myles, mengatakan, keributan itu terjadi saat dia tengah asik menikmati makanannya di McDonalds.

"Semua orang berteriak dan berlarian. Aku melihat setidaknya ada 30 tembakan dilepaskan," kata Clarissa.

"Aku berjalan di dekat seorang petugas yang mengamankan protes. Tiba-tiba 6 hingga 8 peluru ditembakkan. Sepertinya dua orang petugas terluka," ujar Clarissa.

Clarissa juga mengatakan, pelaku diduga menggunakan senapan serbu yang mempunyai akurasi sempurna dan cepat.

Demo tersebut dilakukan sebagai aksi protes terhadap penembakan dua orang pria kulit hitam oleh polisi di Lousiana dan Minnesota.

Philando Castile tewas ditembak seorang petugas saat sedang berada di dalam mobilnya, tak jauh dari kediaman gubernur di St Paul, Minnesota. Saat itu bocah perempuan 4 tahun duduk di kursi belakang mobil.

Sedangkan seorang korban lainnya, Alton Sterling, ditembak mati oleh seorang petugas saat sedang bertengkar dengannya, di area parkir toko Baton Rouge, Louisiana.

Tewasnya dua orang kulit hitam itu memicu aksi demo pengunjuk rasa di Dan Ryan Expressway di Chicago. Sedangkan di New York, 1.000 orang di Fifth Avenue bentrok dengan polisi.

Mereka semua keluar untuk melampiaskan kemarahan mereka pada pembunuhan kulit hitam itu.

"Kami target! Berbahaya menjadi kulit hitam di AS. Kami sudah bebas, tapi masih ada yang ingin membunuh kami. Hidup kami juga berarti," ucap salah peserta demo, LaRhonda Talley dalam pidato berapi-api di Minnesota.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.