Sukses

Gadis 13 Tahun di Israel Tewas Ditikam Saat Tidur

Hallel Yaffa Ariel,pemilik kewarganegaraan ganda, Israel-AS, meninggal di rumah sakit setelah mendapatkan tusukan dari pelaku.

Liputan6.com, Jerusalem - AS dan Israel mengutuk penikaman fatal yang terjadi pada Kamis, 30 Juni 2016, yang membunuh seorang gadis berusia 13 tahun di kamar rumahnya di permukiman Yahudi.

Hallel Yaffa Ariel, pemilik kewarganegaraan ganda, Israel-AS, meninggal di rumah sakit setelah mendapatkan serangan dari seorang remaja Palestina. Pelaku menerobos masuk ke rumah dan menusuk korban yang sedang terlelap.

Menurut laporan yang dikutip dari VOANews.com, Jumat (1/7/2016), pelaku yang belakangan diketahui berusia 17 tahun itu tewas di tempat setelah ditembak oleh petugas keamanan.

"Pembunuhan mengerikan pada seorang gadis yang sedang tidur di kamarnya. Mereka seperti haus darah dan tidak mempunyai perikemanusiaan. Hal ini memperlihatkan adanya hasutan dari pihak tak bertanggungjawab yang harus kita hadapi," kata PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Sambil menampilkan foto tempat tidur berlumuran arah dengan boneka beruang di sudutnya, Netanyahu menyerukan kepada seluruh dunia untuk mengutuk pembunuhan, seperti yang terjadi di Ankara, Orlando, Brusseln, dan tempat lainnya di dunia.

Hallel tinggal di permukiman Kiryat Arba di Tepi Barat, dekat dengan Kota Hebron, Palestina.

Menurut keterangan pejabat militer Israel, pelaku berhasil melewati pagar pembatas yang mengelilingi pemukiman. Namun, petugas tidak yakin bagaimana caranya dia masuk ke dalam rumah Hallel.

Menanggapi insiden tersebut, pemerintah Israel menutup desa tempat si pelaku tinggal dan mencabut izin bekerja keluarganya.

Belum ada komentar apa pun dari pihak pimpinan Palestina terkait kasus pembunuhan tersebut.

Hallel Yaffa Ariel, memiliki kewarganegaraan ganda, Israel-AS, meninggal di rumah sakit setelah mendapatkan tusukan dari pelaku (Reuters).

Insiden tusuk-menusuk antara Israel dan Palestina terjadi sejak 10 bulan yang lalu. Hal tersebut dipicu oleh adanya isu yang menyebutkan bahwa Israel akan mengambil alih wilayah Yerusalem Timur, yang merupakan situs sakral bagi umat Islam dan Yahudi.

Saling tuduh pun tak terelakkan di antara kedua belah pihak. Israel menyangkal rumor tersebut dan menuding Palestina menghasut kekerasan.

Sementara itu pemuda Palestina mengaku mereka hidup dalam kemiskinan, pengangguran, dan kepemimpinan yang lemah.

Gelombang serangan dari warga Palestina, yakni menggunakan pisau, senjata api, atau tabrakan mobil menyebabkan 28 warga Israel tewas sejak Oktober 2015.

Di sisi lain, 201 warga Palestina tewas dalam periode yang sama. Kebanyakan dari mereka menjadi tersangka atau terduga penyerangan.

Utusan PBB untuk Timur Tengah, Nicolay Mladenov, mengatakan kepada Dewan Keamanan pada hari Kamis, bahwa Israel akan dipanggil untuk menghentikan aktivitas kolonisasi atau pencaplokan wilayah Palestina.

Selain itu, PBB juga akan mendesak Otoritas Palestina untuk merebut kembali kendali Gaza, yang sekarang berada di tangan Hamas "Kedua pihak hidup dalam ketakutan," kata Nicolay.


**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini